Kejadian Kesembilan

18 1 0
                                    

Vada sadar, berkat kebangsatan Amy beberapa hari yang lalu, tak ada lagi yang mau berteman dengan Vada. Semua orang menjauhinya seperti dia adalah makhluk paling hina di muka bumi ini.

Vada melengos.

Ia tidak akan heran dengan hal itu. Amy pasti akan melakukan segala cara agar Vada menderita.

Pernah Amy membuat adik kelasnya menangis hingga tidak datang sekolah selama dua minggu penuh karena takut Amy memukulnya lagi.

Semua orang takut pada Amy. Semua tunduk padanya.

Itu sebenarnya terdengar seperti berita buruk untuk Vada sekarang. Apalagi saat mengetahui Amy seorang pengganti ketua osis setelah ketua dan wakil ketua osis hengkang dari HB.

Ini semua salah Radja dan Bintang yang terlalu banyak membuat keonaran di sekolah. Seandainya mereka bisa puasa untuk tidak membuat onar, sudah pasti tidak ada yang namanya drama dramaan hingga pindah sekolah.

"Test test," Vada yang melamun dari tadi tersadar dengan suara sok imut di depan barisan.

Ya, hari ini hari Rabu. Setelah hari Senin adalah upacara, Selasa adalah literasi, hari Rabu adalah apel seluruh kelas sebelum melaksanakan KBM.

Dan di depan barisan kali ini ada Amy dengan kemunafikannya.

Wanita ular!

"Sebelum melaksanakan KBM, kita akan berdoa dan doa minta kesediaan dari Nevada Maria."

Sudah Vada duga.

Pandangan teman—ralat musuh-musuh mengarah pada Vada. Vada memilih cuek bebek saja dan melangkah menuju ke depan.

Setelah meminta izin untuk berdoa menurut agamanya, ia mulai berdoa.

Tuhan, jaga Vada dari wanita-wanita ular, ya. Batin Vada setelah selesai berdoa.

Sebelum kembali ke barisan, tangannya dicegat Amy dan menyuruh Vada untuk diam di tempatnya. Selama apel berlangsung ia bersama-sama dengan Amy di depan barisan dan itu sangat menyebalkan.

"Sebelum kembali ke kelas, mohon OSIS untuk menertibkan seragam hari ini. Sekian," ujar Pak Lele dengan wajah sok kejamnya. Ia berjalan untuk hengkang dari depan barisan dan kembali ke ruangannya untuk mengambil rotan panjang, bermaksud menghukum murid bandel setelah selesai penertiban.

"Elo diam sini. Rok lo pendek."

Okey, Amy ternyata belum puas membuat hari Rabunya menderita. Ini bisa membuat namanya tercoreng sebagai siswa taat hukum. Tapi mau bagaimana lagi? Roknya pendek. Tidak pendek-pendek amat, tapi kalau Pak Lele lihat ya pasti tetap kena hukuman.

Sebelum ia bergabung dengan barisan bermasalah, ia sempat melirik rok Amy dan mendesis.

Mini nangkep mini. Dasar sok lengkap!

Vada benci melihat ini. Rok Amy lebih pendek dari punyanya, dan sekarang ia malah berada di lapangan sedang berpanas-panasan sedangkan Amy sudah masuk kelas.

Amy memang mantan teman tai kuda.

--

Aku gak bisa dateng jemput. Sibuk.

Oh great!

Kemarin-kemarin Amy pergi sekarang Alpha juga ikutan membuat ia geram.

Tanpa Vada sadari, ia menangis. Di depan halte saat sudah tidak ada lagi ojek atau angkutan umum.

Makin hari Alpha makin menjauh dan terkesan cuek padanya. Dan dalam keadaan seperti ini Alpha tak datang untuk menjemputnya.

"Setelah sekian lama pura-pura tegar, akhirnya lo bisa juga ya nangis." Vada marah mendengar tuturan cowok sok bijak di sampingnya.

Ia mengenal suara itu. Suara Noah yang entah kenapa selalu saja terngiang-ngiang.

"Kenapa elo di sini, ha? Mau cari gara-gara lagi?"

Noah menggeleng. Memberikannya tatapan aneh dan berkata, "Gue mau jemput cewek gue. Ih lo kok kegeeran banget sih?"

Php gak php kalo dari diri sendiri udah nganggep, baper juga ternyata.

Sekian lama Vada terdiam, tapi tak ayal membiarkan dirinya termenung menatap Noah sejenak.

Tak percaya cowok tengil itu bisa juga dapet cewek.

Bohong!

Kenapa dalam lubuk hati Vada yang paling dalam merontah karena perkataan jayus Noah barusan? Kenapa dia merasakan sakit saat melihat orang lain bahagia?

Tapi apa yang dilakukan Vada tak sejalan dengan perkataan hatinya.

Nyatanya perempuan lebih menyukai diam dan memendam dari pada mengatakan.

"Oh, gue kira lo bakal ganggu gue lagi." Suara Vada bergetar. Bahkan Noah pun tau perempuan di depannya hampir menangis..., lagi.

"Lo kenapa? Cemburu?"

Vada mengepalkan tangannya.

Sialan!

"Bukan urusan lo." Vada menggeleng. Lari sekuat tenaga, berharap tidak akan pernah bertemu Noah lagi.

Tapi apa daya jika salam berpisah disampaikan kepada Noah dan 'halo' kepada Amy?

"Eh kalo jalan liat-liat dong!" ketus Amy dengan wajah sengitnya. Dilihat Vada yang sedang mengusap punggung karena ditabraknya lalu melenggang pergi meninggalkan Vada sendirian.

Bagus. Vada memang ingin sendirian untuk saat ini.

Memang ingin menghindari Amy ataupun Noah.

Dan selamat, mereka yang berada di ujung mata Vada sedang saling menghampiri dan berbagi sapa. Tertawa tidak jelas sedangkan Vada tak tau apa yang dilakukan jantungnya yang berdebar hebat karena melihat ini.

Hingga ia menggeleng, mencoba menghilangkan rasa aneh itu dan melenggang pergi dari tempat parkiran.

--

Kamis, 5 Januari 2017 -- 16.26 WITA

A.s

BetersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang