BAB 17 Lamaran langka

1.2K 105 6
                                    

Aku masih syok dengan apa yang barusan Adam katakan, apa maksudnya coba bilang Rubi udah meninggal. Udah jelas-jelas tadi pagi Rubi ngobrol sama aku.

"Maksud kamu apasih ngomong kaya gitu, kamu pikir kematian bisa buat becanda gitu ya ?" Tuduhku pada Adam dengan nada marah.

"Kamu gak percaya wi sama aku ? Aku gak becanda Rubi emang udah gak ada 3 hari yang lalu dia pergi ninggalin kita semua" Adam mulai berbicara yang menurutku itu hanya ngaco. Karena aku tau rubi masih hidup faktanya tadi pagi aku masih ngobrol sama dia.

"Karangan bebas macam apalagi sih dam yang lo critain. Jelas-jelas tadi pagi aku ngobrol sama dia, ketemu dia di kampus ini. Udah deh dam lo gak perlu ngarang cerita yang cuma menghabiskan stok imaginasi kamu. Aku cuma minta lo cintain dia itu aja" Setelah berkata sepertu itu aku beranjak dari duduku namun Adam mencegahku membuat aku kembali mendaratkan pantatku di kursi kantin itu.

"Wi tunggu dong mau kemana sih ? Kamu dengerin aku dulu ya sebentar aja. Setelah ini teserah kamu mau percaya atau gak silakan, tapi tolong ya dengerin aku dulu" kata Adam begitu lembut sedangkan aku hanya diam memandang ke arah lain.

"Dewi hey....lihat aku dong. Rubi memang udah meninggal wi itu kenyataanya. Seminggu yang lalu kita memang udah nyiapin keperluan pernikahan dan tiga hari yang lalu saat dia nganter undangan ke rumah temannya dia kecelakaan dan meninggal di tempat. Keluarganya dan keluargaku begitu sedih menerima kenyataan itu begitu juga denganku meskipun aku gak pernah cinta sama dia. Tapi aku juga ngrasain kesedihan bagaimanapun juga dia orang yang pernah hadir di hidupku. Kalau kamu belum percaya juga, sekarang aku anter kamu ke makam Rubi. Biar kamu percaya kalau ini bukan cuma berita bohong yang aku karang seperti apa katamu, ini nyata wi" Aku terdiam mencoba mempercayai apa yang Adam katakan. Benarkah dia, lalu tadi itu ?

"Tapi tadi itu..." belum sempat aku memprotes Adam sudah memotong ucapanku

"Udah ya sekarang lebih baik aku antar kamu ke makam Rubi ayo" Adam menarik tanganku dan membawaku menuju parkiran mengambil motornya. Sepanjang perjalanan aku diam tak ingin lagi mengeluarkan suara. Aku masih bingung dan belum percaya sama sama semua ini.

"Kita udah sampe sekarang kamu turun ayo ikut aku" Adam menarik tanganku dan membawaku masuk area pemakaman dan menunjukan kepadaku sebuah makan yang bertuliskan

Rubianti wibowo
Binti
Wibowo
Wafat: 30-08-2016


Aku menganga tak percaya dengan apa yang ku lihat. Mataku berkaca-kaca benarkah semua ini ?

"Sekarang kamu udah percaya kan, ini makam rubi. Kamu bisa lihat tanahnya masih basah dan bunga-bunga yang bertabur di atas tanahnya juga masih baru kan ? Aku gak pernah bohong wi sama kamu" Adam berkata demikian.

Melihat makam bertuliskan nama rubi membuatku perlahan mengeluarkan air mata. Rubi bener-bener udah pergi. Sesaat memoryku melayang mengingat pertemuan pertamaku dengannya, ketika aku menabraknya dan bersikap jutek padanya. Teringat teriakan rubi ketika mengajaku berbagi pengetahuan. Semua itu bagai kaset rusak yang berputar-putar dalam memoryku. Dan teringat obrolan kami tadi pagi, jadi tadi itu ...? pantas saja tadi pagi muka rubi pucat sekali dan cara bicaranya terdengar dingin tak seperti pertama kali kita bertemu. Selamat jalan rubi, maaf atas kesan pertama dan sikap yang kurang baik selama ini kepadamu. Semoga Tuhan menerima mu berada di tempat terindah di sisinya. Itu doaku.

"Aku bener-bener gak nyangka dam sama ini semua. Tadi pagi aku sempat ngobrol sama dia dan topik obrolan dia tentang kamu. Dia bilang dia mau kamu bahagia sama orang yang kamu cinta. Apa tadi pagi itu cuma mimpi ?" Kataku membuka suara dengan lemah

"Enggak itu bukan mimpi kamu lupa. Kamu bisa melihat mereka, mereka yang gak bisa dilihat sama semua orang ?"Adam menatapku dalam-dalam begitu juga aku.

Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang