Chapter 30 : Terrifying Morning

199 42 5
                                    


A.N. Hai! AKu hari ini update pagi, karena nanti sore aku ada acara sampai malam. Semoga kalian suka! Enjoy!

Don't forget to vote and comment, ya!

[Short re-chapter]

Sudahlah, lebih baik kembali ke kamarku dan beristirahat juga—meski esok adalah hari libur, setidaknya aku mendapatkan istirahat yang cukup setelah menjalani hari yang melelahkan.

Selanjutnya, aku kembali terkejut ketika memerogoh kantung celanaku. Oh, payah sekali, aku baru mengingatnya sekarang. Persetan!

+++

[Amy P.O.V]

Seberkas sinar matahari, yang masuk lewat celah tirai, sesaat menyilaukan mataku. Sudah pukul berapa sekarang? Bahkan aku tak mengingat aku dapat tertidur dengan posisi yang benar dan diselimuti kain tebal ini. Maksudku, untuk apa mengingat kembali? Itu hanya membuat kepalaku pening di pagi hari.

Dan, oh, beruntungnya diriku, malam lalu aku tak memimpikan apapun tentang Zayn. Bahkan aku malah memimpikan seorang pangeran bermain kuda-kudaan di kampung halamanku. Walaupun terdengar kekanak-kanakan, setidaknya mimpiku kini jauh lebih baik dari pada hal yang biasa kuimpikan setiap malam.

Entahlah mengapa dua hal yang cukup ganjil tersebut ku alami dalam satu malam. Sayangnya, tak ada waktu berpikir lama-lama demi hal tersebut. Bagiku, hal yang terpenting sekarang adalah mengetahui kini sudah pukul berapa.

Refleks, aku mengulurkan tanganku ke nakas, mencari iPhone-ku untuk menebus pertanyaanku. Tetapi hasilnya niil, aku hanya dapat menemukan sebuah kotak.

Mau tak mau, akhirnya aku menegakkan punggungku. Seraya memperhatikan kotak itu, aku mulai memutar otak.

Tak lama, aku baru tersadar bahwa sesungguhnya iPhone-ku sudah rusak, dan kotak berisi iPhone ini kemarin diberikan oleh Harry. Aku memukul kedua pipiku, merasa bodoh.

Buka, tidak, ya? Bagaimanapun juga, aku belum berterimakasih padanya. Aku jadi merasa tak enak walau hanya sekedar membuka bungkusnya saja. Lagipula, masa hanya karena membutuh handphone, harus dibelikan orang lain. Manja sekali diriku.

Aku mengedarkan pandanganku ke penjuru kamar mendapati jam dindingku yang tidak berdetak. Jarum jam dindingku masih saja menunjukkan pukul empat sore hari lalu.

Sialan sekali. Disaat seperti ini jam dindingku malah tak berfungsi.

...

Tinggal mengira-ngira kini pukul saja, bukan? Ha, itu salah satu manfaat matahari. Haha, untung aku pergi sekolah.

...

Ah, mana kutahu sekarang pukul berapa, kau kira aku seorang pengamat matahari? Yang benar saja, bagiku pukul sembilan pagi maupun tengah hari tak ada bedanya.

Aku menyerah. Kuakui, tak ada jalan lain. Aku harus tahu sekarang pukul berapa, aku ada shift kerja hari ini. Tidak boleh telat, atau gajiku dipotong.

Akhirnya aku memutuskan untuk menyalakan iPhone yang baru saja kemarin diberikan Harry. Persetan, dia juga yang merusak iPhone-ku.

Ketika layar telah menyala, terpampang pukul delapan pagi. Aku menghela nafas, lega. Aku masih punya banyak waktu.

Yah, mau tak mau setiap hari aku wajib bangun pagi, karena selain aku mengambil kampus pagi, setiap hari libur aku ada shift bekerja di café pukul sepuluh.

Capek? Memang. Tapi setidaknya aktivitas di pagi hari membuat hariku jauh lebih panjang. Benar, bukan?

Dengan mata yang masih sayup-sayup, aku segera membuka kulkas, mengambil beberapa makanan yang kusimpan sedari dua hari lalu. Kemudian menyantapnya sambil menyeduh cokelat panas.

Setelah selesai, aku langsung mencuci piring dan cangkir kotor tersebut. Berhubung kamarku kini tampak lebih bersih, aku tak boleh membuatnya kembali hancur berantakan. Aku harus merawatnya bersih sampai kamarku ini berdebu dengan sendirinya.

Ketika aku baru saja hendak berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah kantukku, tiba-tiba sepasang lengan kekar melingkari pinggangku dengan erat. Sontak aku segera terkesiap. Jantungku berpacu hingga rasanya ingin keluar. Aku hanya bisa menatap lengan yang melingkari pinggangku. Siapa?

Pencuri? Tidak mungkin, aku jelas-jelas mengingat kemarin telah mengunci pintu balkon, lagipula pintu depan tak ada tanda terbobol. Tapi,.. lalu siapa?

Jujur saja, aku terlalu takut untuk menoleh. Takut bahwa yang memelukku dari belakang ini bukanlah manusia, melainkan semacam makhluk halus.

Jika benar pelakunya bukanlah manusia, aku akan diam dan tak bergerak, setelah itu dia akan hilang dengan sendirinya. Itulah yang diajarkan Momku.

Dengan hati-hati, aku melirik pinggangku yang masih dilingkari dengan sepasang lengan kekar. Sungguh, ini sangat menakutkan. Tak ada yang bisa kulakukan selain menunggu dalam diam.

'Kumohon, cepatlah pergi.' Batinku berteriak ketakutan.

---

To be continued...

Last Update : Saturday, June 3, 2017. 10:12 AM.

Next Update : Sunday, June 4, 2017.

Don't forget to leave votes and comments! See you in the next chapter!

Thank u..

-Janx


Night Changes™ // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang