Kejadian Keenam

14 1 0
                                    


Setelah Vada pulang ke rumah saat larut malam. Vada tidak dimarahi Mama.

Jadi aneh saja. Padahal kalau Vada pulang bersama Alpha, Mama level marahnya di atas rata-rata. Mungkin Noah pakai pelet kali, ya, supaya Mama jadi gak punya kekuatan buat sekedar ngomel-ngomel.

Vada yang merasa bersalah jadi menelpon Alpha dan menyuruh pacarnya untuk segera datang ke rumahnya.

Tanpa sepengetahuan Mama, ia langsung keluar dan lari ke kolam belakang rumah. Di sana ia menunggu Alpha datang.

Vada jadi gugup. Vada ingin cerita tentang Noah. Yang terjadi selama ini.

Kadang otaknya terus memaksanya untuk memikirkan Noah. Dan itu sungguh mengganggunya.

Vada mengayunkan kedua kakinya di dalam kolam. Sambil terus memikirkan Alpha dan Noah.

Alpha yang labil. Noah yang terus menerus mengganggunya.

Noah.

Satu nama yang unik. Nama yang indah.

Tapi tidak dengan orangnya.

Orangnya ganteng.

Eh?

Vada menggeleng.

Susah jadi orang baperan. Deket bentar langsung jadi suka. Walau cuma sedikit.

"Mau ngapain, Vada?" seseorang dari arah belakang berbisik.

Ya, Alpha tau kalau pertemuan mereka tidak diketahui oleh Mama.

Vada berbalik melihat Alpha dengan celana jeans dan kemeja putih yang digulung sampai sikut.

"Ganteng deh!"

Oh ayolah Vada. Mentang-mentang situ udah jadi pacar, jadi bisa seenaknya bilang ganteng?

Kalo bareng Noah? Tengil iya.

Alpha tersenyum kecut dan langsung duduk di samping Vada.

"Ada apa?" seorang Alpha tidak bisa untuk sedikit saja berbasa-basi dengannya.

Maka Vada langsung membuang mukanya dari Alpha dan menunduk. "Tadi Vada jalan bareng Noah. Tapi sebelum Alpha mikir yang aneh-aneh, Vada cuma mau kasi tau kalo itu paksaan Mama." Sama paksaan hati, sih.

Alpha mengangguk mengerti. "Gak apa-apa, Vad. Noah juga teman Alpha. Noah gak mungkin ngambil Vada dari Alpha."

"Kalo Noah ada niat buat ngambil Vada. Apa yang bakal Alpha buat?"

"Mungkin itu sudah jadi takdir."

"Sekarang gak ngomong takdir, Al. Vada ngomong apa tindakan Alpha seandainya itu terjadi." Mata Vada mulai berkaca-kaca.

Ia ingin Alpha berjuang. Bukan menyerah.

Vada butuh Alpha untuk berjuang.

Alpha diam sejenak. Melihat Vada yang terus menahan air matanya untuk tidak jatuh. Ia tau kalau pacarnya ini selalu saja menyimpan perasaaan.

Lalu tanpa pikir panjang ia menarik Vada dan memeluknya dengan sayang.

"Kalo kamu mau nangis, nangis aja. Jangan jadi cewek yang suka mendem perasaan. Alpha gak suka."

Detik berikutnya, Vada menangis.

"Vada takut tau kalo sampe Vada jadi suka sama Noah. Vada takut kalo Alpha gak mau merjuangin Vada dan malah nyerah gitu aja. Vada takut."

"Sssshhhh. Selama Alpha masih sayang sama Vada, Alpha gak bakalan nyerah sama takdir," tukas Alpha. Ia mengelus pelan rambut Vada dan mendekap tubuh mungil itu lebih erat lagi. "Vada jangan takut."

Dalam pelukan Alpha, Vada diam-diam tersenyum.

"Vada?"

"Apa?"

"Apa perbedaan sekertaris baik-baik sama sekertaris seksi?"

Alphaa!!

Momen mereka langsung hilang seketika saat mendengar Alpha malah memberinya tebak-tebakan lagi.

Selain ganteng, Alpha sebenarnya juga gila.

Vada langsung melepaskan pelukannya dan memasang tampang berpikir. "Apaan, ya?"

"Nyerah gak?"

Tentu saja Vada menggeleng. Dia tidak gampang untuk menyerah begitu saja.

"Nyerah gak?"

Vada mendengus. Tapi mengangguk.

Tak rela kalau dirinya kalah begitu saja. Tapi tak apalah. Demi melihat Alpha senyum, ia mau kalah.

"Bedanya tuh, kalau sekertaris baik-baik ketemu bosnya bilang 'selamat pagi, bos' kalo sekertaris seksi ketemu bosnya bilang 'bos, udah pagi'"

Vada berpikir sejenak. Dan setelah mengerti apa maksudnya, cepat-cepat ia menghajar Alpha dengan brutal.

"Otak cow kotor!"

"HA HA HA!" Alpha tertawa lepas melihat Vada cemberut. Selain kalah, Vada tak terima dengan jawaban tidak masuk akal itu.

"Ini lagi!" Alpha terus menerus membuat Vada menderita kayaknya. "Nenek gulung tikar."

"Nyerah!"

"Belum juga nyoba jawab, udah nyerah."

Vada tampak berpikir lagi.

Okey. Untuk tebak-tebakan ini, Vada kayaknya pernah dengar. Tapi di mana?

"Nenek bangkrut?"

"SALAH!"

"Apaan deh?"

Wajah jahil Alpha muncul. "Disuruh kakek! HA HA HA!"

Kok garing, ya?

Karena Vada sayang Alpha, jadi Vada ketawa. Bukan sama tebak-tebakan Alpha, tapi wajah Alpha yang lucu.

Kapan lagi ketawa bareng Alpha? Besok atau lusa aja, pasti Alpha jadi diam suntuk bosen. Jadi anak labil.

Vada gak mau aja, kebahagiaan mereka sirna.

Karena manusia tidak tau 'kan kapan berpisah dengan orang yang disayangi?

--

Sabtu, 28 Januari 2017, 19.55 WITA

A.s

BetersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang