part 37

2.4K 162 1
                                    

Manurios.

Setelah mengetahui bahwa Gwen sudah membaik, aku mulai bisa beraktivitas seperti biasanya.

"how's today?" sapa salah satu teman sekelas ku, Danielle.

"better than before, how about you?" balasku.

"hahhhh, last night, my boyfie said that he can't continue our relationship, and... we broke up," jawabnya dengan tersenyum.

"are you okey Danielle?" tanyaku memastikan.

"menurutmu, apa aku terlihat baik-baik saja?"
Kali ini Danielle menyilangkan kedua tangannya di atas meja dan menidurkan kepalanya disana, "i'm not okay Manu, i'm broken.. he leave me, he will gone and never come back again to me, what should i do Manu?" Danielle menengok kearah ku dengan mata yang berkaca-kaca. "kenapa masa lalu datang dengan mudah begitu saja, dan kemudian menghancurkan tanpa memandang siapapun yang akan terluka?" tambahnya dengan meneteskan air mata.

"ayo kita pergi dari sini," ajakku dengan menarik tangannya dan meninggalkan kelas.

Kali ini mungkin aku akan membolos, aku tidak ingin melihat teman dekatku di kelas menangis seperti ini.

Akhirnya aku memutuskan membawa Danielle ke taman dan duduk disana.

"ice cream for crying girl," kataku seraya memberikan ice cream pada Danielle.

"thanks Manu," balasnya sambil tersenyum dan mulai memakan ice cream yang aku berikan.

Aku duduk di samping Danielle sambil menyilangkan kedua kaki dan menatap lurus ke depan melihat mahasiswa yang sedang berlalu-lalang, terkadang saat melihat mahasiswa yang sedang bergandengan tangan dengan kekasihnya membuatku sangat merindukan Gwen, sudah lama sekali aku tidak menggenggam tangannya.

"Manu," panggil Danielle.

"ya?"

"bolehkah aku bercerita padamu?" tanya nya.

"tentu saja, ceritakanlah padaku,"

"hmm, sebenarnya aku dan Louis sudah berpacaran selama dua tahun, ia sangat sukses membuatku benar-benar jatuh padanya. selama kami berpacaran, kami tidak pernah bertengkar karena pihak lain karena kami saling percaya satu sama lain. jika kami bertengkar, itu hanya karena masalah sepele yang tidak sengaja kami lakukan," Danielle tertunduk dan tersenyum, "kenangan itu masih berputar di dalam otakku Manu, kenangan dimana aku selalu bisa memeluknya, menciumnya, bahkan bergandengan tangan dengannya. setelah lulus dari senior high school, aku berangkat ke London karena aku memang ingin melanjutkan studi ku disini, jujur saja, jika boleh meminta sebenarnya aku tidak ingin berpisah dengannya, tapi aku harus bagaimana lagi Manu? ibu dan ayah sangat mendukung ku saat aku ingin melanjutkan studi ku disini, mereka.. aku ingin membahagiakan mereka, karena selama aku hidup, mereka selalu membuatku bahagia, karena itulah aku mengikuti kemauan mereka agar aku bisa menjadi dokter, dan memilih London sebagai tujuannya. namun, saat aku membicarakan hal ini dengan Louis, ia tidak terima dengan keputusan ku, ya, aku memang salah karena tidak memberitahunya terlebih dahulu, namun.. setelah aku menceritakan semuanya, Louis setuju dengan keputusan ku karena alasan yang aku berikan cukup kuat untuknya."

Danielle menegakkan kepalanya dan kembali tersenyum walaupun air mata masih menetes dari kedua matanya.

"saat keberangkatan ku pun ia masih menyempatkan datang walaupun hari itu ia harus mengikuti test masuk ke universitas, tetapi ia datang, ia datang hanya untuk memeluk dan juga menciumku lalu mengatakan selamat tinggal dengan senyum yang di paksakan. mengenalnya cukup lama membuatku tahu segala hal mengenai dirinya, saat ia memelukku ia sempat berbisik bahwa ia akan menungguku, namun sekarang hanya kenyataan pahit yang bisa aku terima darinya. ia meminta putus dariku karena ia tidak kuat menjalani hubungan jarak jauh denganku, ia juga jujur tentang kedekatannya dengan Becca, aku ingin marah namun aku tidak bisa.. aku terlalu menyayanginya, sangat-sangat menyayanginya. Louis bilang Becca datang begitu saja, dan ia mulai mengajak Louis untuk makan siang bersama atau hanya untuk mengobrol, karena hal itu Louis takut jika ia akan jatuh hati lagi pada Becca dan mendua kan ku, sebab itu lah ia memilih untuk putus."

Danielle menatapku lalu kemudian ia menyenderkan kepalanya pada bahuku. Untuk pertama kalinya ada seorang wanita yang menyenderkan kepalanya pada bahuku selain ibu dan juga Gwen. Aku hanya diam dan tidak berbuat apa-apa saat Danielle sedang menyenderkan kepalanya pada bahuku, jika saja saat ini Gwen yang sedang menyenderkan kepalanya? Mungkin saja aku akan langsung mencium juga memeluknya di waktu yang bersamaan.

"aku mendengar isak tangis di ujung telfon malam itu, dan aku tahu bahwa Louis sedang menangis disana. aku sempat mengulas senyum saat mengetahui bahwa ia mengambil pilihan yang berat, setelah itu kami sama-sama mengucapkan i love you, dan menutup telfon. pagi ini, hubungan ku sudah benar-benar berakhir dengannya,"

Danielle menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat. Setelah mendengarkan ceritanya, membuatku sedikit berkaca akan hal itu.. Bagaimana jika hal ini terjadi dalam hubungan ku juga? Namun.. Tidak, aku harus membuang pemikiran itu jauh-jauh.

"sebenarnya, pilihan yang di ambil Louis cukup baik karena ia tidak mau menduakan mu Danielle, namun.. jika ia benar-benar mencintaimu seharusnya ia masih bisa bertahan dengan jarak yang menghalangi kalian," ujarku.

"ya, kau benar Manu.. namun, aku tidak ingin jika memaksakan seseorang untuk selalu mencintaiku, bagiku segala yang di paksakan tidak akan pernah berjalan dengan baik sampai kapan pun, itulah sebabnya saat ia ingin pergi, aku benar-benar mempersilahkan."

Aku tersenyum mendengar perkataan Danielle, ternyata bukan hanya penampilannya yang terlihat dewasa, pemikirannya pun sama. Andai saja seluruh wanita di dunia ini berpikiran sama seperti Danielle, mungkin tidak akan ada yang namanya keributan antara wanita dan wanita.

"Manu," Danielle terbangun dan mengalungkan satu tangannya pada lenganku, "terima kasih banyak sudah mau mendengarkan ceritaku," katanya dengan senyum mengembang.

"ya, sama-sama," balasku dengan tersenyum.

"hmm, karena kau telah merelakan satu kelas karena aku hari ini, akan baik jika aku membalasnya dengan mentraktir dirimu dengan burger di ujung sana, bagaimana?"

"jika di pikir-pikir ajakan mu boleh juga.." jawabku yang di hadiahi tawa riang darinya.

"baiklah, ayo cepat kita pergi kesana!" Danielle menarik tangan ku untuk bangun dari duduk dan berjalan dengan ia mengalungkan tangannya pada lenganku.

M A N U R I O S - 2 [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang