BAB 2 Masih tentang diriku

2.6K 203 0
                                        

Masih tentang diriku

Bicara tentang diriku lagi, kalian tau ? sejak kakaku meninggal aku hidup sendiri di rumah sebesar ini. Orang tua dan adikku memilih tinggal di luar kota dengan alasan hidup disana lebih nyaman. Sebenarnya aku juga diajak tinggal bersama mereka, namun aku menolak karena bagiku tinggal di rumah ini lebih nyaman. Walau aku tau di sini aku sendirian.

Dulu ketika kakaku masih ada dialah yang mau menemaniku tinggal di rumah ini. Biar bagaimanapun rumah besar milik ayahku ini memiliki sejarah tersendiri bagiku. Dahulu ketika aku masih kecil sampai duduk di bangku sekolah menengah atas semua keluargaku masih lengkap, Ayah, ibu, kakak dan adikku pernah tinggal bersama disini. Kehangatan yang hampir setiap hari kurasakan. Namun karena beberapa hal yang menyangkut pekerjaan Ayah mengaharuskan mereka tinggal di luar kota dan pada akhirnya mereka menetap disana sampai sekarang.

Dulu, lagi-lagi aku membicarakan masa lalu . Yap memang kalau berbicara masa lalu bersama keluargaku begitu membahagiakan sampai-sampai aku tak bisa melupakan masa-masa itu, masa dimana tak lagi bisa kurasakan saat ini. Hingga merubahku menjadi seperti sekarang. Aku yang dingin, cuek dan tak peduli dengan orang lain.

Jika kalian membayangkan aku ini sosok wanita yang feminim, anggun, cantik, berpenampilan menarik dan lemah lembut kalian salah besar.  Ralat sebenarnya dulu aku memang seperti itu tapi sekarang aku berubah tak seperti yang ada dalam bayangan kalian. Meski kuliah mengambil jurusan Psikologi tapi aku sama sekali tak menunjukan sikap dan penampilan sebagai calon psikolog. Kalian tau kenapa ? itu semua karena dari awal aku tak pernah berminat mengambil jurusan itu, aku lebih suka seni. Tapi kalau kedua orang tuaku sudah memilihkan keinginan mereka aku bisa apa ? selain pasrah dan menuruti apa yang mereka mau.

Mungkin jika orang melihat  penampilanku yang sekarang mereka akan mengira aku ini cewek urakan, penampilanku tak mencerminkan seorang mahasiswa but I don't care. Pergi kuliah hanya memakai celana hitam robek-robek dibagian lutut sampai pada bagian paha, sneakers putih, kaus pendek dan jacket kulit hitam ditambah kalung panjang yang melingkari leherku serta earphone yang menutup rapat kedua telingaku. Belum lagi Rambut yang kubiarkan tergerai begitu saja dan polesan lipstick merah marun pada bibirku menambah kesan yang tidak rapi bagi kebanyakan orang yang melihatku sebagai mahasiswa fakultas psikologi. Yah seperti sekarang ini, aku tengah berjalan dengan santainya di koridor kampus yang lumayan ramai. Ramai sama mahasiswa-mahasiswa yang kelihataya sih lagi pada sibuk belajar dan ngobrol-ngobrol gitu deh ah lupakan. Mereka semua memandangku aneh. but siapa yang peduli.

Aku tetap berjalan dengan santai sambil menikmati dentuman music dari benda bulat yang menempel di telingaku. Tapi tiba-tiba saja ada yang menubrukku dari belakang. Akupun refleks terhuyung kesamping dan terjatuh sialan pantatku sakit sekali. Dooooh siapa sih nih yang main tubruk aja kaya banteng. Sontak orang-orang yang ada di sekeliling koridor kampus menertawai ku. Lagi-lagi lagi sialan aku pun bangun dan melihat seorang laki-laki yang telah menubrukku dari belakang memandangku tanpa rasa bersalah. Aku hanya menatapnya dengan sorot mata galak syarat akan kemisteriusan. Kemudian berlalu pergi karena banyak ngomong dan memperpanjang masalah sepele itu bukan aku.

Setelah konsultasi dengan dosen pembimbingku hari ini aku pulang seperti biasa jalan kaki yap aku selalu jalan kaki tiap kali pulang pergi kampus. Jarak kampus dari rumah lumayan dekat dan aku lebih suka jalan kaki walaupun ada motor dan mobil. Dengan berjalan kaki aku lebih lama sampai dirumah dan lebih lama juga bisa menghabiskan waktu dijalan walaupun yang kulihat cuma lalu- lalang kendaran tapi aku begitu menikmati.

Saat dengan santainya berjalan tiba-tiba ada yang menubrukku dari depan. Gila, siapa sih jalan gak pakek mata ? Bodoh jalan ya pakai kaki lah.

Brrruuuuuuukkk.......

"Eh sorry-sorry mbak" kata laki-laki yang menabrakku ini.

Aku mendongak melihat wajahnya dengan raut muka marah. Sedikitpun aku tak berniat membalas kata maafnya dan akupun memilih berlalu dari hadapanya tapi baru selangkah kakiku beranjak sebuah tangan menahanku.

"Tunggu aku minta maaf" kata laki-lagi itu lagi. Heuuh rasanya aku begitu malas menanggapinya, memutar bola mata jengah akupun membuka suara.

"DI MAAFKAN " setelah mengucap dua kata itu aku ingin beranjak lagi dari hadapanya, tapi lagi-lagi suara laki-laki itu menghentikan langkahku.

"Nama kamu siapa boleh aku kenal ?" katanya. Cih maenstream banget yang kayak gini. Tak mau ini semakin lama aku pun dengan terpaksa menyebutkan namaku

"Dewi, udah kan ? biarin gue pergi" kataku

"Eh Tunggu dulu dong cuek banget sih gak nanya balik nama gue?" tanya nya gila PD banget nih cowok.

"GAK PENTING" jawabku kemudian cepat-cepat berlalu dari cowok itu.

***** To be continue ******

Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang