BAB 11 Masih proses Pencarian

1.6K 163 5
                                    

Malam ini pukul 20:00 aku dan Adam masih berada di daerah yang jarang penduduk ini. Sebenarnya aku sudah lelah menyusuri jalan dan bertanya pada setiap orang yang ada di daerah ini namun lagi-lagi tak ada satu orangpun yang mengenal orang yang ku cari itu.

Aku mencoba memanggil Tasya agar dapat berkomunikasi dengannya lagi dan menanyakan nama lain dari Prasetya itu. Namun setelah Tasya mendekat dan aku mencoba ajak dia berbicara dia mengatakan tak begitu tau nama lengkap prasetya. Namun, tasya bilang dulu prasetya itu sering di panggil teman-temannya dengan sebutan Bima.

"Dam kakak lo bilang dulu temen-temen prasetya sering manggil dia Bima" kataku memberi tahu Adam yang tengah sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat ini Kami masih berdiri di samping motor depan warung penjual nasi.

"Oya, apa mungkin namanya Bima prasetya, terus di daerah sini dia di panggil Bima kalik " Adam kembali menerka

Tunggu-tunggu aku sepertinya pernah denger deh nama Bima, tapi di mana ya? Oh shiit aku ingat, bukankah orang yang nabrak aku waktu itu namanya juga bima ya ? orang itu juga bilang nama lengkapnya Varell Bimantara. Apa mungkin Prasetya itu Varell ya ?

Aku masih bergelut dengan pikiranku sendiri, mencoba menghubung-hubungkan orang yang bernama prasetya ini dengan Varell  yang beberapa waktu lalu pernah menabraku dan sempat mengajaku berkenalan lalu sempat ku tolong ketika dia terguyur hujan karena motornya mogok. Entah kenapa aku jadi bepikir mereka orang yang sama. Karena aku baru ingat v
Varell pernah bilang jika bersama teman-temannya dia di panggil dengan nama Bima.

"Hemm kalo gitu kita jalan lagi coba tanya ke orang-orang lagi yuk" ajakku pada Adam

Aku dan Adam meneruskan perjalanan. Sampai akhirnya kita sampai di depan sebuah bagunan tua yang cukup besar seperti bekas pabrik yang lama tak digunakan. Kebetulan ada beberapa orang bapak-bapak yang berjalan melewati pabrik itu. Aku menyuruh Adam menghentikan motor sejenak kemudian turun menghampiri beberapa bapak-bapak tersebut.

"Emm permisi pak numpang tanya"

"Iya neng mau tanya apa ya ?"

"Maaf apa bapak kenal ataupun mendengar seseorang yang bernama Prasetya"

"Sepertinya di daerah sini gak ada yang namanya prasetya neng"

"Oh gak ada ya pak ? Emm kalo Bima, apa mungkin disini ada yang namanya bima pak ?

"Oh kalo bima ada neng, tapi sekarang dia sudah tidak tinggal di sini lagi. Kata keluarganya sih dia pergi ke kota" jawab salah seorang dari bapak-bapak itu

"Emmm apa bapak tau nama lengkap dari Bima yang bapak maksud itu ?"

"Wah kalo nama lengkapnya sih saya kurang tau neng setahu saya biasanya orang-orang sini manggilnya Bima"

"Owh gitu ya pak, bapak tau rumah keluarganya dimana ?" Tanyaku lagi

"Tau neg, nih jalan ini neng lurus aja nanti ada belokan ke kanan. Nah rumahnya tepat disebelah belokan itu neng"

"Oh iya pak kalau begitu terimakasih banyak pak " kataku sesopan mungkin kemudian bapak itu berlalu pergi. Aku mulai melirik Adam yang sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapanku dengan bapak-bapak tadi. Entah apa yang ada di pikirannya tapi dari tadi dia hanya diam dan memperhatikanku yang sedang berbicara.

"Kenapa lo" tanyaku datar

"Ternyata lo bisa lembut juga ya kalo lagi ngomong sama orang tua" katanya sembari tersenyum kagum. Aku hanya diam tak mau menanggapi.

"Yaudahlah cepet kita kerumah yang di bilang sama bapak tadi"

"Yaelah iya neng mulai lagi deh juteknya" Adam berkata sambil mencolek daguku

Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang