Ini pertemuan kedua Vada dan Liya bersama Noah dan Lio. Keduanya saling menatap tapi dengan sarat mata berbeda. Vada dengan sorot tajamnya sedangkan Noah dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.
"Vada, kamu panggil Amy nanti ya pas ulang tahun Mama!" cetus Liya sambil tersenyum hangat. Berbanding terbalik dengan respon Vada yang nggak banget.
"Vada sama Amy udah gak temenan lagi," jujur Vada. Masih tatap-tatapan sama Noah.
"Loh? Kenapa?"
Vada mendengus. Apa penting untuk membahas seseorang yang udah kedaluwarsa dalam kehidupannya? Kan basi.
"Dia dateng samperin Vada, tampar Vada, kucilin Vada tanpa sebab. Mana mau Vada anggap teman lagi."
Liya tak merespon lagi. Ia memilih kembali makan sambil bicara bareng Lio. Tapi sejujurnya ucapan Vada menyayat hati dan membuat Liya kepikiran terus.
"Gue bakal menang," ujar Noah. Vada terkikik mendengar nada berani Noah.
"Kalo gue menang gimana?" tantang Vada.
Alis Noah terangkat, menantang Vada untuk lebih jauh lagi berbicara bersamanya. "Gue berarti kalah."
YAELAH!
"Gue dapet boneka teddy bear, gimana?" setelah itu Noah langsung saja mengerjap. Membiarkan dia kalah begitu saja sambil menganga. Seperti Vada baru saja bilang kalo dia pengen BAB di tempat umum.
Vada ikutan mengerjap. Alisnya bertaut bingung tapi setelah itu memekik gembira karena menang.
"Yey!! Beliin ya, Bang!"
Astaga Vada ucul banget!
"Lo gak marah gitu sama gue tadi? Pas di parkiran gue cuekkin lo?" alamak! Ini namanya cari gara-gara dengan Vada.
Tapi Vada malah santai-santai saja sambil mengangkat bahu cuek. "Buat apa gue marah? Emang gue siapanya elo, Bang?"
Eh kampret, Noah sekarang lagi bicara serius.
Noah ikut-ikutan mengangkat bahu dan meminum kopi dinginnya (saking lamanya dia dan Vada taruhan, kopinya sudah terlanjur dingin).
"Emang beneran ya, elo ketua OSIS Rafber?" Vada mencoba membuka perbincangan mereka kembali. Tak enak kalo terus menerus mencuri dengar apa yang Lio dan Liya bicarakan.
Noah mengangguk.
"Elu jadian sama Amy?"
Noah mengangguk.
"Jadi lo kenal sama Alpha gimana ceritanya?"
Noah mengangguk. Vada langsung saja menjitak kepala pemuda di hadapannya dengan sadis.
"Ilang deh kesabaran gue! Emang nyari bahan obrolan itu gampang? Entar kalo gue capek ngobrol bareng lo, baru tau rasa!" Vada memang kejamnya bukan main.
Noah malah terkekeh. "Kapan elo gak sensian sih, sama gue?"
Gadis di depannya diam sejenak. Walau perkataan Noah sederhana, ia tetap tidak bisa untuk menjawabnya. Seolah yang ditanyakan Noah adalah pertanyaan matematika yang paling sulit.
Vada menggeleng.
Karena hanya gestur itu yang bisa menyelamatkannya dari kegugupan yang tiba-tiba menyerang.
--
Kamis, 19 Januari 2017-- 19.07 WITA
A.s
KAMU SEDANG MEMBACA
Beters
Teen FictionVada dan Noah. Dua orang yang saling membenci. Vada yang berisik, menjadi seribu kali lebih berisik jika di dekat Noah. Noah yang disenangi di mana mana, menjadi menyebalkan saat bersama dengan Vada. Noah yang kelihatan adalah perebut pacar...