BAB 16 Ujian

1.1K 117 2
                                    

Blammmm....

Aku menutup pintu rumahku kasar, tak memperdulikan Adam yang masih di belakangku dan berbicara yang entahlah, bahkan aku sama sekali tak memperdulikan apa yang dia bicarakan sedari tadi. Mungkin dia mencoba menjelaskan perkataan mamanya yang menyebut Adam punya tunangan. Rasanya kepercayaanku terhadap Adam yang mulai ku bangun kini mulai runtuh lagi. Berani-beraninya dia mengatakan ingin jadi sahabat hidupku, nyatanya dia mempunyai seorang tunangan. Omong kosong apa lagi

"Dewi buka pintunya aku mau ngomong" dia menggedor-gedor pintu rumahku. Aku yang masih berada di balik pintu sebenarnya masih bisa mendengar semua ucapannya.

"Wi....dengerin aku. Aku emang di jodohin sama Rubi. Emang benar aku udah tunangan tapi kamu harus tau wi aku gak pernah suka sama dia dan aku menolak. Mama wi mama yang terus maksa aku. Ayo buka dong wi kita harus bicara" Adam masih terus menggedor-gedor pintu dan berkata apapun yang ingin dia katakan.

Sesaat aku baru sadar ternyata lonceng angin yang tadi sempat Adam berikan padaku masih ku bawa. Aku membuka pintu berniat mengembalikan lonceng itu pada Adam. Untuk apa aku menerima barang dari orang yang sudah jelas-jelas punya tunangan.

"Nih lonceng lo lebih baik lo kasih sama tunangan lo. Lo salah kalo kasih ini ke gue" aku menyerahkan paksa lonceng angin itu pada Adam dan kembali menutup pintu. Sedangkan Adam hanya diam memantung mungkin dia bingung mau ngomong apalagi padaku.

"Kalo kamu emang gak percaya sama aku, aku gak bisa maksa kamu buat percaya sama aku wi. Tapi kamu harus tau aku sayang sama kamu wi sejak kita sama-sama. Aku gak peduli sifat dingin dan jutek kamu. Yang jelas hati ini mengatakan kalo aku jatuh cinta sama kamu wi. Kalo kamu gak pengen aku disini lagi nemenin kamu biarin lonceng ini tetep disini biarin dia yang nemenin kamu ya " Adam berkata panjang lebar dan itu masih bisa ku dengar dari balik pintu.

Kalau boleh jujur perasaanku campur aduk sekarang jika mulutku mengatakan tidak dan cenderung berkata jutek. Tapi, bagaimanapun juga hatiku tak dapat bohong. Aku mulai menerima Adam bahkan mungkin aku memang sudah jatuh cinta. Lagi-lagi mulut dan hatiku tak singkron. Tapi itulah kenyataanya dan sekarang apa, kenyataan yang mau tak mau ku telan mentah-mentah ketika tau dia sudah bertunangan dengan orang lain.

Lama tak kudengar lagi suara Adam aku mencoba mengintip dari balik jendela rumahku. Ternyata Adam sudah tak ada lagi di luar. Akupun membuka pintu dan begitu pintu terbuka ku temukan lonceng angin milik Adam sudah tergantung di tengah-tengah pintu. Sejenak aku tertegun dan entahlah kenapa aku jadi terenyuh sampai-sampai aku tak sadar air mata yang sudah lama tak keluar ini sekarang mulai menetes lagi.

Tak tahan aku segera beranjak menuju kamar dan merenung di balkon kamarku sambil bermain gitar. Ku ungkapkan semua yang aku rasa lewat lyric demi lyric lagu yang mewakili perasaanku saat ini. Karena bagiku cuma ini yang sedikit menghiburku.

***

Kini sudah seminggu aku dan Adam tak lagi bertemu juga tak berkomunikasi sama sekali walau lewat wa. Aku menyadari kehadiran Adam saat bersamaku walau hanya seminggu itu telah mengahadirkan rasa kehilangan yang mendalam ketika dia tak lagi ada bersamaku. Seperti sekarang ini, aku sepi.

Rasa ini ...
Semakin dalam,
semakin membuat aku jatuh.
Kedalam cintamu...

Rasa ini...
Tak ku bayangkan
Bila tak bisa bersama dirimu
Aku sepi.....

Malam ini aku kembali merenung dengan di balkon. Ditemani gitar dan syair lagu yang keluar dari mulutku. Tapi, nyanyianku terhenti ketika aku dengar bunyi lonceng yang begitu nyaring dari arah pintu utama. Aku keluar membuka pintu dan mendapati lonceng angin itu bergerak seirama ketika angin menggoyang-goyangkan bagian dari lonceng itu. Aku menyentuhnya, sungguh lonceng ini semakin mengingatkanku pada Adam sekarang aku tak tau gimana kabarnya sudahkah dia menikah dengan tunanganya itu ? Ah pikiranku semakin kalut

Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang