BAB 10 Pencarian awal

1.7K 159 2
                                    

Sore ini aku sudah terlihat rapi, eh ralat yang benar sih terlihat berantakan dengan celana jeans yang robeknya kelewat robek di bagian lutut dan paha, kaus polos dibalut jacket kulit hitam mirip seperti preman pasar dan tambahan kaca mata hitam semakin membuat pesonaku di cap sebagai preman jelas semakin terlihat. Saat ini pukul 14.00 aku sudah berdiri di depan gerbang rumahku. Menunggu Adam yang katanya mau menjemput untuk memulai pencarian seseorang yang tega merusak hidup kakaknya itu.

aku clingak-clinguk ke kanan dan ke kiri melihat jalanan dan rumah-rumah disekitar rumahku tampak sepi seperti kuburan. Jangankan motor becak saja tak ada yang lewat. Hampir sepuluh menit aku menunggu Adam tapi tak juga datang. Lama banget sih tu orang.

Tak lama kemudian aku melihat sosok itu. Sosok berjambul, berkacamata, kulit putih bersihnya di balut jacket kulit hitam yang lumayan keren. Yup itu dia orang yang kutunggu sejak tadi, tapi tumben sekali dia naik motor oh bisa juga ternyata naik motor. Tapi menurutku dia lebih cocok naik motor sih lebih kelihatan keren. Eh kenapa aku malah muji-muji dia sih, duh sadar wi sadar.

"Hai, udah lama ya nunggunya ?" Tanya Adam begitu dia sampai di depanku. Aku sudah memasang muka masam.

"Setahun" Jawabku asal. Dia malah terkekeh geli, dih kenapa lagi tu orang ga jelas tau gak ?

"Sorry deh tadi gue ada konsultasi sama dosen pembimbing satu jam doang maaf ya " kata dia lembut banget kayak lagi ngomong sama pacar.

"Yaudah jadi berangkat gak nih ?" kataku masih dengan nada kesal.

"Ya jadi dong ayo naik" katanya memintaku naik di belakangnya. Tanpa banyak bicara aku pun segera menurutinya.

***

Aku dan Adam menuju ke daerah seperti yang telah di katakan oleh Tasya bawasanya mantan pacarnya itu bertempat tinggal di daerah yang cukup terpencil meskipun masih di provinsi DIY. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa sampai di daerah ini.

Tak terasa hari sudah mulai senja aku dan Adam kini memasuki daerah yang cukup pelosok dan menanjak. Entahlah aku sendiri tidak tau ini dimana. Menurut petunjuk yang diberikan Tasya disinilah orang itu tinggal. Entah masih di sekitar sini atau sudah tidak di sini lagi.

Di daerah perkampungan yang jarang penduduk ini begitu sepi sunyi dan rumah-rumah yang di bangun juga hanya sedikit. Jarak rumah satu dengan rumah yang lain begitu jauh merenggang di batasi oleh pohon-pohon yang tumbuh menjulang tinggi. Aku bisa membayangkan jika malam tiba daerah ini akan sangat mencekam suasananya.

Tiba-tiba Adam menghentikan motornya di depan sebuah rumah kayu yang menurutku kondisinya tak layak pakai, terlihat reot dan bagian bawah dari kayu-kayu yang menyangga atap genting rumah itu sudah lapuk di gerogoti rayap-rayap kecil. Duh kasihan sekali pikirku.

"Kita turun dulu coba tanya ke pemilik rumah itu yuk siapa tau dia kenal" kata Adam mulai melepas helm dan sedikit membenahi jambul kece nya. Sedangkan aku masih terbengong belum turun dari motor. Sampai suara Adam kembali terdengar membuyarkan lamunanku.

"Dewi ayo turun malah bengong. Siapa sih nama mantan kakak gue biar gue yang nanya sama pemilik rumah itu kali aja dia tau"

"Astaga " pekikku sambil menepuk jidat

"Kenapa wi ada apa lo ngelihat sesuatu" tanya Adam

Aku menggeleng.

"Gue gak tau nama orang yang kita cari dam, tapi udah bener sih di daerah ini kata kakak lo. Tapi sumpah gue lupa gak tanya namanya" kataku menepuk nepuk jidat.

"Aduh gimana sih wi masa kita nyari orang gak tau namanya, terus gimana dong sia- sia dong kita jalan sejauh ini"

"Biar gue cari tau dulu, duh tasya mana lagi nih ngilang-ngilang mulu kerjaanya dasar hantu" aku menggerutu lirih tapi aku yakin Adam masih bisa mendengarnya.

Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang