Kejadian Kedelapanbelas

10 0 0
                                    


"Tante, Vada mana?" Seorang pemuda dengan wajah lelahnya. Sorot matanya senduh dan itu membuat Liya tersenyum senang.

"Ada di dalem. Udah tidur."

Setelah mendengar tuturan Liya, air muka pemuda itu menjadi senang. "Tadi dia ikut terapi 'kan, Tan?" tanyanya. Kelihatan sekali dia peduli pada sosok yang telah lama ada bersama-sama dengannya.

Liya mengangguk. Mengiyakan pertanyaan yang dilontarkan oleh pemuda bertubuh jangkung di depannya. "Ia, baru aja pulang. Kayaknya dia kelelahan."

Sekarang gantian pemuda itu yang mengangguk. Sepersekian detik kemudian, dia bertanya, "Boleh saya liat Vada?"

Liya tertawa, seperti mendengar bahwa anaknya akan segera dilamar. Ada-ada saja.

"Kapan Tante gak kasi kamu liat Vada, hmm?"

Pemuda itu mengangguk senang, lalu segera naik ke lantai dua, di mana Vada tidur.

Ketika ia sampai di dalam kamar dan melihat wajah tenang Vada, bibirnya melengkung ke atas. "Hai Vada," bisiknya sambil terus memandang Vada.

Ingin dia duduk, mengusap rambut Vada dan mengecup singkat dahi Vada. Tapi ia takut membangunkan gadis dengan wajah oval itu.

Lama ia memperhatikan Vada. Dari wajah Vada lalu beralih ke tangan Vada yang terlihat pucat.

Kapan lagi dia bisa memegang tangan mungil itu? Bisa menggenggam dan menguatkan Vada?

Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah diam dan memerhatikan gadis berambut hitam itu dari jauh. Ia menghela nafas. Berapa lama lagi dia harus menunggu?

Setelah ia cukup puas memperhatikan Vada, ia tak tahan lagi untuk mengusap rambut Vada dan mengecup pelan dahi Vada dan setelah itu berpamitan kepada Liya untuk pergi kembali.

--

Bagus, malam-malam seperti ini adalah kesempatan Vada untuk lari dari rumah. Tapi apa daya jika rencananya untuk kabur malah tidak terlaksana berkat ibunya yang mengajak Vada untuk keluar.

Vada tidak sampai hati untuk menolak jadi dia langsung mengangguk dan berangkat bersama ibunya.

Kemarin itu aneh, ia kembali bermimpi bertemu dengan Noah di kamarnya, tapi kenapa sih, harus Noah? Kenapa bukan Alpha saja? Kenapa?!

"Ma, kita sebenarnya mau ke mana?" tanya Vada sambil mencoba menghilangkan rasa penasarannya tentang Noah. Kalau sampai ia kepikiran terus tentang bocah satu itu, Vada yakin dirinya akan segera menyukai Noah. Pasti.

"Mau ke rumah Om Lio."

Oh Great!

Dia akan segera bertemu dengan Noah. Gawat!

"Ma, Vada ada janjian sama temen Vada. Dia ulang tahun."

Vada tidak sepenuhnya berbohong. Athala, temen Vada pas kelas 8 itu sedang berulang tahun dan mengundangnya. Vada sebenarnya sudah berencana tidak akan pergi, tapi ini keadaan darurat. Mau tak mau, suka tak suka, ia harus ke sana sekarang juga.

Tapi Liya, dengan cepat mendecak. "Bilang aja kamu gak mau ke rumah Om Lio. Pake alasan ulang tahun segala."

Vada langsung terkekeh. Ibunya tau aja yang dia mau. Tapi karena sudah sedarurat ini, ia berkata, "Tapi Ma, ini beneran. Athala ulang tahun, Vada gak tega buat gak hadir."

YAK!

Jika ia tidak tau ini adalah darurat, dia tidak akan sudi ke acara ulang tahun Athala. Mengingat orang itu adalah semacam porselen berjalan yang tidak punya otak. Apalagi di sana dia akan bertemu makhluk-makhluk semacam Athala yang sungguh menyebalkan. Untunglah dia tidak bersekolah di Rafber.

"Oh, Athala musuh kamu waktu SMP itu, ya?"

Ibunya sungguh menyebalkan sekarang.

Oh benar, Athala adalah musuhnya waktu kelas 9. Mengingat waktu itu Vadalah yang paling diidolakan. Tapi sekarang, mengingat Rafber mempunyai sebuah geng pamungkas yang isinya cewek-cewek cantik semua. Dan pandai. Itu juga. Athala menjadi idola dan lebih tenar dari Vada.

Sayangnya Vada harus mengakui bahwa Athala hebat. Setelah mereka SMA, dia diberitahu bahwa Athala sudah menjadi seorang yang pandai di segala bidang. Tidak tau apakah itu benar atau tidak. Tapi Vada anggap itu benar mengingat ia mendengar kutu buku cantik adalah Athala yang selalu dan selalu memenangi olimpiade-olimpiade yang diikuti gadis itu.

Mulai dari situ, ia jadi bego sendirian. Tidak punya teman.

"Athala sudah jadi temen Vada sekarang. Buktinya dia ngundang Vada."

Vada berkata benar. Dia dan Athala sudah berteman setelah kejadian Clique –geng Athala, datang ke sekolahnya. Datang untuk mencari Amy untuk memasukan perempuan itu ke dalam daftar Pengamat Kecantikan. YAK!

Vada jijik sebenarnya, tapi Athala menyapanya dan Vada tidak bisa untuk memusuhinya seumur hidup.

Liya yang sedari tadi diam, akhirnya menyerah dan mengangguk. "Jangan macem-macem, ya?"

Kali ini Vada yang mengangguk. Liya segera memutar arah menuju rumah Athala dengan perasaan yang bercampur aduk.

Dan untuk Vada, ia bahagia bisa menghindar dari Noah barang satu hari saja. Walaupun dia tau kalau dia akan berurusan dengan Athala yang menyebalkan.

--

Sabtu, 29 April 2017, 13.34 WITA.

A.s

BetersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang