--
"Entah apa yang kalian lakukan padanya, tapi saya rasa, kalian butuh untuk berhenti. Ini demi kesehatan Nevada."
Semua yang berada di depan kamar inap Vada mengangguk. Dokter paruh baya itu berlalu setelah ia mengucapkan sarannya pada mereka. Dan Liya tidak berhenti menangis saat tau anaknya berada dalam masa kritis. Lagi.
"Tante harap ini terakhir kalinya kalian berusaha. Tante menghargai segala usaha kalian. Tapi tolong ini udahan saja." Noah yang berada di dekat Liya mengangguk dan segera memeluk Liya. Merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan selama ini.
"Tan, kalo tau dari awal kondisi Vada bakal jadi gini, Noah bakal berhenti, Tan. Maaf udah nyusahin Vada sama Tante."
Amy yang sedari tadi terdiam akhirnya menangis juga. Ia merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan pada Vada. Merasa bodoh dengan usahanya selama ini.
Sedangkan Alpha yang baru tau beberapa menit yang lalu segera datang dengan tergesa-gesa. Ia hampir saja gila saat tau bahwa sahabatnya itu koma lagi karena fungsi otaknya terganggu.
Noah seperti gagal untuk mengembalikan Vada kesedia kala.
Noah mengacak rambutnya pelan, dan menyandarkan tubuhnya di koridor rumah sakit. Liya, Amy dan Alpha beberapa detik yang lalu masuk ke dalam ruangan dan menjenguk Vada yang masih belum sadarkan diri sedangkan dirinya masih di luar, merenung atas semua kejadian yang terus saja memutar di dalam otaknya.
Sungguh dirinya seperti memutar segala kejadian yang banyak terjadi dalam kehidupannya sebelum perkenalan Vada dan dia untuk kedua kalinya diparkiran sekolah dua bulan lalu.
Noah rindu.
Noah rindu dengan Vadanya yang dulu.
--
Sabtu, 15 Juli 2017, 20.29 WITA
A.S
KAMU SEDANG MEMBACA
Beters
Teen FictionVada dan Noah. Dua orang yang saling membenci. Vada yang berisik, menjadi seribu kali lebih berisik jika di dekat Noah. Noah yang disenangi di mana mana, menjadi menyebalkan saat bersama dengan Vada. Noah yang kelihatan adalah perebut pacar...