Kejadian Ketujuh

11 1 0
                                    


"APA??"

"Kamu pulang bareng Noah, ya. Mama lagi sibuk."

"Kan ada Alpha. Vada minta Alpha jemput aja."

Ada keheningan lama. Vada bahkan mengira mamanya sudah menutup telpon mereka.

"Ma?"

"Oh yaudah. Kalo Alpha gak bole, bareng Noah aja ya. Mama udah nelpon Noah soalnya."

Vada menghela nafasnya frustasi. "Iya."

Tut.

Setelah menutup telpon, Vada langsung mengetik pesan untuk Alpha.

Vada berharap, Alpha tidak sibuk atau apalah yang membuat pacarnya itu tidak bisa mengantarnya pulang.

Pasalnya kalau sampai Alpha tidak bisa mengantar Vada pulang, ia tidak tau lagi apa yang bakal terjadi.

"Ayo pulang."

Vada langsung saja menoleh pada asal suara tersebut. Vada jadi tak heran saat melihat Noah dengan wajah tengil dan jahilnya itu.

"Gue bareng Alpha. Lo pulang aja sana. Gue udah bilang nyokap juga."

"Oh." cuma itu yang Noah ucapkan. Ia tidak pergi tapi malah terus berdiam di tempatnya dan terus menatap Vada.

"Kalo dia gak mau bareng lo gimana?"

"Ya pasti maulah!" elak Vada. Walau sebenarnya dia takut Alpha tidak akan mengantarnya pulang.

Noah terkikik sebentar lalu mendekat pada Vada. "Kalo dia gak mau, lo mesti main bola kaki bareng gue. Gimana?"

Itu taruhan paling menyedihkan yang pernah Vada dengar. Tapi tentu saja dia tidak ingin kalah begitu saja dengan Noah. Maka ia langsung mengangguk dan menunggu balasan dari Alpha.

Beberapa menit kemudian, baru Alpha membalas. Kedua manusia yang berada di halte itu deg-degan ukur mampus. Mereka berdua tidak ingin kalah tentu saja.

Hehehe, Alpha lagi di Harbor. Lagi studi banding. Maaf ya;)

Kecewalah Vada.

"Gue gak terima!" pekiknya.

Noah bahkan terbahak-bahak melihat wajah cemberut Vada yang menjadi-jadi.

"Lo curang! Lo tau kalo Alpha pasti lagi sibuk!"

"Siapa suruh terima taruhannya," jedanya dan langsung mengambil motornya yang terparkir dekat halte. Setelah sampai di depan Vada, Noah langsung menyodorkan helm kepada Vada yang diambil perempuan malang itu dengan setengah hati.

"Ayo naik!"

Wajah Vada masih cemberut. Masih kesal menerima kenyataan.

"Apa lo liat-liat? Gue lagi kesel sama lo!"

Bibir Noah otomatis melengkung saat mendengar nada bicara Vada padanya. Tanpa ditunda-tunda, tanpa Vada duga, Noah menepuk singkat kepala Vada dengan lembut. Membuat wajah remaja berumur 16 tahun itu bersemu merah.

"Lo lucu kalo marah-marah. Serius."

Inilah yang Vada takutkan kalau berada di dekat Noah.

Ia bisa membuat Vada baper lalu detik berikutnya Noah hem—

"--Tapi boong! HAHAHA!"

Nah kan.

--


Sabtu, 28 Januari 2017, 19.59 WITA

A.s

BetersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang