A.N. Yey akhirnya bisa update juga! ENJOY!!
Jangan lupa vote dan comment ya kalau suka! Thank you <3.
[Short re-Chapter]
Harry tak menjawab, ia malah membuang padangannya. Sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik. Aku menepuk bahunya sambil menoleh ke arahnya dengan tersenyum, "Ya sudah, ayo kita saling bercerita, bagaimana?"
Ia akhirnya membiarkan wajahnya terekspos kembali di hadapanku. "Tapi kau berkata bahwa kau sudah mengantuk. Aku juga tak ingin kamu kelelahan, Amy.." Ia memajukan bibir bawahnya, membuatku gemas.
"Berhentilah memanyunkan bibirmu, kau membuatku ingin mencium—," ucapanku terpotong saat menyadari apa yang baru saja kukatakan. Dengan cepat, aku segera memalingkan wajahku yang mulai memanas setiap detiknya.
+++
"Apa? Kau sepertinya cepat belajar banyak kata-kata menggoda seperti itu dariku ya, Amy."
Aku sangat beruntung, sepertinya lelaki satu ini tak mengetahui ucapanku sebelumnya bukanlah rekaan semata. Aku tertawa canggung, "Ha, iya. Terimakasih, kau mengajarkan banyak kata-kata menggoda—eh, apa?" Aku kembali terkejut dengan kata-kataku sendiri. Oh, sialnya diriku.
Ia meledakkan tawanya, sementara diriku dipenuhi keringat dingin. "Kau gadis yang pintar!" Tangannya mengacak-acak rambutku.
"Sudahlah, cepat cerita! Kalau tidak aku akan pergi tidur saat ini juga." titahku tanpa menoleh ke arahnya. Sesungguhnya aku ingin memelototinya, tetapi aku cukup gengsi menunjukkan wajahku yang pasti padam di hadapannya. Aku memang merasa asing dengan tubuhku sendiri akhir-akhir ini, bagai ada rasa yang pernah kukenal dan aku cukup menikmatinya.
"Mau di dalam atau di luar?" tanyanya.
Aku melirik selimutku dan sepertinya lelaki itu cukup peka.
"Yasudah kita berbicara di luar saja, lagipula kau sudah membawa selimutmu kemari." timpalnya—yang sama sekali bukan perkiraanku. Aku salah menyebutnya lelaki peka.
Ia mendudukkan bokongnya di atas lantai balkon, menyenderkan punggungnya pada pagar teras. Kemudian ia menepuk bagian kosong di sebelahnya, membersihkan debu yang ada di sana sekaligus mengisyaratkanku untuk duduk di sana. Pun, aku meletakkan bokongku di sebelahnya.
"Hei, bagi selimutmu. Melihatmu memakai selimut setebal itu membuat tubuhku terasa dingin." Ia menatapku dengan senyuman andalannya, yang membuatku mual sekaligus terpana. Entahlah, aku merasa ada yang tidak beres dengan diriku apabila bersama lelaki ikal satu ini. Sayangnya, aku terlalu suka untuk mengabaikan perasaan aneh tersebut.
"Ambilah selimutmu sendiri," ucapku berusaha terdengar kasar. Namun yang kudapatkan malah mata memelas darinya.
"Jauuuh..." rengeknya membuatku menghela nafasku.
Akhirnya aku membagi selimutku padanya, membuat kami berdua sama-sama terbungkus satu selimut. Tak dapat kupungkiri, tubuhku malah merasa lebih hangat ketika memakainya berdua.
"Jadi, apa yang ingin kau ceritakan?" tanyaku membuka pembicaraan di antara kami.
"Jika aku yang duluan bercerita sepertinya akan mejadi hal yang begitu.. ehm, serius, mungkin?" Ia kembali menampilkan senyumannya yang simpul kepadaku, "Sebaiknya kau yang bercerita dahulu. Aku ingin menanyakan sesuatu juga lagipula."
Aku tersedak dengan ucapannya. "Apa maksudmu? Aku sama sekali tak berniat bercerita denganmu dari awal. Ah, kan, aku sekarang bingung harus bercerita apa."
"Yah, ceritakan saja tentang dirimu, pekerjaanmu, apa saja. Itu hal mudah, kan?" tanyanya membuatku mendengus.
"Kenapa harus tentang diriku?" Aku mengernyit, "Kalau begitu, aku akan bicara tentang dirimu saja, bagaimana?"
Harry menaikkan kedua alisnya. "Ide bagus,"
Aku mengalihkan perhatianku pada benda-benda di sekitar kami, mencari-cari apa yang harus aku katakan tentangnya.
"Kau adalah orang tergila yang pernah kutemui. Selesai." Aku terkekeh. Sepertinya aku mulai tertular hobinya yang gemar mengerjai orang lain.
Ia membelalakkan matanya. "Hei, begitu saja? Tidak adakah yang bagus dariku? Jahat sekali kau, Amy."
Pupil mataku meliriknya jahil, "Ya~ memang tak ada yang harus kubanggakan darimu. Kau pemalas, manja, tidak tahu diri, orang kaya yang masih juga mencuri barang-barang milik tetangganya sendiri. Benar bukan?"
Harry membelalakkan matanya dua kali lipat lebih lebar. "Tidak juga! Aku mungkin memang pemalas, tapi caramu mendeskripsikanku terdengar berlebihan!"
Aku berhamburan tawa. Aku tak tahu kapan harus jujur padanya dan mengatakan bahwa dirinya adalah lelaki yang sangat lucu, seolah cuek tapi peduli, seenaknya namun manis. Mungkin aku takkan pernah bisa mengatakan hal semacam itu di hadapannya. Bahkan hal itu terlalu memalukan untuk dibayangkan. Dan lagi, jika aku mengatakan itu ia akan keterlaluan percaya diri sehingga mengira aku mencintainya—yang di lain sisi, aku sudah punya Zayn.
"Makanya, kau saja yang cerita. Aku tidak pandai bercerita, apalagi saat kepalaku kosong begini." ucapku asal-asalan, berharap ia segera memulai ceritanya sehingga aku bisa lebih cepat pergi ke alam mimpi.
Kudengar hembusan nafasnya yang berubah menjadi berat. Tanpa menoleh, ia memulai ceritanya dengan awal yang serius, "Kau tahu tidak?"
"Tidak." tanggapku singkat atas pertanyaannya yang tidak jelas.
Harry tiba-tiba merangkulku, "Kau ini masih saja menyebalkan,"
Aku tak berkutik, membiarkan lengannya menggantung di pundakku. Aku bergeming dengan canggung, tak tahu apa reaksi yang seharusnya aku berikan. Maksudku, dia bukan seorang yang spesial bagiku, bukanlah lelakiku, bahkan dirinya adalah tetangga yang kubenci, tapi bisa-bisanya ia memperlakukanku seperti ini. Dan sialnya, kini aku seolah tak dapat memberontak.
"Tadi...baru saja aku ditelpon,," penggalnya, membuatku menoleh penasaran. Mimiknya berubah seketika, tampak seperti menyembunyikan sesuatu.
"Oleh?" tanyaku menuntutnya menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu.
"Za-ah, maksudku Kendall." Ia terkekeh hambar.
---
To be Continued...
Last Update : Monday, July 10, 2017. 12.27 AM.
Next Update : Saturday, July 15, 2017.
P.S. HAYOLOH HARRY ISI TELPONNYA APAH?
Moga-moga di next update, chapter ini bisa nyampe 15+ orang yang vote. Amin!
Don't forget to leave votes and comments in every parts! See you then in the next chapter of Night Changes! Xx
-JanX
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Changes™ // h.s.
Fanfiction[Completed] [Harbara fanfiction] "I'm in love with you so bad, Amy. Aku mohon, tolong cintai aku sekali lagi." -HarryStyles "Mengapa kau mencintaiku ketika aku sudah bersama yang lain? Maafkan aku Harry, tapi aku tak bisa mencintaimu lagi; Waktu su...