Fahri POV
Aku melihat Annisa yang berada di kerumunan teman-temannya Sofie, aku sudah berfikir ini semua akan terjadi, Annisa pasti di cemooh oleh teman-temannya Sofie, pasti. Aku harus segera menyusul Annisa agar tidak terus disana, sungguh aku tidak sanggup melihat wanitaku di hina seperti itu, dan Sofie, percakapanku dengan Sofie di kamar tadi membuat ku menyesal menikahinya, dan aku pastikan aku tidak akan pernah kalah dengannya, dengan SOFIEAku menyusul Annisa untuk membawanya pergi dari kerumunan itu, dan juga ada yang harus aku bicarakan aku tidak melihatnya dari tadi, dan baru melihatnya ini, dan saat aku ingin menyusulnya aku sudah meilhat Annisa ingin terjatuh, aku mempercepat langkahku, agar aku bisa menangkap tubuhnya
"An, Annisa kamu kenapa?" Tanyaku sambil menggendong Annisa dan membawanya ke rumah sakit
Di rumah sakit..
Di rumah sakit ada aku, Sofie Umi dan Abi. Ya aku memang tidak langsung mengabari Bunda yang memang sedang berada di rumah, tetapi Bunda tidak ada di saaat Annisa pingsan tadi
"Kamu apakan menantu saya?!" Aku melihat Bunda memegang pergelangan tangan Sofie dengan kasar, mengguncangkan tubuh Sofie. Aku yang melihatnya langsung melerai
"Bunda kenapa? Bunda kenapa?" Tanyaku kepada Ibuku, entah kenapa Bunda sangat berbeda, biasanya dengan orang lain Bunda sangat hangat apalagi dengan perempuan, tapi kenapa dengan Sofie tidak
"Fahri, Annisa bagaimana?" Tanya Bunda yang tidak menghiraukan Sofie yang duduk di sebelah kiriku
"Sedang di tangani dokter Bun" jawabku seadanya, jujur aku cemas dengan keadaan Annisa, apalagi aku melihat dengan gaya tubuhnya hari ini dia berbeda sekali, apa yang sedang ia sembunyikan? Itu sebenarnya yang ingin aku tanyakan
Aku melihat dokter keluar ruangan yang Annisa masuki, tanpa menunggu waktu lama aku segera mencegat dokter tersebut untuk menanyakan keadaan Annisa
"Bagaimana dok?" Tanyaku langsung to the point
"Untung saja anda segera membawanya kesini, begini, kalau satu jam saja anda telat membawa mungkin janinnya tidak bisa terselamatkan" ujar sang dokter dengan raut muka khawatir, dan aku sungguh tak mengerti ucapannya, entah otakku yang tak mampu untuk mencerna atau bagimana ku juga tidak tau
"Maksud dokter?" Tanyaku lagi
"Selamat pak, anda akan segera menjadi ayah, kandungan istri anda sangat rentan, mungkin anda harus tegas dengan istri anda agar tidak terlalu banyak fikiran, dan jangan biarkan istri anda stres berkepanjangan karna ini sangat membahayakan janinnya, kalau begitu saya permisi, anda bisa menjenguknya setelah di pindahkan ke kamar rawat inap" jelas sang dokter lagi dengan senyum yang mengembang, dan aku hanya berdiri kaku, masih mencerna ucapan sanga dokter bahwa sebentar lagi aku akan menjadi ayah
"Alhamdulillah ya Allah, engkau memberikan kegembiraan yang tidak terkira" syukur Umi dan Abi yang langsung berhambur menemuin Annisa
Disaat aku ingin memasuki kamar Annisa, tiba-tiba Sofie menahan tangaku
"Ada apa?" Tanyaku datar, jujur aku malas untuk berdebat denganya di hari bahagiaku ini
"Ini pasti bohong kan Fahri?" Tanya Sofie dengan emosi
"Maksudmu?" Tanyaku tidak mengerti, apalagi yang ingin dia lakukan
"Aku tidak ingin Annisa hamil" ujar Sofie dengan nada tidak suka
"Dengar ya Sofie, walaupun Annisa tidak hamil sekalipun, cintaku tetap akan selalu sama dia, tidak dengan yang lain, apalagi dengan wanita licik seperti kamu" ku jawab ucapan Sofie dengan ketegasan, dan berlari pergi meningalkan Sofie sendiri di ruang tunggu
Aku menunggu Annisa sadar, aku sangat bahagia mendengar Annisa sedang mengandung, aku berjanji kepada diriku aku sudah terlalu menyusahkan istriku, aku akan menjaga ketat Annisa, aku harus menjaga orang yang aku cintai
Tanpa ku sadari Annisa sudah sadar dari pingsannya
"Kamu mau apa sayang?" Tanyaku pada Annisa yang tengah mencari sesuatu
"Kamu tidak meninggalkan Sofie di rumah kan Fahri?" Tanya Annisa yang pada saat ia sakit masih memikirkan Sofie
"Kamu ini ngomnong apa si? Kenapa kamu malah mencari Sofie? Padahal aku ada disini" godaku untuk Annisa
"Loh buat apa aku cari kamu, orang udah jelas-jelas aku lagi ngobrol sama kamu, jangan aneh deh Fahri" ujar Annisa polos
"Kapan aku bisa pulang ?" Tanya Annisa memegang tanganku
"Jangan mulai sayang" ujarku yang tau maksud Annisa apa
"Aku mau pulang Fahri.. Ayo kita pulang ya, aku udah ngakpapa kok, aku cuma pusing aja tadi" rayu Annisa agar aku mengizinkannya pulang ke rumah
"Nggak sayang, kalo udah ada acc dari dokter baru kita pulang, kasian bayi kita kalo kamu maksain tubuh kamu, tolong ngertiin aku An, ini untuk kebaikan kamu juga" ujarku sambil mengelus kepalanya yang tertutup hijab
"Aku hamil? Ih kok kamu jahat si Fahri nggak kasih tau aku?" Ujar Annisa sambil memukul tanganku pelan
"Kamu nih ya lagi sakit masih sempetnya mukul aku, harus aku ronsegn nih tangannya takut ada luka dalam kan bahaya An" godaku lagi, entah kapan aku sering saja menggoda Annisa, aku suka melihatnya cemebrut seperti itu
"Alah lebay" ujar Annisa sambil memukul tanganku lagi
Pada saat aku dan Annisa sedang mengobrol ada yang memanggilku, dan aku sudah hafal dengan suaranya
Sofie POV
Apa-apaan ini? Kenapa si Annisa pake segala pingsan, dan yang bikin buat aku terkejut ternyata dia hamil, aku sama sekali tidak mau jika Annisa hamil dalam waktu dekat ini, tidak ingin"Fahri" panggilku kepada Fahri yang sekarang sudah sah menjadi suamiku ini
"Ada apa?" Tanya Fahri dingin, aku bingung kenapa setelah menikah Fahri tetap saja menganggapku tidak ada
"Aku ingin bicara berdua bisa? Maaf An, tapi ini yang ingin aku sampaikan selama ini boleh minta waktunya?" Tanya ku lembut kepada istri pertama suamiku, yaa Annisa, jujur saja aku iri dengan Annisa yang di nomor satukan oleh Fahri dan aku ingin mendapatkan itu
"Ada apa sof?" Tanya Fahri yang sudah keluar dari ruangan Annisa
"Aku ingin membicarakan tentang resepsi kita" ujarku enteng, memang kenapa kalau aku menginginkan itu aku wanita biasa loh jangan lupakan itu
"Bisa-bisanya ya kamu, di saat Annisa lagi masuk rumah sakit seperti ini masih bisa kamu membicarakan tentang resepsi pernikahan?" Ujar Fahri kaget
"Annisa masuk rumah sakit karna dia positif hamil, kamu jangan lupakan itu Fahri, ingat kamu sekarang bukan cuma punya Annisa, kamu juga punya aku, suka atau tidak aku juga istri kamu, aku sah dimata agama dan hukum, walaupun aku cuma istri kedua kamu, tapi kamu juga harus berlaku adil, aku rasa aku tidak harus memberitahu kamu apa sanksi jika kamu tidak bisa berlaku adil terhadap istri kamu" ujarku panjang, yang aku inginkan hanya keadilan disini, tidak berpihak pada satu orang saja
"Baik, aku akan mengadakan resepsi itu tapi aku punya syarat untuk itu" ujar Fahri dengan wajah seriusnya
"Apa?" Tanyaku polos, sungguh yang sekarang ini hanya keadilan dari Fahri yang aku inginkan
"Kamu harus menutup auratmu, kamu harus bersikap adil juga kepada Annisa, jaga kehamilannya dan yang paling penting, jangan pernah mengancamnya lagi dengan penyakit khayalanmu itu" ujar Fahri dan langsung berlalu pergi masuk kedalam kamar rawat inap Annisa lagi
Annisa POV
Aku sangat kaget dengan kehamilanku yang sangat tiba-tiba ini. Aku tidak tau kalau sekarang ada kehidupan di dalam sana, yang harus aku jaga sembilan bulan dari sekarang, aku sanagt bersyukur karna Allah telah mempercayaiku untuk diamanahkan sebuah tanggung jawab besar ya Allah betapa indah rencanaMu, dibalik kesedihan hamba engkau dalam sekejab membuat hamba seperti terbang ke langit dengan bebasAku mendengar percakapan Fahri dengan Sofie, entah ini hanya feelingku saja atau benar adanya aku tidak tau, tapi aku merasa Sofie sebenarnya mempunyai kepribadian yang sama denganku, ya walaupun tidak sama persis tapi aku yakin bahwa Sofie mempunyai hati yang lembut, yang aku yakin pasti saat ini dia juga tidak ingin berada dalam posisi seperti ini. Aku hanya bisa berdoa saja dan mengikuti bagaimana skenario indah-Nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dua Hati [REVISI]
Spiritual[WARNING!! SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE FOLLOW ME IF YOU WANT TO SEE A FULL PART!!] Ketika cinta itu datang, aku bahagia namun kenapa harus ada cinta yang lain - Annisa Syifa A Berusaha untuk adil dan menyatukan mereka, tapi kenapa tidak bisa - Fahri...