part 36

2.3K 179 3
                                    

Setelah menutup telfonnya, fokus ku kembali pada acara televisi yang sedang di tayangkan saat ini, namun tidak lama suara ibuku sudah terdengar cukup kencang.

"Gwen! ibu harus lembur hari ini! jaga dirimu baik-baik ya!" teriaknya dari dalam kamar.

Aku tidak mengerti mengapa ibuku harus berteriak seperti itu, padahal ia belum bersiap sama sekali untuk berangkat ke rumah sakit hewan.

"Gwen aku berangkat.." ujarnya tiba-tiba seraya mencium pipiku lalu kemudian melangkah kan kakinya besar-besar.
Aku mengikutinya sampai di depan pintu rumah, lalu melambaikan tangan sambil menunggu ke berangkatannya.

Hah, biasanya jika rumah ku sepi seperti ini? Aku akan pergi berkunjung ke rumah Manu atau sebaliknya, tapi kali ini sudah berbeda. Jika di pikir-pikir, sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke rumah Manu, aku sangat ingin ke sana, namun apa daya jika Matya selalu keluar kota untuk kepentingan bisnis dan ia membawa Justin kecil.

Menunggu Suga yang tak kunjung datang membuatku sangat bosan, aku sudah memakan cukup banyak makanan, aku sudah bosan bermain dengan jack kecil, dan aku sudah sangat bosan untuk menonton acara di televisi. Menatap layar ponsel pun percumah, tidak ada kiriman pesan dari siapapun..

ting tong ting tong!!

"ah Suga!" teriakku seraya bangkit dari sofa ruang keluarga dan berlari kecil menuju pintu.
Dengan semangat aku membukanya lalu terkejut dengan apa yang aku temukan di sana.

"hey, do you miss me?" ujarnya dengan suara yang selama ini sudah tidak pernah aku dengar lagi. "hey Gwen, kau tidak mempersilahkan aku masuk?" tanya nya yang membuatku tersadar.

"tidak perlu, kita duduk di luar saja," jawabku lalu kemudian berjalan dan duduk di kursi yang berada di teras rumah.
"ada apa?" tanyaku tanpa mentapnya.

"hey, kenapa kau sangat kasar seperti ini Gwen? apa kau tidak merindukan ku?" tanya nya dengan menatap dan memberikan ku senyuman.

"tidak, sama sekali tidak," jawabku.
Ingat kata-kata Suga, ingat kata-kata Suga. Batinku selalu mengulang-ngulang kalimat itu agar aku tidak jatuh lagi untuk kesalahan yang sama. "untuk apa kau datang?" tanyaku dengan nada yang tegas.

"Gwen, untuk kali ini.. berikan aku kesempatan untuk menceritakan segalanya padamu," ujar Harry seraya menarik kedua tanganku, "maafkan aku Gwen, maafkan aku telah meninggalkan-mu begitu saja.. sungguh, aku sangat bingung Gwen, aku masih terlalu kecil untuk memikirkan tentang hal percintaan seperti itu, kau tahu kan kita masih kecil? maafkan aku telah meninggalkan-mu dengan cara seperti itu setelah kau menyatakan perasaan-mu padaku Gwen," jelasnya dengan tatapan penuh padaku.

"lepas," balasku seraya melepaskan genggaman tangan Harry, "aku sudah melupakan kejadian itu Hazza, aku sudah melupakannya dan aku... aku sudah memaafkan mu, jadi pergilah," kataku seraya bangkit dari duduk dan mencoba berjalan masuk ke dalam rumah, tapi..

"Gwen,"
Harry memegang lengan, dan menghentikan langkahku. "ku mohon dengarkan aku, setidaknya untuk satu hari ini saja.."

"sekarang, waktu mu hanya 20menit, di mulai dari sekarang," balasku sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"sejujurnya, aku menyukaimu terlebih dahulu, namun.. aku hanya bisa diam karena aku tidak pernah mempunyai keberanian untuk menyapa mu terlebih dahulu. saat kau mulai mendekat, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, aku selalu memberimu something special agar aku bisa benar-benar memenangkan hatimu. kau dan aku semakin dekat, aku sangat senang saat itu, namun kesenangan ku menghilang saat kedua orang tua ku memutuskan untuk membawaku pindah ke Boston. aku sangat bingung saat mereka mengatakan hal itu, aku sudah senang berada disini, terutama saat aku berada di dekatmu Gwen." Harry menghela napasnya panjang, lalu menundukkan kepalanya, "kau tahu Gwen, saat kau menyatakan perasaan mu, sebenarnya hari itu juga aku ingin menyatakan perasaan ku padamu, namun aku tidak bisa, aku tidak bisa menyatakannya karena itu sangat menyakitkan untukku, atau untukmu, jadi.. keputusan yang aku ambil saat itu adalah tidak mengatakan yang sebenarnya dan lalu kemudian pergi, aku berpikir jika seperti itu kau akan membenciku dan akan melupakan ku begitu saja Gwen,"

"kau salah," kataku memotong, "kau salah jika berpikir aku membencimu dengan caramu meninggalkan ku seperti itu, kau tidak pernah tahu rasanya menjadi diriku Haz, kau tidak pernah tahu,"

"Gwen.." kedua tangan Harry mencengkram bahuku dengan sangat lembut, "tolong, dengarkan aku dulu.."

Aku hanya diam dan enggan menjawab apa-apa lagi.

"setelah aku pergi, rasanya sangat sesak Gwen.. aku bodoh karena tidak mengatakan yang sebenarnya padamu, dan aku sangat menyesali hal itu, sungguh Gwen, aku benar-benar menyayangimu, bahkan sampai saat ini.. aku masih sangat menyayangimu,"

"kenapa tidak mencoba untuk menghubungiku? kenapa?" tanya ku dengan menatap tepat di manik matanya.

"maafkan aku Gwen, aku sangat menyesal. dan oleh karena itu, izinkan aku untuk memperbaiki semuanya, kita mulai lagi semuanya dari awal, dan kali ini aku akan benar-benar menjagamu Gwen, izinkan aku mendapatkan kesempatan kedua darimu.. aku mohon," ujar Harry yang lalu kemudian memeluk tubuhku.

Aku mematung.

Aku tidak bisa bergerak sedikit pun, bahkan menolak pelukannya pun tidak.

Bagaimana ini?

Tidak.

Tidak boleh.

Deg.

Deg.

Aku.....

Deg.

Tidak, aku tidak mau terjatuh lagi karena Harry.

Deg.

Deg.

Aku sudah,

Jantungku.

Deg.

Tidak bisa!

Deg.

Ah! Manu!

Aku..

Aku punya Manu!

"ya, kalian sedang apa?"
Suara itu membuatku terkejut dan dengan cepat aku langsung melepaskan pelukan ku dari Harry. Aku sudah tahu siapa yang datang tanpa harus menatapnya, aku harus bagaimana sekarang?! Batinku.
"jawab aku, kalian sedang apa?" tanya nya sekali lagi.

"Suga," panggilku yang dihadiahi tatapan tajam tanpa ekspresi darinya.

M A N U R I O S - 2 [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang