CHAPTER 19 - THE UNKNOWN CALL: ANONYMOUS

2.9K 316 8
                                    

"Sialan! Sialan! Sialan!" Rasanya itu sudah sentuhan nya yang ke seratus atau bisa jadi lebih dari seratus, sebenarnya ia juga tidak yakin sudah berapa kali ia menyentuh dengan kasar layar ponselnya.

Wonwoo yakin ia kena teror lagi, seperti waktu SMP lalu. Ketika Wonwoo di teror oleh puluhan nomor tidak dikenal yang selalu menelponnya hingga tidak ada jeda barang beberapa detik untuk bernapas. Baiklah, itu berlebihan. Tetapi, sungguh demi neptunus, Wonwoo sangat benci dengan teror.

Dan kali ini, kasus tersebut terulang lagi.

Jam pelajaran belum berakhir, tangannya dibawah meja sedang bergulat dengan layar ponselnya. Sebelumnya Wonwoo sedang browsing tentang beberapa novel lawas bertemakan fantasi. Banyak yang bilang novel-novel fantasi jaman dulu lebih seru ketimbang sekarang.

Namun, belum sempat ia menemukan judul-judul novel tersebut. Ada nomor tak dikenal sudah menghantuinya. Dimulai sejak jam tiga pagi tadi. Lalu berlanjut saat Wonwoo sarapan. Hingga saat ini dan detik ini juga, pelakunya masih setia meneror laki-laki itu.

Tanpa ambil pusing Wonwoo mematikan ponselnya, dengan begitu hidupnya akan damai. Namun ia tidak yakin pelakunya akan berhenti begitu saja. Wonwoo takut jika pelakunya akan selalu menghantuinya kapanpun dan di manapun, atau mungkin ketika Wonwoo sudah menikah nanti.

Ya, bagian—menikah—sejujurnya Wonwoo belum pernah membayangkannya lebih lanjut, ia tidak pernah bermimpi untuk menikah. Mungkin, belum saatnya memikirkan hal itu lagi.

Kesehariannya berlanjut hingga dirinya berada didepan halte bus dekat sekolahnya. Bus yang ia tunggu belum juga tiba. Ia ingin sekali sekedar mendengarkan musik, setidaknya sedikit alunan musik ditelinga bisa membunuh kejenuhan.

Akhirnya ia memberanikan diri untuk menyalakan kembali ponselnya. "Tolonglah, berhenti menelpon ku" ujarnya ketika lambang merk ponselnya mulai muncul pada layarnya.

Ketika ia rasa sudah aman, ia menghela napas panjang. "Sepertinya teror itu sudah berhenti" ujarnya pelan, sembari mengelus dadanya dan membuang semua napasnya..

Wonwoo mengambil earphone dari dalam tasnya, lalu memakainya dan menyalakan musik secara acak.

"Biar tidak mengganggu, lebih baik nyalakan mode pesawat—AHH! ITU DIA! SEHARUSNYA SEJAK TADI AKU NYALAKAN MODE PESAWAT! DASAR WONWOO BODOH!" Ia mengacak rambutnya frustasi, namun membeku seketika tatkala seorang pria duduk agak jauh darinya.

Wonwoo memasukkan ponselnya kedalam saku celana, keadaannya sangat hening. Wonwoo bertanya-tanya saat itu.

'Kemana semua orang? Mana yang lain? Kenapa hanya ada dua orang saja di halte ini? Seseorang datanglah! Ak-a-aku takut!' batinnya, tangannya ia kepalkan diatas pahanya. Wonwoo senang sebenarnya karena bisa berdua lagi dengan Mingyu, tapi sepertinya Mingyu nya tidak. Wonwoo perhatikan sesekali Mingyu hanya sibuk dengan ponselnya. Beberapa kali bahkan Mingyu bangun dari duduknya melihat ke kiri dan ke kanan.

'Hmm? Mana mobil jemputan yang biasanya menjemput anak itu? Apa dia naik bus hari ini? Atau sedang menunggu jemputan nya?' Wonwoo mulai bertanya-tanya.

Tak lama, Bus akhirnya datang.

Wonwoo naik, tapi Mingyu tidak. Berarti Mingyu sedang menunggu jemputan nya. Wonwoo mengendikan bahunya. 'Baiklah, sampai jumpa besok Mingyu' batinnya.

SECRET ADMIRER [meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang