[Re-chapter]
Aku mulai menekan kembali tombol on-off iPhone-ku. Tetapi, sudah kukatakan, iPhone ini takkan mungkin dapat menyala kembali. Ralat, maksudku menyala kembali dengan segala file masih tersimpan di dalamnya.
Tak sadar, pelupuk mataku mulai tergenang dengan air mata. Bagaimana tidak berduka, jika iPhone yang mengisi banyak kenangan itu hanya tergeletak, menunjukkan layarnya yang hitam saja?
Bocah keriting ingusan itu tak tau bahwa nomor telepon Zayn sangatlah berarti bagiku. Well, I don't really know. Maybe I'm still in love with him, or...am I?
+++
[Harry P.O.V.]
"Kau tak tau seberapa berharganya iPhone ini untukku!" ucap gadis berambut brunette di hadapanku ini.
Aku bangkit sehingga punggungku bersandar pada bantal. "Kau bisa membelinya kembali, atau menservisnya. Mudah, bukan?"
"Mau ku servis berapa kalipun, iPhone ini takkan lagi menyimpan nomor Zayn!" Air mata gadis itu mengalir melewati pipinya.
'Hell, gadis ini benar-benar bodoh atau bagaimana?' batinku kesal ketika ia melontarkan kata-katanya barusan.
Aku berakhir dengan penuh tanda tanya. "Aku bingung padamu. Apa hubunganmu dengan Zayn sekarang? Dia hanya mantan pacarmu yang—"
"Kau kira itu adalah hal yang mudah untuk melupakan orang yang adalah cinta pertamamu?!" ujarnya memotong seluruh ucapanku. Dasar gadis menyebalkan!
Manik mataku bertemu dengan miliknya, menatapnya kesal dalam diam, sementara ia menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba suatu pikiran terlintas di otakku. Ah, pemikiranku kali ini pasti benar!
"Jadi kau masih mencintainya? Mencintai lelaki sinting yang baru saja mengirimmu pesan dengan tuduhan-tuduhan sialan itu?! Tak mengerti lagi aku padamu, Amy!" Aku dapat memastikan jawabannya iya—bahwa ia masih mencintainya. Entah dia selama ini kerasukan apa hingga bisa-bisanya mencintai orang yang telah menjadi beban bagi hidupnya sendiri. Gadis bodoh macam apa ini? Bahkan dia lebih dari bodoh!
Ia menatapku dengan membelalakkan matanya, seolah terkejut. Lalu ia mengusap air matanya kasar dan mengantongi iPhone-nya yang tak lagi berdaya. "Hentikan ucapan sok tau mu! Kau tak tahu rasanya hingga kau berada di posisiku, Styles!"
Detik berikutnya, ia menyentakkan kakinya, melenggang pergi dari ruang kesehatan yang kutempati ini. Lantas aku berteriak, memanggil namanya berulang kali. Tapi sialnya aku, hasil yang kudapatkan hanyalah geming, tak ada suara.
Mau tak mau, akhirnya aku bangkit dari tempat tidurku untuk mengejarnya. Aku mengejarnya bukan karena aku ingin menyelesaikan pertengkaran tadi, tapi karena aku khawatir ia akan bunuh diri atau berbuat sesuatu yang lebih berbahaya. Persetan sudah dengan otot peutku yang sampai sekarang masih juga menyisakan rasa nyeri akibat tinjuan gadis itu sebelumnya.
Aku bangkit dari ranjang, lalu segera melangkahkan kakiku dengan cepat, mencari gadis itu. Sedari tadi aku hanya berlari entah kemana, tak tahu dimana gadis itu kini berada.
Tiba-tiba otot perutku kembali terasa nyeri tak keruan. Pun, aku menghentikan langkahku untuk beberapa saat, daripada akhirnya akulah yang mengobarkan diriku tewas di tempat. Lagipula untuk apa aku mengejarnya pula? Jika ia ingin bunuh diri, terserah padanya saja. Bahkan dia bukanlah orang yang berarti bagiku.
Gosh! Apa mungkin dia akan bunuh diri? Tidak mungkin. Bagaimana dengan keluarga dan sahabatnya nanti?! Bagaimana denganku nanti?! Dimana dia sekarang? Apa sekarang waktunya aku kembali berlari? Sinting! Otakku bahkan kini bekerja terbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Changes™ // h.s.
Fanfic[Completed] [Harbara fanfiction] "I'm in love with you so bad, Amy. Aku mohon, tolong cintai aku sekali lagi." -HarryStyles "Mengapa kau mencintaiku ketika aku sudah bersama yang lain? Maafkan aku Harry, tapi aku tak bisa mencintaimu lagi; Waktu su...