Chapter 26 : Malik

296 47 6
                                    

A/n. Vote before and comment during reading to appreciate author's work. Thank you and enjoy the story!

[Short re-chapter]

"Baiklah, aku akan menceritakan tentang Zayn, semua tentangnya—termasuk hubungan Zayn denganku."

Aku bersorak kegirangan. Thanks God, akhirnya dia mau buka mulut tentang Zayn dan hubungan lelaki es itu dengan dirinya—yang hingga membuatnya menangis berulang kali.

"Tapi, ada satu syarat, Harry.." ujarnya sambil mengerutkan keningnya, melihatku dengan tatapan yang serius. Aku menyiritkan keningku, memintanya untuk melanjutkan ucapannya. "..kalau aku menangis, tolong peluk aku."

+++

Aku terkejut untuk sejenak, sebelum akhirnya dapat mencerna segala ucapannya. "Tentu saja. Free hug for you anytime. Free kiss for you too, if you want.." Aku membuka tanganku dengan lebar sambil tersenyum kepadanya.

"You are such a playboy, Harry." ujarnya diiringi kekehan. Aku hanya tersenyum, menunggu ucapan yang akan ia sampaikan berikutnya.

"Baiklah, bagaimana kalau ku awali dengan Zayn itu siapa?"

Aku mengangguk sebagai tangggapanku akan pertanyaannya. Aku mulai memperhatikannya dengan serius, membuka telingaku lebar-lebar, agar terfokus dengan ceritanya yang sedari tadi ku tunggu-tunggu.

"Zayn Javadd Malik. Salah satu dari anak terpopuler sejak awal masuk sekolah dasar. Ia selalu terlihat bersama dengan the boys."

"The boys?" sela ku ketika dia berbicara, namun, siapa peduli? Tentu saja ia harus memberiku penjelasan sedetail mungkin.

"The boys itu..hmm, kalau dibilang geng laki-laki populer di kampus. Ketuanya itu Louis Tomlinson. Perlu ketahui: walaupun Louis itu terlihat sangat friendly dan tampan, sebenarnya banyak yang takut akan sosoknya. Ia terkenal sangat kejam, nekat, dan sering membully adik kelas ataupun kakak kelas yang berani macam-macam kepadanya."

Louis? Lelaki yang ramah itu ternyata bisa kejam juga? Wow. Cerita ini kelitahannya akan semakin menarik. "Lalu?"

Amy tersenyum. "Anggota lainnya itu yang kau temui kemarin. Ada Liam yang paling dewasa, Niall yang sangat imut, dan Zayn yang kau juluki manusia es" Gadis itu tetawa kecil. Entah yang membuatnya suka tertawa sendiri tiba-tiba seperti kesetanan.

"Sebenarnya aku sedikit kaget sih kau memanggilnya manusia es, karena kupikir aku saja yang menganggapnya telah berubah drastis menjadi manusia sedingin itu." lanjutnya yang membuat kekehan sebelumnya masuk akal—setidaknya, sedikit lebih masuk akal.

"Dahulu, Zayn sangatlah rendah hati, ceria, bersemangat serta sangat keterlaluan manis—ekm... maksudku romantis." Ia menyengir tak jelas.

"Namun kemudian tak lama setelah aku putus dengan Zayn, dan Zayn bersama Gigi. Aku melihatnya berbeda. Aku menjadi tak mengenalnya, bahkan sesentipun dari dirinya tak lagi kukenal. Sifatnya yang ceria, bersemangat dan suka menolong itu tak ada lagi. Semuanya berubah seolah ia telah tersihir menjadi sebuah robot.

"Memang wajahnya yang rupawan masih sama seperti dahulu—bahkan menurutku, ia bertambah lebih tampan. Hanya saja, cinta dan kasih sayang tak hanya melihat dari apa yang tampak di luar, tetapi apa yang ada dalam hatinya..

"Seiring berjalannya waktu, Zayn masih berhubungan dengan Gigi, namun lelaki sialan itu masih sering gonta-ganti cewek. Tak jarang aku mendapatinya menggoda gadis lain." Senyuman Amy berubah menjadi masam.

Aku hanya menepuk pundaknya, memberi dorongan agar ia tak larut di dalam pilu. "Mungkin dia bukan lelaki yang tepat bagimu.." ucapku berniat menghiburnya lagi.

Night Changes™ // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang