Chapter 49 : Worrying

107 15 0
                                    

Chapter 49

[Short re-Chapter]

Me : Kemarilah kita berpelukan dulu, aku di apartemen

07.42 Read

Zaynie<3 : Dengan senang hati, princess

Zaynie<3 : Love you, Xx

07.43 Read

Me : Love you too, Xx

07.44

+++

Ketukan di depan pintu kayu itu membuatku segera berdiri dan membukanya. Zayn, terpampang jelas disana, senyumannya mengembang kala aku membuka pintu semakin lebar.

"Masuklah, jangan kau mematung disana sambil menatapku seperti orang gila, Zayn." Aku tersenyum akan tingkahnya.

Dia akhirnya melangkahkan kaki masuk ke dalam kamarku dan menutup pintunya. "Aku memang menggilaimu sepertinya.."

Aku tertawa geli mendengar gombalan langkanya itu. "Sudah lama sekali kau tidak seperti ini.. Ini membuatku-"

"Rindu?" potongnya sebelum aku menyelesaikan kalimatku.

Aku mengerjapkan mataku lalu dengan cepat menggelengkan kepalaku, "Kau jadi sangat percaya diri rupanya.."

Dia terkekeh, "Aku merasa tak ada yang berubah, kau tahu." Zayn memelukku dan mengecup puncak kepalaku berkali-kali.

"Ya, kau yang setiap saat selalu merindukanku, benar begitu?" Aku membalas pelukannya.

Wangi parfum yang digunakannya segera menyeruak dalam indera penciumanku. Aroma harum yang membuatku rindu sekaligus takut di waktu yang bersamaan. Tubuh yang dulu sering kali memelukku erat hingga membuatku dimabuk cinta, namun sama pula dengan akhir kekacauan yang dibuatnya hingga rasanya bisa mati kapan saja. Oh Tuhan, sudah seharusnya aku melupakan kejadian itu.

"Mau sampai kapan kita berdiri sambil berpelukan begini, honey?"

Aku mengangkat wajahku, menatap manik matanya yang berwarna menyerupai kayu oak. "Kau masih ingin kupeluk tidak?"

Ia menyeringai jahil, "Kau yang memintaku untuk memelukmu. Aku memintamu untuk menciumku, kau ingat?"

Sesungguhnya aku tak berniat menciumnya, tapi setelah mengingat aku harus lebih memperhartikan kekasihku satu ini membuatku berubah pikiran.

Suhu tubuhku menghangat, kupastikan wajahku memerah. Memang benar berciuman adalah hal yang sangat wajar, tapi entahlah rasanya aku masih terlalu malu untuk menciumnya secara terang-terangan.

Pun aku berjinjit dan mencium bibirnya hanya untuk sepersekian detik. Setelah itu segera aku memalingkan wajahku yang semakin memerah. "S-sudah kan? Aku ingin sarapan."

"Aku memelukmu beberapa menit hanya untuk mendapat ciuman yang bahkan tak sampai satu detik?" Zayn memamerkan giginya sambil mengacak-acak rambutku yang tadinya sudah kutata rapi untuknya.

"Heii!! Kau merusak rambutku!" Aku menghentikan tangannya yang masih saja menghancurkan tatanan rambutku.

Zayn merangkulku masih dengan tawanya, "Kau ingin sarapan apa?"

Aku mulai menyisir kembali rambutku dengan jemari. "Apa saja, yang terdekat," ucapku sambil mengerucutkan bibir.

+++

Kring~

Aroma kopi langsung tercium ketika kami baru saja memasukki café mungil ini. Tempat ini familiar namun aku tak begitu memusingkan diri untuk mengingatnya.

Night Changes™ // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang