Hari ini, Vada sedang tidak mood untuk pulang ke rumah. Jadi, dia memutuskan untuk pergi ke kafe mamanya seorang diri.
Tempat ia melarikan diri kalau bukan dengan rokok.
Kalau dia hitung-hitung, sudah lama dia tidak datang ke kafe ini. Mengingat mamanya lebih suka membawa Vada ke restoran mahal yang baru didirkan oleh om Lio.
Cepat-cepat ia ke kasir, dan memesan makanan.
"Milk shake satu sama breadhot rasa coklat, kayak biasanya, Rin."
"Maaf?" Vada yang sibuk dengan handphonenya langsung mendongak dengan wajah bingung.
Mama ganti karyawan?
"Rina di mana, ya?" tanya Vada.
"Oh. Mbak Rina? Udah sekitar 3 bulan lalu dia resign, mbak."
Vada mengernyit bingung.
Aneh.
"Karyawan baru, ya?" tanya Vada.
Pemuda di depannya mengangguk. Memberi tatapan hangat dan berbincang sedikit dengan Vada.
"Nama kamu siapa?" tanya Vada. Sedikit canggung saat tau dia dan pemuda di depannya belum berkenalan.
Yang ditanya malah terperangah. Ia mengusap tengkuknya karena tidak enak untuk meninggalkan pekerjaan.
Bukan bermaksud pede. Tapi pemuda itu tau jelas kalau sebentar lagi Vada akan mengajaknya mengobrol.
"Aduh, maaf mbak. Saya lagi ada kerjaan. Gak bisa ditinggal."
Vada yang mendengar itu tertawa pelan.
"Tunggu sebentar, ya."
Vada mencari-cari Abas, yang biasa menggantikan Rina dulu kalau Vada ingin mencari teman bicara. Saat ia menangkap keberadaan Abas, Vada langsung menghampiri pemuda berumur 20 tahun itu dengan gembira.
"Abas! Lama gak ketemu!"
Yang dipanggil langsung menoleh dan membulatkan matanya. "Vada!!"
Lalu jadilah nostalgia mini di tengah-tengah kafe sampai akhirnya Vada sadar, kalau dia ada urusan penting bersama pemuda asing yang baru ia kenal.
"Bas, tolong gantiin cowok yang lagi nangkring di kasir itu dong! Gue lagi pengen ngobrol bareng dia. Kayaknya baik deh."
"Halah! Bilang aja kalo pengen modus. Gama ganteng lagi, jangan pake alasan bilang 'kayaknya baik deh'" ujar Abas sambil meniru gaya Vada saat bicara tadi.
Vada terkikik sebentar lalu mendorong bahu Abas pelan. "Tau aja! Yaudah, karena lo udah tau rencana gue, mau gak bantuin?"
Abas memberikan ekspresi berpikir. Membuat Vada kesel sendiri karena Abas sengaja mengulur waktu.
"Bas! Ayolah!"
Abas tertawa sebentar lalu menepuk kepala Vada dua kali. "Kenapa gue gak pernah lo ajak ngomong, ya? Gue merasa tak terpakai."
"Anjir! Dangdut banget, Bas," Vada kembali mendorong bahu Abas. "Yakali gak pernah ajak lo ngomong. Gue putus sama si Amir gue mewek ke elo."
Abas tertawa lagi. "Gue cuma bercanda, Vad."
Setelahnya, Abas segera menggantikan Gama. Gama dengan pandangan bingung segera menghampiri Vada.
Kayaknya, Gama gak tau kalau Vada adalah anak pemilik kafe ini.
"LiVaRu itu punya nyokap gue. Jangan bingung kalo gue bisa bikin lo duduk di sini dengan gampangnya." Vada mulai menjelaskan.
Gama mengangguk paham. Mengusap sedikit tangannya dan berniat menyalami Vada. "Gama."
Vada segera menyambut tangan Gama. "Vada."
"Jangan merasa aneh ya kalo liat gue kayak gini. Gue pengen mengakrabkan diri bareng semua karyawan di sini."
Gama yang mendengar itu, tersenyum penuh arti.
"Akhirnya, setelah beberapa bulan kerja, gue punya teman juga."
--
Sabtu, 28 Januari 2017, 20.27 WITA
A.s
KAMU SEDANG MEMBACA
Beters
Teen FictionVada dan Noah. Dua orang yang saling membenci. Vada yang berisik, menjadi seribu kali lebih berisik jika di dekat Noah. Noah yang disenangi di mana mana, menjadi menyebalkan saat bersama dengan Vada. Noah yang kelihatan adalah perebut pacar...