Chapter 5 : Who? Me?

438 85 2
                                    

A.n. Budayakan vote sebelum membaca, jan jadi silent readers yha!

[Short Re-Chapt]

Pintuku kembali diketuk, membuatku segera membukakan pintu.

Tetapi benar, bukan ini yang kuinginkan.

"Pizza please?"

Aku membulatkan kedua mataku, menatap lelaki ikal yang berada tepat di depanku ini dengan tatapan dari ujung sepatu sampai ujung helai rambutnya.

Rahangku seakan jatuh menganga. "Who are you?"

"Me? I'm Harry, Harry Edward Styles."

-

[Harry pov]

"Who are you?"

"Me? I'm Harry. Harry Edward Styles."

Sedikit kecewa karena bukanlah Cara yang membukakan pintu. Tetapi dengan segera, aku mengangkat kedua ujung bibirku, membentuk seulas senyuman tipis.

Sebenarnya tadi di lobby aku bertemu dengan seorang pengantar pizza yang sibuk bertanya dimana kamar seorang gadis bernama Cara Delevingne. Sepertinya Cara lupa memberi tahu nomor kamarnya—tidak, bukan kamar Cara, namun kamar gadis sensi yang kini berdiri dihadapanku.

Jadi aku memutuskan untuk membayar pizzanya dan memberikannya pada Cara. Tapi apa yang kudapatkan? Malah seorang gadis penuduh.

"Ternyata kau itu pengantar pizza?" Ia masih membulatkan matanya.

What?

"Tapi, kenapa kau tak pakai seragam?"

Gosh?! Dia menganggap orang sekeren aku ini jadi pengantar pizza? Oh yang benar saja. Bahkan dengan ketapanan wajahku saja aku dapat mendapatkan pekerjaan sebagai model prefesional.

"Hei, aku bukan pengantar pizza.." aku melihatnya masih diam tidak bergerak sesentipun, hanya sirat bingung tertera di wajahnya. "..Aku sudah membayarnya, kau mengerti?"

Dengan polos ia mengangguk mengerti. "Baik sekali dirimu"

Aku memberinya pesanan pizza ini dan dia menerimanya.

Baik? Yeah, but sorry girl, sebenarnya kebaikanku itu seharusnya diterima oleh Cara, not you.

Tapi sudahlah, lagipula ini pizza juga akan dimakan gadis ini bersama teman blonde super cantiknya itu. Aku ikhlas.

Cara sudah seharusnya mengetahui siapa yang membelikannya pizza, bukan?

Lalu Cara akan segera mengetuk pintu kamarku dan ketika aku membukakan pintu, ia langsung memelukku dan menciumku sebagai tanda terimakasihnya.

Baik, ini berlebihan.

Tak lama aku menyadari bahwa gadis di depanku ini tengah melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajahku.

"Y-ya? A-Ada apa?", tanyaku canggung.

"Kau ini malah melamun. Makasih.", ucapnya datar. Dia ini tak bisa tersenyum sedikit apa denganku?

"sama–" belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, ia menutup pintunya. Tidak sopan sekali. Kalau saja dia bukan perempuan, aku pasti akan langsung mencekiknya hingga sekarat.

Ketika aku mau beranjak dari depan pintu seorang gadis tak tahu sopan santun ini tiba-tiba pintu terbuka. Spontan aku menghentikan aktivitasku.

"C-Cara?", panggilku antara bingung sekaligus senang karena dapat melihat wajah cantiknya lagi.

"Terimakasih ya..", ucapnya sembari tersenyum.

Padahal aku mengharap lebih. Khayalanku terlalu jauh.

Aku langsung menyunggingkan senyumku. "Sama-sama, Carl.."

"Eh.. Bagaimana kalau kau ikut bergabung bersama kami, Curl?" Ia menarik tanganku untuk masuk dan bergabung dengannya dan kedua sahabatnya.

By the way, Carl and Curl. Kami memang pasangan masa depan yang cocok.

Cara menggandeng tanganku untuk ikut menonton film. Nemo? Oh Gosh, aku sudah bosan menontonnya.

Tapi ini demi Cara, jadi tak masalah.

Baru lima menit berlalu, aku merasa sangat mengantuk. Lebih baik aku tidur, kujamin Cara takkan keberatan.

Suara isakan tangis membuatku terbangun. Huh, padahal baru saja aku bermimpi.

Aku terbangun menemukan Cara dan seorang lagi menangis ketika menyaksikan ayah nemo kini terperangkap di dalam jaring-jaring.

Aku langsung memeluk Cara yang berada di sebelahku dan mengusap kepalanya perlahan.

Aku tahu ini aneh untuk menyukai gadis lesbian. Ya, itu memang membuatku hingga tak bisa berkata-kata ketika ia berterus terang padaku sewaktu aku merayunya.

Namun aku tahu, aku yang akan membuat dia berubah prinsip dan menyukaiku, bahkan mencintaiku. Tak ada yang bisa menolak lelaki se-ganteng aku, bukan?

Tiba-tiba ia bangkit dan tersenyum kepadaku. Oh senyumnya sangat memabukkan.

"Oh ya, yang ini namanya Eleanor..." ucap Cara yang langsung disambung oleh jabatan tangan dari Eleanor. ".. dan seperinya gadis itu takkan sudi jika aku memberi tahu namanya.", sambungnya menunjuk seorang gadis yang sedang teridur pulas.

Aku hanya mengangguk menanggapinya.

Kemudian pandanganku tertuju pada gadis yang kutemui di lift yang masih tertidur dengan posisi duduk menyandar di dipan kasur, sama seperti diriku sebelumnya.

Melihatnya yang masih terlelap, mengaktifkan pikiran jahilku. Ini pasti akan menyenangkan.

-

Ini partnya ga aku edit ya, jadi sorry kalo ada typo.

P.S. Kamu nakal ya Her,

Dikit ya?? Vomments yang banyak biar authornya juga ngasih part yang panjang.

Sengaja aku gantungin biar kalian semangat baca next chaptnya :)). LOVE U ALL MY READERS!

keep vomment, I need your vote and comment for next chapter yeay?

320++ votes to get next chapter, right!

don't be silent readers ya, vomment and enjoy the story.

Janx

Night Changes™ // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang