[Harry's Point of View]
"Peter, tolong sampaikan pada Dad bahwa aku baru saja menyelesaikan surat-suratku di sini. Aku akan kembali ke London nanti malam." jelasku singkat.
"Baik. Apa ada hal lain yang perlu saya bantu, Tuan?"
Aku berpikir sejenak. "Kumpulkan saja berkas yang perlu aku cek di ruang kerjaku. Selebihnya akan aku urus sendiri setelah sampai."
"Baik, Tuan."
Aku mematikan sambungan telepon kemudian menghela napas, mengacak-acak rambutku kembali yang sudah berantakan.
Apakah aku tidak terlalu muda untuk mengurusi hal seperti ini? Bahkan aku tidak punya kisah asmara yang bisa kuceritakan pada siapapun selama berada di New York. Sepertinya aku memang harus menghabiskan waktuku untuk bermain di sela-sela pekerjaanku nanti di London. Umurku takkan berjalan di tempat, bukan?
Sekali lagi aku menghela napas dengan cukup kasar. Sebaiknya aku segera megubur kenangan di sini walau sesungguhnya aku merasa tak sanggup menghapus Amy dari ingatanku, tetapi aku harus peduli dengan kesehatan mentalku. Dan lagi, aku tak ingin urusan hati ini mengganggu pekerjaanku nanti.
Oh ya, aku hampir lupa untuk menghubungi the boys. Aku memang tidak sedekat itu dengan mereka tapi aku merasa tidak enak jika aku pergi tanpa salam perpisahan.
Arah Satu (5)
Me : Aku akan kembali ke London, ada yang perlu aku kerjakan di sana.
13.02 Read by 4Louis : Wait, kapan kau akan ke London?
13.03 Read by 4Liam : Kau tidak melanjutkan kuliahmu di sini, Styles?
13.03 Read by 4Me : Malam ini, Lou.
Me : Ayahku lebih membutuhkanku untuk sekarang, aku akan melanjutkan studiku nanti.
13.05 Read by 4Niall : Apakah tidak lebih baik kami setidaknya mengantarkanmu ke airport?
13.06 Read by 4Me : Tak perlu mencemaskanku, Niall.
Me : Sampai jumpa lagi, boys.
13.07 Read by 4Louis : Apakah ini tidak terlalu tiba-tiba?
13.08 Read by 4Niall : Ya, kita bahkan belum mengadakan pesta perpisahan.
13.08 Read by 4Ya, memang sangat tiba-tiba, Lou. Setelah terakhir bertemu dengan Amy, aku merasa urusanku sudah selesai. Aku memang perlu lari untuk sementara waktu.
Liam : Baiklah Harry, kabari kami jika kau membutuhkan sesuatu, okay?
Liam : Katakan sesuatu, bodoh! @Zayn
13.10 Read by 4Harry : Thanks, Payne.
13.10 Delivered+++
[Amy's Point of View]
"Baiklah, ini surat keteranganmu." Mr. Mayer memberikanku sebuah map. "Apakah Uncle boleh tahu untuk apa kalian membutuhkan ini?"
Aku mengerutkan dahiku, "Kalian?"
"Kukira kau dan Harry memang sudah berencana untuk bekerja bersama. Sebelumnya Harry juga datang kemari meminta surat keterangannya untuk diproses." jelas Mr. Mayer yang membuat banyak pertanyaan muncul di kepalaku.
Harry? Dia ingin pindah? Ataukah, bekerja? Untuk apa dia bekerja?
"Sepertinya ia akan melanjutkan bisnis orangtuanya di London. Dia bahkan tidak memberi tau Uncle detailnya, dasar." lanjutnya.
London? Kenapa Harry tidak memberitahuku?
Kemudian ia berdeham, "Bagaimana denganmu? Apa kau juga akan melanjutkan bisnis orangtuamu?"
Aku hanya menggeleng sambil memaksakan sebuah senyuman, "Ah, aku hanya membutuhkan ini untuk part-time ku. Aku akan menyelesaikan kuliahku dahulu."
Pria tua itu hanya ber-oh ria mendengar jawabanku. Apakah selama ini dia benar-benar mengira aku keponakannya dari Alaska? Huft.
"Kalau begitu aku pamit dulu,... Uncle." Aku segera melangkahkan kakiku keluar dari ruangannya.
Semua pertanyaan kembali bermunculan satu per satu. Bukankah setidaknya Harry memberi tahuku tentang kepergiannya? Aku bahkan baru mengerti arti selamat tinggal darinya.
Setelah keluar dari ruangan, aku menemukan Eleanor dan Cara sedang menungguku.
"Apakah sehabis ini kau akan pergi ke tempat Olivia?" tanya Cara.
"Ya," aku meneguk salivaku, "Tapi.., Apakah kalian tau Harry akan pergi ke London?"
Eleanor mengangguk pelan, sedangkan aku dan Cara hanya mematung sempurna. Yang benar saja, lelaki ikal itu memang sengaja tidak memberi tahuku!
Aku merasa jantungku berdegup kencang, feelingku buruk tentang ini. Aku menekan nomor telepon Harry, membuangnya dari daftar blokir, lalu menghubunginya.
"The number you're calling is not answering, please call again in a while. Press–"
Sial! Dia bahkan tidak mengangkat nomorku. Aku mengumpat dalam napasku.
"Amy?" tanya Eleanor pelan.
Setelah begini, hatiku terasa sangat perih. Padahal kukira tadi kami sudah berpamitan dengan baik, padahal akulah yang menolaknya. Benar-benar sialan!
Tiba-tiba iPhoneku bergetar, membuatku segera memandang layar telepon yang menampangkan panggilan dari Olivia.
Apa sih yang kuharapkan?
Pun akhirnya dengan kecewa, aku mengangkat telepon tersebut kemudian meletakkannya di telinga kananku.
"Amy, kau dimana? Jam 4 nanti shiftmu mulai, tapi kita belum selesai mengangkut barang-barang dari kantorku. Kuharap kau cepat datang untuk membantu, Amy." ucap Olivia di seberang sana. Napasnya terengah-engah.
"Lima belas menit, Olivia." balasku singkat sebelum akhirnya menutup telepon sepihak.
Sekarang aku benar-benar harus membantu Olivia. Masalah Harry, akan kutanyakan nanti malam seusai shiftku. Dia sudah pasti berada di apartemen itu, bukan?
---
End of Night Changes.
Terimakasih untuk para readers setia yang telah mendukung 'Night Changes'. Demikian akhir dari coretan pendek kisah Amy dan Harry. Yang masih mau menghujat sad-ending dipersilahkan, lol. 👉👉👉
Votes dan comments yang kalian berikan sangat berarti dan sangat saya apresiasi! Terimakasih!! 🥰
See you later on
'Night Changes 2' !
The date of its release will be announced soon (not in a short time, sry). Xx
-Janx
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Changes™ // h.s.
Fanfiction[Completed] [Harbara fanfiction] "I'm in love with you so bad, Amy. Aku mohon, tolong cintai aku sekali lagi." -HarryStyles "Mengapa kau mencintaiku ketika aku sudah bersama yang lain? Maafkan aku Harry, tapi aku tak bisa mencintaimu lagi; Waktu su...