Hari ini setelah aku berhasil melakukan pertemuan empat mata bersama Romi dan mengumpulkan bukti ke jahatan yang dilakukan Varell pada Tasya melalui sebuah rekaman yang diungkapkan oleh Romi akhirnya semua kejahatan Varell benar-benar terungkap. Akupun segera memberikan bukti-bukti yang telah ku peroleh pada pihak yang berwajib berharap segera di proses sebagaimana mestinya. Kini ku anggap semua misiku menolong Tasya, kakak Adam itu telah usai. Aku berharap setelah ini hidupku tak lagi berurusan dengan orang lain. Karena semuanya telah selesai.
"Dewi tunggu dulu lo mau kemana ?"
Adam mengejarku begitu kami keluar dari kantor polisi dan aku yang ingin menaiki motorku terpaksa berhenti."Kenapa lagi sih ? "
"Makasih ya lo udah bantuin usut kasus ini sampai sejauh ini. Gue bener- bener makasih banget sama lo" ucapnya Tulus
"Yaya biasa aja lagian gue nglakuin ini semua buat diri gue sendiri karena gue ga mau aja di ganggu sama kakak lo itu dan sekarang urusan kita udah selesai dan so ga ada lagi alasan buat kita ketemu lagi oke. Gue cabut" kataku sembari memasang helm
"Dewi tunggu dulu dong, apa lo masih gak mau jadi temen gue wi" pinta Adam serius
"Kalo lo beneran mau jadi temen gue lo buktiin sama gue kalo lo tulus dan bikin gue percaya lagi sama yang namanya temen, karena kepercayaan gue sama seorang temen udah lama gak ada. Gue lebih nyaman hidup sendirian tanpa temen-temen penghianat di hidup gue" kataku dingin
"Gue janji gue akan buktiin kalo gue tulus sama lo wi gue akan mengembalikan kepercayaan lo. Gue akan buktiin bahwa gak semua temen itu penghianat seperti yang lo bilang"
"Okey buktiin. Gue tunggu " setelah mengucap kalimat itu aku berlalu pergi dari hadapan Adam.
*****
Malam ini aku berdiri di dekat jendela kamarku yang ku biarkan terbuka, perlahan angin berhembus mulai masuk melalui sela-sela jendela membuat tubuhku seketika dingin. Rasa lelah yang mendera tubuhku seakan tak ku hiraukan, malam ini entah kenapa aku teringat pada kedua orang tua dan adiku yang berada di luar kota. Jarang sekali aku berkomunikasi dengan mereka memang beberapa tahun belakangan aku tak pernah lagi menghubungi mereka duluan. Jika mereka tak menghubingiku aku juga tak mau menghubungi mereka, aneh memang tapi inilah kenyataanya.
Bukanya aku mau durhaka pada orang tua dan peduli dengan keluarga. Bukan, aku hanya tak ingin mengganggu waktu sibuk mereka. Aku tau mereka semua di sana sibuk bekerja dan aku juga ingin mereka menyadari sendiri bahwa aku di sini membutuhkan mereka aku ingin mereka kembali tinggal di sini, bersamaku. Tapi aku tidak ingin mengungkapkan secara langsung pada mereka, karena pada dasarnya aku juga bukan tipe orang yang mudah mengungkapkan keinginanku pada orang lain secara terang-terangan.
Aku tau orang tak akan mudah membaca pikiran dan kemauan orang lain begitu saja. Tapi aku sangat yakin dengan kepekaan seseorang akan menyadari keinginanku. Terlebih mereka adalah orang tuaku sendiri. Aku hanya bisa berharap semoga seiring waktu berjalan mereka bisa menyadari jika aku di sini butuh mereka aku di sini ingin mereka kembali, semoga.
Wuuuussssh....
Angin menghempas tubuhku kasar sedetik itu juga ku lihat sosok Tasya berdiri di belakangku dengan jarak cukup jauh dia mengucap maaf dan terimakasih padaku karena membantunya selama ini. Aku pun cukup mengiyakan dan ku harap setelah ini dia bisa kembali ketempat yang seharusnya. Bersama angin yang berhembus lagi sosok tasya menghilang dari panca indraku.
Aku menutup jendela kamar dan beranjak ke tempat tidur ku lihat hp ku menyala. Ternyata Adam mengirim sebuah pesan singkat yang terbaca "sleep taght ya"
Aku tak membalasnya, tapi hatiku sepertinya mulai terbuka akan hadirnya Adam dan aku ingin memberinya kesempatan padanya untuk membuktikan semua janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia [END]
General FictionTuhan mempunyai banyak cara dalam mempertemukan manusia tunggal agar bertemu dengan pasangannya. Entah dengan cara baik atau buruk, dengan cara di ulurkan secara halus maupun dilempar dengan kasar atau bisa jadi dengan suatu perantara. Jika Tuhan su...