mine

73.6K 4.7K 92
                                    


Aku benci dengan tempat baru, aku bukan orang yang mudah bersosialisasi dengan lingkungan baru. Apa orang tuaku tak tahu itu? Kenapa kita harus pindah ke tempat ini?

Aku menyapukan pandanganku pada ruangan yang akan menjadi tempat pribadiku selama.... Entahlah, aku sendiri tak tahu berapa lama, aku akan tinggal disini.

"Sayang, apa kau masih marah?" tanya ibuku padaku, aku bahkan tidak tahu kapan ia datang, sepertinya aku terlalu larut dalam kekesalanku.

Aku tidak menjawabnya, aku kira kediamanku sudah cukup untuk menjawab pertanyaan ibuku itu.

Aku mendengar ibuku menghembuskan nafasnya kasar.
"Ella, mengertilah, kita pindah karena pekerjaan ayahmu, ini juga bukan kemauan ibu, sayang." aku tahu ini bukan kesalahan orang tuaku, tapi aku juga tidak bisa menghilangkan rasa kesal yang aku rasakan.

"Kau lihat di sana ada sebuah kastil yang sangat indah," kata ibuku. Aku tahu apa yang dia maksud, dari kamar ini aku bisa melihat sebuah kastil yang begitu indah dan megah. Hal itu pula yang menarik perhatianku pertama kali saat aku memasuki kamar ini. Bahkan aku tadi sempat terpana dan sejenak melupakan kekesalanku.

"Tapi sayang, kita tidak bisa mengunjungi kastil itu tanpa izin dari pemiliknya," ucap ibuku dengan raut wajah kecewa.

"Pemilik?" tanyaku spontan. Aku tidak bisa mencegah keingin tahuanku. Ibuku tersenyum menatapku sebelum menjawabnya.

"Iya, menurut orang-orang disini, kastil itu masih dihuni sampai sekarang." Aku mengikuti pandangan ibuku, melihat ke arah kastil yang menjadi obrolan kami.

"Pasti yang menghuni adalah orang tua yang sangat kaya," komentarku. Ibuku tertawa mendengar ucapanku itu.

"Siapa tahu kalau ada pangeran disana," ucap ibuku bercanda. Tapi aku jadi memikirkan kemungkinan itu. Mungkinkah?

"Sudah jangan mengkhayal, apa kamu tidak mau mengeluarkan baju-baju itu?" aku mengerucutkan bibirku melihatku koper dan kardus yang masih berserakan di lantai. Uuuhhhh.... Aku benci pindahan!

Ibuku menutup pintu kamarku dan meninggalkanku sendiri dengan barang-barang yang masih harus aku keluarkan dan rapikan.

Setelah 1 jam aku berhasil menata baju-bajuku ke dalam lemari. Ini melelahkan. Aku melihat kardus-kardus yang masih belum aku sentuh sama sekali. Uh, kenapa banyak sekali?

"Ella, sayang ayo makan dulu." Aku melihat ayahku yang sudah bersandar di pintu kamarku.

"Nanti, ayah bantu kamu membereskannya, sekarang ayo turun," ajak ayahku. Aku dengan senang hati meninggalkan barang-barangku tergeletak begitu saja.

"Sayang, lusa kamu mulai masuk kuliah" kata ibuku lembut, aku mengangguk menjawabnya. Setidaknya aku masih punya waktu untuk beristirahat. Setelah membahas soal kuliahku, makan malam kami diisi dengan guyonan garing khas ayah.

Setelah selesai makan malam, aku kembali ke kamarku, mataku kembali tertuju pada kastil tua itu. Seperti ada yang menarikku untuk selalu melihat ke arah sana.

Karena sudah mengantuk, aku segera menuju tempat tidurku, 'semoga hari esok lebih baik' doaku sebelum memejamkan mata. Tapi sebelum aku terlelap samar-samar aku bisa mendengar suara lolongan serigala di kejauhan, pasti itu berasal dari hutan di sekitar kastil itu. Anehnya, aku tidak merasa takut mendengar lolongan serigala tersebut, aku justru semakin tenggelam dalam rasa nyaman dan lama-lama kurasakan mataku semakin berat dan aku terlelap dengan senyum yang tercetak di bibirku.

"Ella, bangun," suara ibu membangunkanku dari tidur nyenyak ku. Begitu aku membuka mata, aku disambut oleh sinar matahari yang menerpa wajahku.

"Iya, bu, ini juga udah bangun" dengan mata yang masih setengah terbuka, aku menuju kamar mandi, meninggalkan ibu yang hanya geleng-geleng kepala melihatku.

His QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang