"Sumpah wi gak ada maksud lain selain pengen jadi temen lo itu doang " Adam berucap meyakinkan.
"Ya tapi gue gak pengen punya teman" kataku menatapnya tak suka
" Kasih alasan yang jelas buat gue kenapa lo gak pengen ada temen"
"Bukan urusan lo " jawabku ketus
" Kalau keinginan lo pengen jadi temen gue cuma kerena pengen tau apa yang mau gue sampein waktu itu, lo tenang aja gue bakalan sampein sekarang juga. Semua itu tentang kakak lo Tasya dia meninggal karena bunuh diri kan ? 1 bulan yang lalu. Kakak lo nyuruh gue nyampein permintaan maaf dia sama lo dan keluarga lo. Mungkin dia masih gak tenang karena kesalahan yang pernah dia lakukan dan dia juga minta lo cari orang yang udah nyakitin dia dan merusak dia sampai akhirnya dia nekat mengakhiri hidupnya" Lanjutku menceritakan pada Adam.
Adam hanya tercengang mendengarkanku. Dia beku beberapa saat.
" Apa ? lo serius kan sama cerita lo ini ?" Adam tampak tak percaya dengan apa yang aku ceritakan.
" Lo pikir gue ngarang cerita gitu ? gak ada untungnya juga buat gue yang ada malah buang-buang waktu gue tau lo. Tapi ya terserah Lo mau percaya apa gak itu bukan urusan gue" semburku kesal.
"Jadi Lo punya indra ke enam ? " katanya menebak
" Penting ya lo tanyain itu ? gue cuma sekadar bisa melihat mereka dan interaksi aja" jawabku datar
"Oh pantesan"
Aku mengrenyitkan dahiku tak mengerti maksud ucapanya."Pantesan lo aneh" lanjutnya dan Aku hanya mendengus sebal
"Tugas gue udah selesai buat nyampein ini jadi lo ga perlu repot-repot harus jadi temen gue. Lo boleh pergi sekarang kalo udah gak ada yang di tanyakan lagi" kataku datar
"Tapi wi gue butuh teman buat mengungkap seseorang yang tega melakukan hal kejam itu sama kakak gue" katanya
" Gue gak bisa gue sibuk lagian kan ada keluarga lo kenapa harus gue ?"
" karena lo bisa melihat dan interaksi sama kakak gue pasti nanti kakak gue ngasih petunjuk tentang orang itu. Please wi bantu gue" aku melihat raut wajah Adam yang melas memohon. Sejenak aku berpikir. Tepat saat itu juga Tasya berdiri di sampingku membisikan permintaanya lagi.
"Dewi tolong...." bisiknya lirih membuat bulu kudukku sedikit berdiri.
"Oke gue bantuin lo" kataku singkat
"Yess thanks wi" sontak Adam memelukku dengan girang
"Apaan sih lo lebay gak usah peluk-peluk gue juga kali" aku berontak melepas pelukanya.
"Hehe sorry wi kelepasan" katanya
"Kalau gitu mulai besok kita awali pencariannya. gue bakalan jemput lo besok sekarang gue pamit dulu gue harus ke kampus pagi ini" katanya kemudian beranjak berdiri dari duduknya
"Gak perlu lo jemput gue bisa jalan sendiri" kataku
"Gak ya lo tetep harua gue jemput. Gue pamit dulu okay bye "
"Yaudah teserah" aku berkata sambil menutup pintu rumah ketika Adam telah keluar.
****
Haduh pikiranku hari ini benar-benar kacau gak jelas apa yang lagi aku pikirkan. Kini aku duduk di balkon kamar menatap langit malam yang gelap tanpa cahaya bulan. Mungkin karena saat ini sedang gerimis. Aku tak mengerti dengan keadaan suasana hatiku saat ini, tepatnya sejak Adam pulang. Katakanlah aku ini bodoh, kurasa memang begitu. Pasalnya aku ini kuliah di jurusan psikologi tapi dengan apa yang terjadi pada diriku sendiri saja aku masih bingung mengatasi. Hemmm
Aku menghela nafas kasar terus terngiang perkataan Adam bahwa hidup gak akan berwarna tanpa orang lain disisi kita. Apa iya aku harus berusaha membuka diri untuk menerima orang lain menjadi temanku. Memikirkan membuka diri untuk berteman saja sudah pusing, apalagi memikirkan membuka hati untuk menerima seseorang menjadi pacaraku ah semakin ngawur.
Tapi mungkin tidak ada salahnya jika aku berteman dengan Adam. Ah tidak...tidak aku terlalu takut di hianati seorang teman, No and Big no. Aku tetap tidak ingin punya teman dan kurasa hubunganku dengan Adam hanya sekadar ingin membantu selepas itu sudah tak ada yang perlu di sambung lagi hubungan apapun di antara aku dan dia sekalipun itu hanya sebatas teman. Jangan kalian katakan aku ini terlalu sombong, tidak aku tidak seperti yang kalian kira. Kalian harus mengerti jika aku terlalu trauma, trauma penghianatan teman-temanku beberapa tahun lalu. Aku membutuhkan waktu untuk sembuh dari trauma itu. Seharusnya aku memang menyembuhkan diriku sendiri.
***To be continue***

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia [END]
General FictionTuhan mempunyai banyak cara dalam mempertemukan manusia tunggal agar bertemu dengan pasangannya. Entah dengan cara baik atau buruk, dengan cara di ulurkan secara halus maupun dilempar dengan kasar atau bisa jadi dengan suatu perantara. Jika Tuhan su...