Chapter 6 - Perjanjian

17.2K 660 3
                                    

Aku minta tolong buat Vomment dongg... Hihihi...

Happy reading..

Semoga kalian suka :-)

*****

"Huh? Apa maksudmu?"

"Aku ingin diantara kita tak ada yang di tutup-tutupi."

"Lalu apa hubungannya dengan aku yang menanyakan mantan pacarmu?" Tanyaku heran

Alex menghembuskan napas beratnya dan mulai bercerita.

"Bagiku pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan hanya terjadi sekali seumur hidup dan tak ada kata cerai di dalamnya." Ya sama dong.. Walaupun ini perjodohan (yang dipaksakan), tetap saja kami akan menikah.

"Setelah kamu bertanya tentang mantanku, itu membuatku sadar kalau ingin mempertahankan sebuah pernikahan, harus ada kejujuran. Jadi aku ingin diantara kita tak ada yang ditutup-tutupi. Setidaknya kita bisa berusaha saling mencintai."

Diam. Hening. Sunyi.

Sekarang kami hanya duduk diam sambil memandang matahari yang akan tenggelam dan digantikan dengan bulan.

"Jadi, siapa mantan kamu itu." Sekarang masih jam setengah 6, mungkin nanti aku akan mengajaknya makan malam.

"Wilona Fercilia."

"Designer terkenal itu? Terus kenapa kalian mengakhiri hubungan kalian?"

"Dia pergi. Pergi mengejar mimpinya ke Paris disaat kami akan melaksanakan pernikahan kami seminggu setelahnya. Dan ternyata dia juga menipuku dan membawa aset berharga perusahaan."

"Kamu masih mencintainya?" Itu adalah hal yang paling penting sekarang.

"Ya."

Setelah jawabannya kami terdiam lagi.

"Tapi aku akan berusaha untuk melupakannya dan mencintaimu." Aku tersenyum mendengar ucapannya yang terdengar sangat tegas dan yakin.

"Kita sama-sama berusaha, oke? Kalau aku dulu punya orang yang aku suka, belum sempat kami pacaran dia dipaksa untuk menikah dengan pilihan orang tuanya. Jadi dia meninggalkanku deh." Aku tersenyum mengingat semuanya karena menurutku percuma saja bila aku bersedih dan menangis, hanya merugikanku saja.

"Kamu terlihat biasa saja. Apa sudah berhasil melupakannya, huh?"

"Melupakan. Tidak. Suka juga tidak."

"So, aku anggap pembicaraan kita tadi adalah sebuah perjanjian yang harus sama-sama kita penuhi, janji?"

»»»»» skip «««««

Aku merasa senang. Entah apa yang membuatku senang. Apa karena Alex? Karena perjanjian itu?

Sekarang sudah jam 2 pagi, tapi aku belum bisa menutup mata. Rasa yang kurasakan sekarang sama dengan rasa yang kurasakan dulu saat bertemu dengan Dannis, orang yang kusuka (dulu).

Setelah pembicaraan kami, kami pergi makan malam. Ternyata Alex cukup romantis. Dia sudah meyiapkan sebuah candle light dinner untuk kami. Dia juga memberikanku sebuah kalung emas putih yang kuyakin harganya sangatlah mahal.

Sengaja kusembunyikan kalung ini dari Ellise, kalau tidak, aku yakin besok pagi kalung ini sudah melekat pada lehernya.

Ponselku bergetar. Ada yang menelepon. Private number.

"Memikirkanku, huh?"

"Menurutmu?"

"Kamu sedang berbaring di kasurmu, menempelkan ponsel pada telingamu dan tersenyum karena panggilanku."

"Lucu." Kataku datar. "Memang benar sih." Lalu kami tertawa. "Ada apa menelpon pagi-pagi?"

"Kenapa belum tidur pagi-pagi?"

"Tidak bisa tidur."

"Nanti malam temani aku ke pesta pertunangan sahabatku. Sepulang sekolah temui aku dikantor."

"Siap boss."

"Sekarang tidur. Sleep tight."

Rasanya tak sabar menunggu sore ini. Hihihi...

*****

Hai-haii...

Minta Vomment dongg....

Thanks for reading :-)

Smart Girl And Young TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang