Suara ketukan pintu lantas membuat Liya membukanya dengan perlahan. Tampak Gama dengan skinny jeans dan jaket kulitnya. Ia membawakan sebanyak mungkin breadhot coklat (ini juga karena saran Abas yang sangat-sangat jitu.)
Vada yang sedang menonton langsung menoleh. Melihat Gama lalu tersenyum senang.
"GAMA!" teriaknya. Liya langsung menyuruh Vada berhenti teriak. Bilang ke Vada, kalau rumah sakit ini bukan punya nenek moyang Vada.
"Mama ke apotek dulu. Tebus obat. Gama tolong jaga Vada, ya?" ucapan Liya diangguki oleh Gama dengan tenang. Segera setelah Liya keluar, Gama menghampiri Vada yang sedang duduk manis sambil menatap Gama.
"Gama, kamu gimana kabarnya?"
Gama tersenyum.
"Jadi mulai hari ini kita manggil aku-kamu, ya?" Gama berniat usil. Ia cekikan saat melihat reaksi Vada.
Oh entah kenapa mengejek Vada sangat menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
"Emang kita gak pernah manggil aku-kamu, ya?" tanya Vada. Ia berhasil membuat pemuda 20 tahun itu membungkam mulutnya dengan pertanyaan super-duper menyakitkan.
Ya, sebenarnya pertanyaan Vada tidak terdengar aneh. Sama sekali.
Tapi Vada bertanya pada Gama. Yang notabenenya adalah orang antah berantah yang baru saja berkenalan dengan Vada dan baru saja berteman kurang dari sebulan. Bertanya seperti itu mungkin kedengarannya sudah berpacaran dengan Vada sekitar lebih dari satu tahun.
Gama sayang Vada. Tapi bukan berarti ia pernah berpikir kalau nanti, mereka berdua akan jatuh cinta dan menjadi pasangan kekasih.
"Gama?" panggil Vada. Melambaikan tangannya di depan Gama karena pemuda itu malah memilih menghayal saat berada dengan Vada.
Setelah berhasil untuk sadar sepenuhnya, Gama langsung tersenyum manis pada perempuan di depannya ini dan mengacak rambut Vada dengan gemas.
"Lo pengen kita pake aku-kamu?" tanya Gama.
Vada tertawa sejenak. "Sorry, Gam. Lo tau sendiri kalo gue dalam masa penyembuhan." Vada menunduk. Memikirkan apa yang ternyata terjadi pada dirinya.
Seorang Nevada terjebak dalam retrograde amnesia. Kedengaran berbahaya, tapi sebenarnya bisa saja disembuhkan. Menurut dokter yang menanganinya selama ini, Vada bisa saja sembuh dan mengingat kejadian-kejadian yang terjadi sebelum ini. Tapi sayangnya semua belum bisa balik seperti dahulu kala.
Lain dengan wajah Vada yang terlihat muram untuk sejenak, Gama malah bingung dengan perkataan Vada dua menit yang lalu.
"Penyembuhan?" beo Gama. Ia mengamati Vada dan kembali berkata, "Penyembuhan apa?"
Katakan Gama kepo. Tapi ia baru saja mendapati seorang Vada yang kelihatan kuat seperti Hercules ini bisa menjalani penyembuhan sedangkan ia kira Vada masuk rumah sakit karena ia terlambat makan.
Seperti biasanya.
Vada menarik nafas dalam-dalam lalu tersenyum samar. "Gue baru tau, kalo gue kecelakaan 5 bulan yang lalu. Kata dokter gue beruntung bisa selamat walau gue dapet retrograde amnesia. Yang dalam kasus gue masih bisa sembuh lagi. Tapi kapan gue bisa sembuh itu belum bisa dipastikan,
Makanya selama ini gue ngikut terapi sama dia. Dulu waktu Mama bawa gue ke sana, gue selalu mencak-mencak. Kayak gue berpenyakit aja. Sampe di rumah dokter itu langsung disuruh cerita-cerita tentang gue dulu. Gue capek. Setiap kali gue nanya alasannya, dia Cuma bisa senyum dan ngalihin topik."
Gama diam. Seperti yang ia lakukan ketika Vada mulai bercerita.
Wajah gadis di depannya telah muram 100%. Vada diam, menarik nafasnya lalu menghembuskannya secara perlahan.
Ia ingat kejadian tadi pagi. Dimana Ibunya berunding dengan dokter agar dirinya dan Ibunya pindah dari Indonesia, dan hidup bahagia di tempat yang tenang.
Menyuruh dirinya untuk menyerah dan melupakan masa lalu yang sepertinya tidak begitu penting untuk diingat Vada.
Tapi entah kenapa bagi Ibunya, hal itu begitu penting. Sangat penting.
Tapi apa itu?
Yang Vada ingat ketika ia mencoba mencari tau apa sebenarnya yang terjadi sebelum ia kecelakaan, ia menangis karena ingatannya memutar kejadian seperti sengaja dan secara acak. Kepalanya sakit, kejadian di dalam kepalanya berputar dan suara tawa dan tangis menjadi satu.
"Sebaiknya lo istirahat, Vad." Ucap Gama tiba-tiba. Ia hendak berdiri tapi Vada dengan cepat mencekal tangan sahabatnya itu.
"Lo mau balik?"
Gama mengangguk. Mengusap pelan kepala Vada lalu menyelimuti gadis mungil itu dengan sayang.
"Besok gue dateng. Bawa nintendo milik gue. Tapi lo mesti tutup mulut, oke?" Vada terkekeh. Mengangguk mengerti dan memberi hormat layaknya Gama adalah kapten di sini.
"Bawa Werewolf juga! Boleh, ya?" Vada bersemangat.
Vada ingat Werewolf. Vada ingat anjing kecil itu dengan warna abu-abu seperti serigala. Bentuk mulutnya yang setengah tertawa dan kaki-kaki lucu berwarna putih seperti kaus kaki mini. Vada tak mungkin melupakan anjing kecil manis itu.
Walau ia tau ada banyak yang telah ia lupakan. Tapi Werewolf? Bukan salah satunya.
--
Jumat, 11 Agustus 2017, 16.29 WITA
A.s
KAMU SEDANG MEMBACA
Beters
Teen FictionVada dan Noah. Dua orang yang saling membenci. Vada yang berisik, menjadi seribu kali lebih berisik jika di dekat Noah. Noah yang disenangi di mana mana, menjadi menyebalkan saat bersama dengan Vada. Noah yang kelihatan adalah perebut pacar...