"Ella, kenapa lama sekali?" teriakan ibu membuatku sadar bahwa dari tadi aku masih berdiri di depan pintu tanpa membiarkan Aiden masuk.
"Silahkan masuk" aku minggir memberi jalan untuk Aiden.
Aku hanya bisa bergerak gelisah di kursiku selama makan malam, hal itu karena tangan kiri Aiden dengan santainya berada di atas lututku, aku sudah coba menyingkirkannya namun tangan itu selalu kembali lagi ke tempat semula.
Aku juga tidak tahu harus bicara apa, mereka bertiga membicarakan pekerjaan sementara aku? Apa yang ku tahu soal itu.
"Bagaimana kuliahmu, Ella, apa kau betah disini?" pertanyaan Aiden membuatku mendongak menatapnya.
"Baik, tidak ada masalah dengan kuliahku dan aku juga betah disini" jawabku.
"Tidak ada yang mengganggumu kan?" tanyanya serius. Matanya menatapku tajam, memperingatkanku untuk tidak berbohong.
"Tidak ada" ya, kecuali alpha Ken yang selalu mengawasi setiap gerak gerik ku. Tambahku dalam hati.
"Good. Mr. Frederick ada yang ingin saya bicarakan, bisakah kita bicara berdua?" tanya Aiden tiba-tiba.
"Oh tentu saja, mari" ayah segera mengajak Aiden masuk ke ruangan kerjanya. Sementara aku membantu ibu membereskan semuanya.
"Bu, aku ke kamar dulu" aku segera naik ke kamarku, ada beberapa tugas yang masih belum ku kerjakan.
Sebuah hembusan nafas di leherku, membuat konsentrasiku buyar seketika. Aku menoleh melihat Aiden yang juga sedang melihat hasil pekerjaanku di laptop.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku, kaget dengan keberadaannya.
"Tentu saja untuk melihatmu" jawabnya santai. Tapi hal itu berkebalikan dengan diriku yang merasa gugup tiba-tiba. Dan kata-katanya itu entah kenapa membuatku senang, oh, God! i hate it.
"Maaf, bisakah kau keluar? Ada yang harus ku kerjakan" aku menelan ludah ku kasar saat menatap matanya yang menggelap.
"Ehm... Terserah kau saja" kataku pada akhirnya. Aku membalikkan badanku menghadap layar laptop yang masih menyala. Dia menakutkan kalau seperti ini.
Aku berusaha untuk tidak memperdulikan tatapannya yang terasa di kulitku. Tapi tetap saja aku tidak bisa mencegah mataku untuk meliriknya yang sedang berbaring di kasur ku.
"Aku ada urusan bisnis selama 3 hari, jadi 3 hari kedepan aku tidak bisa kesini" ucapnya tiba-tiba.
Aku menghentikan ketikanku sesaat, mencoba memahami apa maksudnya. Aku bukan kekasihnya, jadi kenapa dia harus izin padaku?
"Iya" jawabku singkat, tak tahu harus menjawab apa lagi.
"Hanya itu? Kau tidak mencegah ku atau minimal bertanya kemana aku akan pergi?" tanyanya. Aku mengerutkan keningku bingung, mencegah? Buat apa aku mencegahnya? Memangnya aku ini siapanya? Dan kemana dia pergi? Aku rasa itu bukan urusanku.
"Buat apa aku mencegahmu?" tanyaku tak mengerti. Aiden menghembuskan nafasnya keras, kemudian dia pergi begitu saja meninggalkan suara pintu yang ditutup dengan keras. Ada apa dengannya?
Aku berusaha untuk tidak memikirkan Aiden, tapi ternyata itu cukup sulit. Berbagai pertanyaan muncul dikepalaku, kenapa dia terlihat marah tadi? Apa ada yang salah dengan ucapanku? Dan kenapa aku merasa sangat bersalah membuatnya seperti itu? Aku tidak tahu apa salahku!
"Kenapa lesu begitu?" tanya Anna saat melihat penampilanku di pagi hari.
"Ngantuk" jawabku lesu. Semalam aku harus memaksa otakku untuk bekerja menyelesaikan makalah ku ditengah gempuran bayangan Aiden yang selalu muncul setiap saat. Bayangkan betapa melelahkannya itu! Aku bahkan sampai khawatir kalau aku justru menulis nama Aiden di makalahku, pasti itu akan jadi hari paling memalukan sepanjang hidupku.
"Ehm... Yang begadang sama alpha" aku melihat Anna dengan bingung, meskipun aku mengantuk namun, aku juga masih punya sedikit kesadaran untuk mencerna kata-katanya itu.
"Alpha? Maksudmu siapa? Bukannya alpha itu nama depan dari Ken?" Anna terlihat gelagapan dengan pertanyaanku.
"Ehm... Itu, kita sudah sampai!" Anna terlihat buru-buru keluar dari dalam mobil. Aku makin bingung saat Anna langsung pergi begitu saja, meninggalkanku.
"Aku pergi dulu, ada yang harus ku kerjakan" teriak Anna setelah agak jauh. Oh, dia tidak akan bisa lari kali ini. Cukup dengan semua orang yang membuatku bingung.
"Anna, tunggu" bukannya berhenti, dia malah sengaja mempercepat jalannya. Aku terus mengejarnya, tidak peduli dengan orang-orang yang memandangku.
"Aduh!" teriakku saat aku menabrak tubuh seseorang yang begitu keras.
"Apa kau tidak bisa lebih berhati-hati? Nanti aku lagi yang disalahkan" omel orang yang baru saja ku tabrak. Aku mendongak, melihat alpha Ken yang menatapku dingin.
"Maaf, aku buru-buru" aku segera melewatinya, bahkan aku tak peduli dengan kata-katanya yang aneh tadi. Apa maksudnya dia akan disalahkan?
"Kemana dia?" tanyaku pada diriku sendiri. Aku melihat sekelilingku, namun sepertinya Anna sudah lari duluan, karena aku tak melihatnya di manapun.
Aku melihat jam yang ada ditanganku, dan aku sadar bahwa, aku terlambat! Aku kembali berlari kali ini bukan karena mengejar seseorang tapi karena aku yang dikejar oleh waktu.
Aku masih tidak menemukan Anna sampai sekarang, padahal ini sudah waktunya untuk pulang, mobilnya pun sudah tidak ada. Sepertinya aku harus panggil taksi kalau begini.
Belum sempat aku menelfon taksi, sudah ada mobil yang berhenti di hadapanku. Mobil siapa sih?
"Masuk" terjawab sudah pertanyaanku, ternyata alpha Ken yang ada di dalam mobil itu. Aku otomatis menggelengkan kepalaku, menolak perintahnya.
"Masuk atau aku akan memaksamu" aku menggelengkan kepalaku semakin keras.
"Aku tidak akan melakukan apapun padamu, kau tenang saja" ucapnya meyakinkanku. Aku masih berdiri di tempatku, sama sekali tak berniat untuk masuk ke mobilnya.
Alpha Ken tiba-tiba keluar dan menarikku masuk kedalam mobilnya.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya saat kami sudah didalam mobil. Ada apa dengan orang ini? Dia yang menarikku kemudian bertanya seolah khawatir."Ehm... Tidak apa-apa" ucapku lirih.
"Kenapa kau mengantarku?" tanyaku, memecah keheningan di dalam mobil.
"Salahkan pengawalmu yang tidak bisa menjaga mulutnya itu" pengawal? Apa maksudnya?
"Maksudmu apa? Aku bukan presiden yang butuh pengawal" ucapku tak mengerti. Tidak ada jawaban apapun darinya, membuatku semakin bingung.
"Nah, lun... Maksudku Ella kita sudah sampai" kali ini aku justru tidak mau turun. Aku bertekad untuk mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan yang ada dikepalaku, dan aku yakin alpha Ken bisa menjawabnya.
"Sekarang kau tidak mau turun?" tanya alpha Ken sarkatis.
"Dengar alpha, otakku sekarang penuh dengan pertanyaan, dan aku tahu kalau kau pasti bisa menjawab pertanyaan itu" ucapku memberanikan diri.
"Kau tidak akan mendapat jawaban apapun dariku" ucapnya diiringi dengan seringaian yang menghiasi wajahnya.
"Aku ingin jawaban sekarang!" ucapku geram. Aku sudah frustasi dengan semua ini. Aku juga sudah tidak peduli dengan nada suaraku yang meninggi.
"Maaf Luna aku tidak bisa mengatakannya" oh, ada apa dengannya kali ini? Bahkan dia menunduk sekarang! Aku tidak butuh dihormati, aku butuh jawaban!
Aku menghembuskan nafas ku keras, saat melihatnya tetap diam.
"Sudahlah, terima kasih atas tumpangannya" ucapku pada akhirnya. Aku hendak keluar saat suara alpha Ken menghentikanku."Hanya alpha Aiden yang bisa menjawabnya, dan panggil saja aku Ken, Luna" ucapnya sebelum pergi.
Panggilan itu lagi.
Luna?
Kenapa Ken memanggil Aiden dengan sebutan alpha?
Apa alpha itu nama keluarga? Kalau begitu pasti Ken dan Aiden ada hubungan keluarga.
Dan Anna? Ada apa dengannya?