mark

38.9K 3.1K 25
                                    

Entah ini sudah beberapa kalinya aku menoleh ke belakang. Langkahku pun semakin ku percepat, aku sudah benar-benar berlari sekarang, aku tidak tahu lari dari apa atau siapa, namun instingku mengatakan bahwa aku harus lari, dan itulah yang aku lakukan sekarang.

Sebuah geraman membuatku berhenti seketika, mengedarkan pandanganku pada lingkungan di sekitarku tapi tak menemukan siapapun disana. Kenapa sepi sekali disini?

Suara semak yang saling bergesekan karena angin membuat suasana makin mencekam, ditambah dengan suara ranting yang terinjak membuat jantungku berdetak semakin cepat.

Tubuhku pun bereaksi dengan cepat saat lagi-lagi aku mendengar geraman binatang buas, kakiku bergerak dengan kecepatan penuh, membawaku untuk segera meninggalkan jalan yang lengang ini.

"Aahhh!!!" aku berteriak saat tiba-tiba didepanku sudah ada serigala berbulu hitam yang menghadangku. Untung aku berhasil menghentikan langkahku di waktu yang tepat.

Aku melihat serigala itu, merasa tidak asing dengan bentuk tubuhnya yang besar, dan bulunya yang hitam sekelam malam.

Dia serigala yang sama, tapi...berbeda. Auranya lebih intens dan berbahaya, dia mempunyai aura yang membuat orang memilih untuk pergi kala bertemu dengannya. Aku semakin mundur saat merasakan tatapannya yang menusuk dan mengancam.

'Grrrr' lagi-lagi suara geraman menakutkan itu. Aku ingin mengalihkan pandanganku dari mata hitamnya, namun entah kenapa aku tidak bisa mengontrol mataku. Mereka terus saja terpaku pada binatang buas di hadapanku.

Kemana perginya serigala yang menggodaku waktu itu? Kenapa dia berubah seperti ini?

Aku semakin mundur, memperlebar jarak diantara kami. Tapi itu semua sia-sia saat dia melompat dan menerkam tubuhku hingga aku terjatuh.

"Aahhh!!" aku berteriak saat merasakan giginya menusuk kulit leherku. Air mataku mengalir semakin deras ketika merasakan dia yang semakin menghimpit tubuhku tanpa melepaskan gigitannya di leherku.

Pandanganku sudah mulai kabur, tubuhku melemah dan yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menerima kegelapan yang sebentar lagi akan menyambutku.

"Mine" kata terakhir yang aku dengar sebelum akhirnya aku benar-benar menyerah pada kegelapan.

Aku bisa merasakan usapan yang begitu lembut di leherku, disertai dengan kecupan kecil yang membuatku melenguh tanpa sadar.

"Kau menyukainya, hmmm?" aku memaksa mataku untuk terbuka, memandang wajah orang yang sudah mengganggu tidurku.

"Menjauh dariku!" teriakku saat sadar siapa yang ada di hadapanku. Bukannya terkejut, Aiden justru menyeringai licik.

"Kau milikku Ella, tentu saja aku bisa melakukan apapun padamu" suaranya begitu dingin namun menjanjikan hal yang tak ingin kubayangkan saat ini. Bulu kuduk ku meremang, kala melihat tatapan matanya yang menelusuri tubuhku dari atas sampai bawah.

"Apapun" ucapnya dengan sebuah seringai licik yang terpasang di wajah tampannya. Tubuhku bergetar, takut dengan apa yang kulihat dimatanya, nafsu. Apa dia akan memaksaku?

"Kenapa sayang? Kau takut padaku?" kini tangannya sudah terulur, menangkup kedua pipiku di tangan besarnya. Mata itu! Tidak, dia bukan Aiden.

Aku berusaha melepaskan tangannya, namun dia justru semakin kuat memegang wajahku. Air mata sudah mengalir di pipiku sedikit demi sedikit membasahi tangannya yang menangkap wajahku.

"Kenapa sayang? Apa kau tidak menyukaiku?" dia menyudutkanku dengan berbagai pertanyaannya. Menantangku untuk berani melawannya.

"Lepaskan aku, kumohon" aku meminta padanya dengan air mata yang masih terus mengalir. Aiden menindih tubuhku, membuatku semakin tidak bisa bergerak. Tangan kirinya memegang kedua tanganku di atas kepala.

"Aku ingin melindungimu kalau kau menangis seperti ini, tapi aku tak perlu melindungimu dari diriku kan?" seringaian tak pernah menghilang dari wajahnya. Tatapannya juga semakin menggelap saat melihat bibirku.

"Pergi dariku! Aku membencimu!" sekilas aku bisa melihat kesedihan dimatanya saat aku mengucapkan kalimat itu, namun kilatan itu begitu cepat, sehingga aku tak yakin kalau aku benar-benar melihatnya.

"Kau membenciku? Tapi sayangnya itu tidak akan merubah apapun, kau tetap milikku" ucapnya dengan nada posesif yang sangat kentara. Dengan tiba-tiba dia mengecup bibirku dan secepat itu pula dia meninggalkanku.

"Jangan mencoba untuk kabur, karena aku tidak segan-segan untuk mengikatmu kalau kau ketahuan" ucapnya sebelum menutup pintu yang memisahkanku dengan dunia luar.

Dengan gontai aku menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mataku melebar saat melihat sebuah tato yang ada di leherku. Aku tidak pernah mentato tubuhku, tapi...aku mengingat kejadian kemarin saat Aiden menggigit leherku, jadi ini tanda darinya? Wow, bahkan aku sekarang punya tato namanya di leherku? Sedalam itukah kepemilikannya terhadapku? Ini gila! Kenapa mereka harus menandai pasangan mereka seperti ini? Aku menghela nafas ku, menghilangkan berbagai pertanyaan di kepalaku.

Tuhan, Apa salahku di masa lalu? Kenapa aku ditakdirkan bersamanya?

******

His QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang