part 41

2.1K 171 4
                                    

Gwen.

2 bulan kemudian.

"hah, bosan sekali..."

Hanya bisa berdiam diri di rumah selama liburan berlangsung, hal ini membuatku sangat bosan.. Terlebih lagi Suga tiba-tiba saja mengabariku jika ia sudah berada di Korea 1 hari yang lalu, sangat menyebalkan.

Jujur saja, aku ingin sekali jalan-jalan ke disneyland atau taman hiburan mana pun, asalkan tidak hanya berdiam diri di rumah, tapi aku harus bagaimana jika ibu sedang sibuk-sibuknya dengan rumah sakit, ayah sedang keluar negeri, dan kakak ku sedang berlatih untuk mempersiapkan pertandingan yang sebentar lagi akan berlangsung.

Jika tidak menonton tv atau film, aku akan berolahraga, selain itu kerjaan ku hanya makan, atau tidak bermain bersama jack kecil, trampolin, ya... Kalau aku ingin lebih rileks, aku akan berenang. Namun! Seminggu berturut-turut melakukan hal ini membuat ku menjadi frustasi, bagaimana tidak? Aku melakukannya secara berulang-ulang.

Ibu selalu menyuruhku untuk pergi berbelanja atau melakukan apapun yang aku suka di luar rumah, aku juga di berikan uang olehnya, tapi aku takut jika harus pergi sendirian di luar sana.

Merenggangkan otot-otot ku lalu kemudian berbaring di lantai, dan mencelupkan kedua kaki ku ke dalam air kolam renang.

"kenapa sangat membosankan.. aku harus apa..."

Setelah aku memejamkan mata sebentar, tiba-tiba teriakan anak kecil terdengar dan aku langsung membuka mata.

"hey! Justin!" teriakku, yang lalu kemudian bangkit dan berlari menuju pintu belakang yang menyambungkan antara halaman belakang rumah ku dan juga halaman belakang rumah Manu. "kau sedang apa disini?" tanyaku seraya membiarkan Justin masuk ke dalam halaman belakang rumah.

"aku bosan Gwen, apa kau ingin pergi ke suatu tempat?" tanya nya yang membuat mataku terbuka lebar.

"tentu saja aku mau!" jawabku antusias.

Aku langsung menarik Justin masuk ke dalam rumah, mempersilahkannya duduk di ruang keluarga dan memberikannya cemilan untuk menungguku yang harus mandi terlebih dahulu.

Setelah berpakaian rapih dan selesai membereskan barang-barang penting yang harus di bawa di dalam tas kecil, aku langsung lari ke lantai bawah untuk bertemu Justin yang sedang asyik memakan keripik kentang dan menonton tv.

"let's go!" ujarku yang di hadiahi senyum mengembang dari wajah Justin.

Sepanjang perjalanan menuju mall (kami memutuskan pergi ke mall karena aku ingin berbelanja) aku dan Justin banyak bercerita, entah itu tentang sekolah baru Justin, teman barunya, atau saat ia memamerkan perjalanan nya ke Paris bersama ibunya. Terkang anak ini memang suka pamer. Sedang asiknya bercerita, tiba-tiba saja ponselku bergetar dan aku langsung melihat siapa yang menghubungiku saat ini.

Suga : hai Gwen! do you miss me?
Suga : aku sangat merindukan-mu di Korea :(
Suga : setelah aku menelfon-mu saat baru sampai di Korea, kau tidak pernah membalas pesan atau mengangkat telfon ku lagi
Suga : kau masih marah?
Suga : kau jahat!
Suga : kau tahu apa alasan ku tidak memberitahu-mu? itu karena ibumu yang bilang jika aku ingin pergi, aku harus mengatakannya saat aku sudah sampai di Korea, jadi aku lakukan saja karena aku takut kau akan pergi ke bandara dan menahanku saat aku ingin pergi nanti
Suga : itu menjijikan Gwen
Suga : ah ya, omong-omong.. aku mewarnai rambutku menjadi putih Gwen.. lihatlah

Aku tersenyum membaca pesan singkat dari Suga, memang sih, setelah ia menelfonku saat sampai di Korea aku tidak pernah lagi mengangkat juga membalas pesannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum membaca pesan singkat dari Suga, memang sih, setelah ia menelfonku saat sampai di Korea aku tidak pernah lagi mengangkat juga membalas pesannya. Ya bagaimana tidak? Ia menelfon dan bilang sudah sampai di korea, tanpa izin dariku yang harus sendirian disini dan tidak bisa pergi kemana-mana. Dan ibuku? Astaga, bahkan ia memberitahukan kebiasaan ku pada sahabat ku sendiri.

Close chat dari Suga, aku langsung mencari kontak ibuku dan mengirimkannya pesan.

Mom : you're so annoying mom

send.

Saat mendapati lampu merah, aku langsung meraih lagi ponselku dan mencoba untuk membalas pesan dari Suga.

Gwen : aku juga merindukan-mu
Gwen : aku tidak akan marah jika kau membawakan ku oleh-oleh yang banyak
Gwen : ya terserah mu saja, aku jahat atau kau yang jahat telah meninggalkan ku sendirian? setidaknya ajak aku kesana babo!
Gwen : my mom so annoying
Gwen : berhentilah berkhayal pria sok tampan
Gwen : SUGA BERHENTILAH MEWARNAI RAMBUTMU! ASTAGA!

send.

Sampai nya di dalam mall, aku langsung menarik tangan Justin kecil untuk melihat discount Sweater yang terlihat lucu.

"Gwen, stop to spend your money like this.. i'm tired Gwen.." ujarnya dengan wajah memelas.

"tapi sweater itu lucu sekali,"

"remember what Manu said to you, jangan membeli barang yang kau mau, tapi beli lah barang yang kau butuh. kau lupa?" tanya nya dengan melipat kedua tangan di depan dada dan menatapku serius.

Astaga, kenapa Justin sangat imut sekali? Aku tidak tahan dengan keimutannya ini, aku langsung berjongkok untuk menyetarakan tinggiku dengannya dan langsung mencium Justin tepat di bibirnya.

"ah!" teriaknya yang terkejut dan aku hanya tersenyum, "kenapa kau selalu mencium ku mendadak seperti itu Gwen!" teriaknya lagi

"karena kau sangat imut, let's go.." ajakku.

"aku tidak mau jika kau mengajakku berbelanja lagi,"

"tidak, aku hanya akan membeli kan mu mainan, apa kau tidak mau?"

"tentu saja mau!" jawabnya sambil meraih tanganku. "Gwen.." panggilnya.

"ya?"

"aku berharap, suatu saat nanti.. aku akan menemukan seorang kekasih sepertimu," ujarnya.

"memang kenapa?"

"kau baik sekali Gwen, walaupun kau sangat egois dan keras kepala.. tetapi kau sangat baik, kakak ku sangat beruntung mendapatkan-mu," jelasnya yang membuat hatiku menghangat. Bagaimana tidak? Seorang anak kecil seperti Justin bisa berkata-kata manis seperti barusan.

"terima kasih Justin," balasku, "omong-omong, sebenarnya aku dan kakak mu sedang bertengkar, dan kami sudah sangat lama sekali tidak berkirim pesan atau menelfon," tambahku.

"benarkah?"

"ya Justin," aku mencoba untuk tersenyum, namun kelihatannya akan seperti senyum paksaan.

"ayo kita beli ice cream dulu, aku yang akan membelikannya untukmu," Justin langsung menarik tanganku ke kedai ice cream favorite yang sering kami kunjungi jika sedang pergi ke mall ini.

Selama berada di dalam kedai ice cream, aku menceritakan masalahku dengan Manu, mungkin tidak semuanya, aku hanya mengambil garis besarnya saja. Justin mengangguk seakan ia mengerti.. Dan sampai pada..

"kakak ku akan sampai malam ini," ujarnya sambil memakan ice cream cokelat favoritenya.

"apa kau tidak berbohong?" tanyaku meyakinkan.

"laki-laki tidak boleh berbohong kepada wanita nya, terkecuali ia ingin memberikan sesuatu,"

Benar.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

M A N U R I O S - 2 [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang