Alpha mengajak Vada pergi. Alpha mengajaknya ke sebuah pesta. Ia tau keramaian. Ia tau musik berdentuman keras.
Itu adalah sebagian dari dirinya.
Ia datang dengan ripped jeans berwarna putih. Ia memakai singlet hitam dengan tulisan Victoria's Secret Fashion Show 2016, rambutnya ia ikat ala pony tail dan ia memakai lipstick berwarna merah. Di sampingnya ada Alpha dengan penampilannya yang seperti biasa. Celana jeans dan kaus oblong putih dengan leather jacket kebanggaannya.
Mereka masuk bersama-sama ke dalam pesta anak Rafber yang ramai. Beberapa kali menyapa teman dan sahabat Alpha dan kemudian bicara sampai suntuk di tengah-tengah pesta.
Sampai akhirnya Alpha berkata, "Gue ke clique dulu. Berunding tentang Amy yang bakal dikeluarin dari grup itu."
Vada ingin menolak bantuan Alpha. Tapi ia tetap mengangguk dan memerhatikan sekitar dengan seksama.
"Tumben keliatan di sini. Siapa yang bareng lo?" dan Vada tau siapa yang sedang mengajak dia bicara.
Noah pantat bayi dengan setelan unyu itu tersenyum. Merangkul Vada yang sebenarnya ditolak terus hingga lepas.
Noah membasahi bibirnya lalu menoleh pada Vada. Pandangannya tajam lalu menatap manik mata Vada dengan seksama. "Lo benci suasana yang kayak gini?"
Vada lantas menggeleng. Noah lantas terkikik. "Gue benci pesta. Tapi mengingat gue adalah tamu kehormatan, gue harus hadir. Berhubung gue udah diberi bayaran berupa makanan super duper enak. "
Vada tertawa. Padahal beberapa detik yang lalu ia mengumpat kesal dan mengecap Noah sebagai orang paling banyak basa-basi di dunia ini. Oh dan jangan lupakan betapa sombongnya pemuda di sampingnya ini.
"Mau makan bareng gue?" tanya Noah. Vada langsung saja mendengus setelah mendengar ajakan Noah.
Enak saja! Ia datang bareng Alpha, loh.
Tapi apa pentingnya Alpha sekarang?
Yaiyalah Alpha penting. Ia rela berunding bersama dengan clique agar membela dirinya. Dan ia mengiyakan permintaan Noah secepat itu?
"Lo sariawan, ya? Kok dari tadi lo gak ngomong-ngomong? Gue doang yang ngomong. Berasa bicara sama hewan aja."
Mata Vada membelalak. Menginjak kaki Noah dan mencubit pinggang pemuda tersebut. "Enak aja ngatain gue hewan! Pergi! Enyalah!"
"Ini pesta anak Rafber. Gue diundang. Lo enggak. Lo cuma bareng pacar yang kebetulan anak Rafber dan kebetulan ngajak lo. Lo ilegal sebenarnya di sini."
Noah memang membuat ia marah saat ini. Hidungnya kembang kempis mendengar semua ejekan Noah. Ia berusaha sabar. Tapi kelihatannya sebentar lagi ia akan meledak.
"Gue kadang rada kasihan sama temen gue, rela gak ngundang temen Rafber yang lain karena pasti layaw, gak kenal. Gak kenal maka cus gak ke pesta dong, ya. Gak gaul maka babai party. Tapi dengan seenak jidat kebanyakan makhluk gaib di dalam sini, yang diundang temen gue, eh malah ngundang orang laen. Sebenarnya yang ngadain pesta itu seorang doang apa bejibun, sih?"
Noah curhat. Kelihatan curhat.
Wajahnya rasanya pas buat ditonjok. Lalu ia menunjuk tempat makanan yang sudah diisi oleh sisa-sisa makanan orang-orang. Raib. Tak ada sisa.
Tentu saja Vada menoleh melihat yang ditunjuk Noah. Bingung.
"Lihat. Gue ada di sini sejak sejam yang lalu. Gue dateng makanannya bejibun. 30 menit setelahnya udah raib. Dimakan sekelompok anak kutil dari SMA lain. Kalo electronic music sama gue gak ada di sini, orang-orang pasti bakal lari semua. Mending bobok!"
Vada darah tinggi. Baru sekarang ia bertemu dengan pemuda yang pedenya kebangetan.
Daripada berlama-lama di sini bareng orang yang gak ada sopan satunnya ini ia lebih baik pergi sebelum ia menjadi gila di tengah-tengah kerumunan orang-orang.
Belum saja lari, Alpha datang menghampiri mereka. Wajahnya seperti menyiratkan 'perlu waktu lebih banyak lagi' dan wajah Vada bahkan sudah tak tau lagi berbentuk seperti apa.
"Vad, clique minta gue buat nego lebih lama lagi. Lo tau, geng itu udah gila. Masalahnya ini Amy. Salah satu kepercayaan mereka. Gue janji bakal secepatnya kelar."
Noah diam. Memandang Alpha dan Vada yang seperti memiliki dunia mereka sendiri, sedangkan Vada menghela nafasnya sedih.
"Kenapa gue gak ikut bareng lo aja? Siapa tau gue bisa bantu?"
Alis Alpha terangkat. Bingung. "Loh, katanya Athala musuh bebuyutan lo? Lo pengen ketemu sama dia? Gue bahkan bilang kalo lo sedang di toilet karena diare."
Mata Vada membesar. Hampir saja menendang Alpha.
Kenapa sih? Alpha bisa membuat alasan konyol seperti itu? Di depan musuh sehidup sematinya itu?
Alpha terkekeh sambil mengangkat kedua tangannya seperti orang yang menyerah. "Ets, maaf. Sebagai orang pintar, otak gue kadang banget bisa bekerja."
Gaje!
Merasa sedari tadi ada Noah di samping Vada, ia langsung menepuk bahu Noah.
"Pas banget ada lo. Gue titip cewek gue, ya? Kasian dia ditindas Amy yang galak. Bisa, gak?"
Noah mengangguk. Sekali saja. Tersenyum membunuh sedangkan wajah Vada pucat.
"Gue bisa bareng temen lo yang lain, tapi enggak dengan dia. Dia itu bedebah! Enggak mau! Dia hina gue tadi, Al. Gak mau!"
Alpha tertawa. "Noah emang kayak gitu, Vad. Enggak kok, kalo dia tau gue cowok lo, dia gak bakal nyakitin elo. Ya, kan?" Noah mengangguk lagi.
Matilah Vada.
Sebelum ia berhasil memberi alasan lagi, Alpha langsung menghilang dari pandangannya. Ia melirik Noah. Melirik laki-laki itu yang telah menampilkan seringai busuknya yang paling dibenci Vada.
Belum setengah menit mereka saling menatap. Mata Vada membelalak.
"Noah hidung lo berdarah!"
Noah menyentuh bagian bawah hidungnya. Dan ya, ia merasakan darah segar mengalir dari hidungnya.
Langsung saja Vada mengambil tissue dari jaketnya. Berusaha menarik tangan Noah agar dia keluar dari keributan orang-orang.
Setidaknya ia tidak ingin dirinya disalahkan kalau nanti Noah pingsan.
Tapi Noah kayaknya pengen banget ada di tengah-tengah suasana huru-hara itu.
"Jangan di sini! Lo mau nyiksa diri sendiri?" tanya Vada. Ia kemudian menarik tangan besar milik Noah. Tapi usahanya tetap saja gagal. Noah tidak bergeming.
Ia melihat Noah. Wajahnya seolah berkata 'mau mati?'
Noah terkekeh. Ia membuang tissue yang sudah penuh dengan darah berwarna merah itu kesembarang arah. Lalu pandangannya kembali pada sosok Vada.
"Biarlah nyiksa diri, yang penting bareng lo."
"Najis!"
--
Jumat,11 Agustus 2017, 16.45 WITA
A.s
KAMU SEDANG MEMBACA
Beters
Teen FictionVada dan Noah. Dua orang yang saling membenci. Vada yang berisik, menjadi seribu kali lebih berisik jika di dekat Noah. Noah yang disenangi di mana mana, menjadi menyebalkan saat bersama dengan Vada. Noah yang kelihatan adalah perebut pacar...