BAB 4 Pagi yang dingin

1.9K 153 1
                                        

Pagi yang dingin membuatku enggan beranjak dari ranjang. Tubuhku masih bergulung malas dengan selimut tebal. Mataku yang masih terpejam engganku buka masih menikmati hangatnya selimut lembut yang membungkus tubuhku pagi ini. Apalagi aku sudah semester tua jadi jarang sekali ke kampus kalau tidak menemui dosen pembimbing untuk konsultasi. Oleh karena itu aku bisa free menikmati tidur sepanjang hari. Jangan di tiru

Perut keronconganku membuatku sedikit bergerak dan membuka sedikit kelopak mataku. Tapi tiba-tiba kelopak mataku terbuka lebar, membelalak sempurna ketika retinaku menangkap sosok perempuan yang tidur disebelahku, sedang menatapku tajam. Aku cepat-cepat bangkit dan turun dari ranjang.

Aku merasa kesal dan terganggu dengan ulah hantu perempuan itu lagi-lagi dia yang menghantuiku Sebenarnya apasih maunya ?

"Lo ngapain sih disini hah ? Sana-sana pergi, gangguin orang tidur aja"  Triakku frustasi

Sosok itu kemudian kembali menghilang. Benar-benar kamvret tuh hantu. Perutku yang keroncongan membuatku mau tak mau beranjak keluar kamar. Di dapur hanya ku temukan roti tawar dan selai coklat serta susu cair kemasan yang siap di minum. Setidaknya bisa mengganjal rasa lapar yang mendera pagi ini. Omong-omong Jika kalian bertanya apa aku selalu beli makanan tiap kali mau makan? jawabannya adalah tidak. Jangan salah, meskipun begini aku pintar kalau urusan dapur masak memasak aku jagonya. Tiap hari aku memasak untuk diriku sendiri, tapi kali ini bahan-bahan masakan yang tersedia di kulkas  telah habis. Biasanya aku belanja sayuran dan bahan- bahan masakan lainnya seminggu sekali. Sepertinya nanti aku akan pergi belanja.

Kalo soal uang terkadang aku dapat dari hasil kerja freelance ku sebagai photografer  di beberapa tempat wisata. itu pun gak sering aku lakukan, hanya kalau aku mau dan punya minat cari duit sendiri. So hanya itu pekerjaan yang aku sukai saat ini lagipula itu bagian dari hobby ku sejak SMA dengan menjadi photograger yang masih amatiran ini setidaknya dengan begitu aku bisa melihat warna- warni kebahagiaan orang lain dari balik DSLR ku. Secara tidak langsung itu menjadi kebagian tersendiri pada duniaku saat ini. Balik lagi soal uang terkadang aku juga dapet transferan dari orang tua setiap bulannya meskipun aku gak pernah meminta, tetapi mereka dengan sendirinya mentransfer uang ke rekeningku.

Setelah mandi dan sarapan aku berniat pergi ke swalayan yang tak jauh dari rumah. Aku membuka pagar besi di depan rumahku. Tapi begitu pintu pagar ini terbuka aku di kejutnya dengan kedatangan seseorang, siapa lagi kalau bukan Varell.

"Kan udah aku bilang jangan kaget kalau aku bakal ke sini lagi" katanya sembari menaik turunkan alisnya

"Ngapain sih lo pagi-pagi dateng ke rumah orang, gak ada kerjaan ya lo?" kali ini aku berbicara sedikit banyak dan masih terkesan galak.

"Wah aslinya kamu cerewet juga ya, makin cantik kalo kayak gitu" gombalnya Cih.

Aku memutar bola mata jengah karena gombolanya.

"To the point aja deh mau ngapain lo kesini ?" tanyaku

"Okey deh cantik aku kesini mau balikin kaos dan memberi sepucuk bunga cantik ini buat kamu" ujarnya, menyodorkan kaos yang kemarin ku pinjamkan, dan sepucuk mawar merah yang masih merekah segar nan harum.

"Oooh oke makasih" Aku berucap singkat lalu menyambar kaos beserta bunga yang dia berikan kemudian dengan cepat aku masuk kedalam menutup pintu gerbang dengan kasar.

BREEKKKBREKK BREEK

Dia menggedor gedor sambil teriak-teriak gak jelas. Ah bodo amat

" Wi buka wi aku pengen kenal lebih jauh sama kamu" teriaknya masih bisa ku dengar, karena aku memang masih berada di balik pintu gerbang ini.

" Dewi aku tau kamu masih di situ kan, ijinin aku kenal sama kamu. Ijinin aku buat jadi temen kamu, aku mau jadi temen kamu" Dia masih berteriak melontarkan apa yang mau dia katakan. Aku memilih meninggalkannya dan masuk kembali ke dalam rumah. Bodo amat sama dia, sampai tenggorokan dia sakit sekalipun aku tetep gak mau nanggepin dia.

                  *****DYM*****

Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang