Kejadian Kelima

13 1 0
                                    


"Vada!!!!" Mama tercinta berteriak dari arah dapur.

Vada sedang berada di dalam kamarnya dengan keadaan tengkurap. Sedang bermalas-malasan dengan segalanya.

Vada mendengus.

"KENAPA???"

"KALO DIPANGGIL ITU NYAHUT 'YA?' BUKAN 'KENAPA?' INI MAMA YANG MANGGIL BUKAN TEMEN KAMU!" mama tercinta mungkin pengen gorok Vada.

Vada menghela nafas panjang. "YA?"

"VADA!!"

"YA?!"

"VADA!!"

Sabar, Batin Vada.

AKHIRNYA VAD—

Akhirnya Vada turun dari tempat tidurnya dan menuju ke dapur karena jengkel.

Ini adalah waktu tidur siangnya. Ia tidak mau diganggu-ganggu.

Sesampainya di dapur bukannya menemukan mamanya, malah bertemu Noah yang sedang sibuk makan nasi goreng.

"Oh hai Vada! Mari makan!" sahut Noah dengan wajah manisnya. Seolah Noah baru saja datang dan lebih parahnya, seolah ini adalah rumah Noah.

Makhluk syalan!

"Selamat makan." tak ayal dia menggumam hal demikian tanpa ia ketahui. Sudah menjadi kebiasaan Vada untuk membalas demikian.

"Apa lo bilang?"

Vada jadi kelimpungan.

"Gak, gue gak bilang apa-apa." Vada menggeleng.

Noah memperhatikan Vada sepersekian detik lalu mengedikan bahunya. Berpikir, mungkin Vada sedang merapalkan doa untuk menghadapi makhluk indah seperti dirinya.l

"Vada!!" teriak Mama. Entah Mama tau kalau Vada sudah berada di depannya atau tidak, yang pasti Mama tetap berjalan enteng sambil membawa album foto.

"Ma itu buat ap—"

"—kalo dipanggil itu nyahut. Kalo udah nyahut jangan diem doang. Sama aja boong kalo gitu, Vada." cerocos Mama sambil berlalu dari Vada dan duduk di sebelah Noah.

"Mama kenapa manggil Vada?" Vada tidak pusing dengan yang baru saja dikatakan Mama. Pikirannya tidak bisa untuk berhenti memikirkan kenapa Noah ada di rumahnya.

Makan nasi goreng pula.

"Ada Noah. Pengen ketemu kamu. Ajak kamu jalan-jalan."

HA???

Pandangan Vada teralihkan kepada Noah. Pandangan sengit Vada berikan pada Noah sedangkan pemuda yang sedang dipandang Vada malah terlihat tak berdosa.

"Kemana?"

"Ikut aja, Vad." mama terlihat sedang menjadi juru bicara Noah.

"Kalo gak jelas, Vada gak mau."

"Kemana aja. Lo yang pilih deh." kalau begini, Noah seperti anak aneh yang datang tapi gak tau arah dan tujuan.

Vada terdiam sejenak.

Masa iya dia jalan-jalan bareng Noah? Dia 'kan sudah punya cowok.

Tapi kalau dia menolak, Mama bakal terus-menerus mengomel dan tidak akan memberi Vada ruang untuk menjelaskan.

Serba salah deh.

Vada mengangguk. Mengiyakan. Untuk sementara.

Noah yang melihat itu langsung mengangguk santai. Tapi sayangnya, rasa senang Noah tetap terlihat jelas.

"Gue ganti baju dulu."

Vada langsung naik ke atas dan segera mengganti bajunya dengan cepat.

Ia langsung mengenakan celana jeans warna abu-abu dengan kaos oblong warna hitam. Vada mengikat rambutnya menjadi pony tail dan segera berlari kecil menuju meja riasnya. Vada langsung memakai lip balm rasa stroberi dan segera turun dengan sendal jepit.

"Lo beneran pake beginian?" tanya Noah saat melihat penampilan Vada yang terlalu biasa saja.

Vada yang nampak tersinggung segera mendelik. "Suka-suka gue!"

Apalah daya. Noah jadi tidak bisa bicara lagi kalau sudah begini. Vada lagi masa bete karena diajak paksa oleh Noah. Noah juga tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan tak melakukan hal-hal aneh. Vada bisa langsung curiga hingga buat Noah jadi kaku dan gak gokil sama sekali

Sesampainya di dalam mobil, Vada langsung menghujani Noah dengan berbagai pertanyaan. "Apa yang pengen lo lakuin, ha? Gue tau maksud terselubung lo bareng Amy. Kalo sampe gue liat gaya aneh dan mencurigakan, bakal segera gue telpon polisi."

Nah kan.

Noah menggeleng. "Sekali aja deh, gak negative thinking sama gue."

Vada diam. Rasa menyesal menjalar dalam hatinya. Ia langsung menoleh pada Noah yang sedang fokus menyetir.

Deg!

Vada menelann ludah. Segera ia mengalihkan pandangannya dari Noah.

Perasaan aneh yang datang kala melihat wajah manis Noah.

Masa iya dia jadi deg-degan cuma karena liat wajah ganteng Noah, sih?

"Jadi mau kemana?" tanya Noah. Menoleh pada Vada dan sepersekian detik kembali fokus.

"Pengen makan bakso Bang Mamang di dekat sini. Elo tau?"

Noah tidak menjawab pertanyaan Vada. Vada jadi merasa dikacangin sama Noah kalo begini. Kan sakit.

"Ehh deket sini!! Tuh di sebelah garis polisi itu, tuh!"

Vada jadi semangat 45 saat melihat gerobak bakso Bang Mamang. Tapi tak lama kemudian mendesah saat tau kalau cuma ada gerobaknya doang. Tak ada Bang Mamang.

"Bang Mamang pindah tempat. Di situ udah gak ditempati lagi. Soalnya dua bulan lalu ada kecelakaan."

Vada ber-oh-ria saat mendengar penjelasan Noah.

Eh tapi tak lama kemudian berceletuk, "Trus kenapa gak bawa gerobaknya sekalian?"

Noah segera menoleh. Selagi jalanan padat dan macet, Noah bisa menatap Vada agak lama lalu Noah menghela nafas.

"Bang Mamang udah punya tempat jualan baru. Udah kayak kedai gitu."

Vada ber-oh-ria lagi.

"Kita ke kafe Duasatu aja gimana?"

"Kafe apaan tuh? Kok gue gak pernah denger, ya?"

Noah mendengus. "Jadul amat, Mbak. Makanya bergaul."

Gantian Vada yang mendengus. "Kok syalan banget, ya?"

Vada benci berada di sekitar Noah.

--

Sabtu, 28 Januari 2017, 19.43 WITA

A.s

BetersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang