Chapter 7 : Oh My Gosh

460 71 24
                                    


A.n, Please vote dan comments nih chapter. Panjang, serius.

Makin lama aku makin sedih, yang baca ceritaku dan tentu saja, yang vomment tambah sedikit.. Aku maunya update tiap sabtu, tapi kalau begini, ceritanya bakal beda.

Aku sebenarnya sudah senang ketika kalian mau baca ini, nerusin baca apalagi vote dan comments.. Tapi aku juga butuh motivasi untuk ngelanjutin cerita ini.. So guys, once again, please vote and comment this chapt. Thank you.. Xx

Selamat membaca!

+++

[Short Re-Chapt]

Aku berjalan ke arah kamar mandi dan menemui Cara sedang mencuci tangannya.

Aku memeluk tubuh rampingnya dari belakang. Sebut aku cari kesempatan dalam kesempitan pun tak apa, itu memang benar.

Cara terkejut dan mengacak-acak rambutku, "Berhentilah mengejutkanku, bro".

Aku hanya tersenyum dan melepaskan pelukanku. Cara pergi keluar sedangkan aku mencuci tangan, tapi sepertinya...

__

[Amy P.O.V.]

5 menit...

10 menit...

15 menit berlalu...

Aku kembali mengecek jam di iPhoneku.

Aku bingung, begitu juga dengan Eleanor dan Cara. Kami bertiga menatap dengan penuh keheranan satu sama lain.

Entah mengapa lelaki satu ini begitu lama di kamar mandi. Sebenarnya dia hanya sekedar mencuci tangannya atau menumpang mandi, sih? Kami jadi tak makan-makan, idiot.

Siapa yang menolak untuk makan pizza ini lebih dahulu tanpa ijin padanya? Tapi, mengingat bahwa  yang membeli pizza ini bukanlah kami, melainkan lelaki ikal itu, siapapunlah namanya, aku tak ingat dan tak ingin tahu.

Tapi kalau lima menit lagi batang hidungnya pun belum kelihatan juga, akan kumakan duluan pizza ini. Persetan dengan kata 'sopan' lagi. Kami sudah terlalu sopan dan itu melelahkan.

"Kalau lelaki satu itu tidak datang lima menit lagi, kita makan duluan." Usulku mencari hak suara pada Cara dan Eleanor.

"No, itu terlalu lama. Bahkan kita sudah menunggunya lima-belas-menit. Kalau kita menunggunya lagi, kita sudah menunggunya selama dua-puluh-menit." Seketika itu juga Cara punya bakat menjadi seorang guru matematika.

Cara menatapku penuh harap. "Amy, lebih baik kau cek Harry..", lanjutnya.

Dengan mimik jijik, aku langsung menggelengkan kepalaku. Aku tak sudi sekalipun hanya mengetuk pintu kamar mandinya itu.

"Kalian saja." Ucapku ketus lalu memalingkan wajahku.

"Amy tolong panggil Harry, please? Kamu kan mengenalnya lebih awal dari kita." pinta Eleanor. Cara hanya mengangguk, menyetujui ucapan Eleanor.

"No thanks." Ucapku datar. Kenapa tidak mereka saja sih yang memanggil si ikal , Gerri, Perry, Derry, Ferri itulah. Entah, tapi aku merasa teramat bangga ketika tak dapat mengingat namanya.

Aku kembali mengecek iPhoneku. Sudah hampir 5 menit berlalu tapi dia belum juga keluar dari kamar mandi.

Apa-apaan sih? Jangan-jangan dia kena kecelakaan di kamar mandi lagi, atau terkunci? Hahaha, semoga saja.

Tiba-tiba perutku kembali mengeluarkan suara kosongnya itu. Dengan terpaksa, aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan menuju kamar mandi.

Terdengar samar-samar air masih menyala dari balik pintu. Firasatku buruk akan itu. Apa dia tak tahu berapa harga bulanan untuk air?!

Night Changes™ // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang