"Kenapa kau tidak bilang padaku?" aku menyilangkan tanganku di depan dada dan menatap Anna tajam.
"Ehm... Kau tahu? Aku tidak bisa mengatakannya" aku menghembuskan nafas ku kasar, melihat Anna yang tampak sangat menyesal.
"Jadi, apa semua orang di kota ini...seperti kalian?" Anna tersenyum mendengar pertanyaanku. Sepertinya dia senang karena aku tertarik dengan dunianya.
"Tidak semua, kira-kira hanya 80% penduduk kota ini yang sama sepertiku" oh... Wow, jadi selama ini aku dikelilingi oleh werewolf?
"Tapi, apa semua orang disini tahu mengenai...kalian?" tanyaku ragu.
"Kau bisa bertanya apapun, Luna" ucapnya dengan nada menggoda, aku menatapnya tajam karena memanggilku dengan sebutan itu.
"Hei, tidak perlu menatapku seperti itu, baiklah aku akan menjawabnya. Tidak semua orang tahu mengenai kami, hanya manusia yang mempunyai mate seorang werewolf yang berhak mengetahuinya, atau jika alpha Aiden mengizinkan kami untuk memberi tahu rahasia ini kepada seseorang" aku mengangguk-anggukkan kepala mencerna informasi yang baru saja ku terima. Saat aku melihat Anna untuk bertanya lagi, dia seperti melihat sesuatu di kejauhan, tatapannya kosong, dan seperti pikirannya sudah tidak berada disini.
"Hei, Anna" aku melambaikan tanganku di depan matanya.
"Eh, maaf, ada apa?" tanyanya begitu dia sudah sadar, sepertinya pikirannya baru saja kembali.
"Kau kenapa?" tanyaku.
"Tidak ada" jawabnya cepat, saat aku ingin bertanya lebih lanjut, aku melihat alpha Ken yang berjalan mendekat ke arah kami.
Aku menaikkan alisku melihat dia meletakkan sebuah kotak kado di hadapanku. "Apa ini?" tanyaku bertanya padanya.
"Jangan kepedean itu bukan dariku" setelah mengatakan itu, dia pergi begitu saja meninggalkanku yang masih terdiam menatap punggungnya yang menjauh. Begitu dia sudah tidak terlihat aku mengalihkan perhatianku pada benda yang ada di hadapanku.
"Buka saja" ucap Anna yang terlihat menyembunyikan senyumnya. Aku menatap Anna curiga. Dengan perlahan aku membuka kotak itu, siapa tahu ada yang mau mengerjaiku dengan meletakkan sesuatu yang menjijikkan didalam kotak ini.
Mataku melebar begitu melihat benda yang ada didalam kotak tersebut, sebuah gelang yang sudah lama aku incar berada disana disertai dengan sebuah kertas kecil dibawahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat aku membaca tulisan yang ada di kertas itu, aku tidak bisa mencegah diriku untuk tersenyum membacanya.
'Come up to meet you, tell you I'm sorry You don't know how lovely you are I had to find you, tell you I need you Tell you I set you apart'
-A-
God... Apa dia tidak bisa lebih kreatif? Apa dia harus mengutip lirik lagu seperti ini?
"Ehm...ehm" aku langsung menahan senyumku saat mendengar suara deheman Anna, ini memalukan... Aku tidak sadar dia masih ada disini.
"Tidak perlu malu seperti itu, apa kau sudah siap pulang, atau kau masih akan terus membaca kertas itu?" aku segera berdiri dan mengambil tasku, tidak peduli dengan Anna yang masih terus tertawa.
"Hei, tunggu aku" teriak Anna sambil berlari menyusulku.
Selama perjalanan dari kampus ke rumahku Anna tidak berhenti untuk menggodaku. "Jangan lupa untuk menceritakan semuanya padaku" Anna mengerlingkan matanya padaku, sebelum akhirnya pergi. Apa maksudnya itu? Apa masih ada kejutan lain buatku?
Aku mengedikkan bahuku sebelum melangkahkan kakiku menuju rumahku. Home sweet home!
"Bu!" aku berteriak memanggil ibuku, namun sepertinya dia tidak ada. Kemana dia? Kenapa pintunya tidak dikunci?
Saat aku membuka pintu kamarku, aku tidak menyangka akan disambut oleh lagu Coldplay the scientist yang mengalun dari speaker yang ada di sudut ruangan ku.
Aku juga melihat beberapa paper bag di tempat tidurku, dan dari merk yang ada di paper bag itu, aku bisa menebak apa isinya. Apa dia akan mendapatkan maafku dengan hartanya?
Aku menyapukan pandanganku ke seluruh kamarku, tidak ada yang aneh, kecuali sebuah sticky notes yang menempel di dinding.
Dengan langkah penasaran, aku mengambil kertas itu dan membacanya.
'Tell me your secrets, and ask me your questions Oh let's go back to the start'
-A-
Senyum kembali menghiasi wajahku saat membacanya, apalagi kali ini disertai dengan musik yang masih terus mengalun.
"Kau tahu? Aku bukan orang yang mudah untuk mengatakan maksudku pada seorang wanita, ini semua hal baru untukku" aku menoleh melihat Aiden yang bersandar di pintu kamarku.
"Oh, ya? Tapi aku mengerti, kau tidak perlu bertindak seperti ini untuk mendapatkan perhatian seorang wanita, mereka sudah tertarik padamu meskipun kau tidak menunjukkan sisi romantismu seperti ini" aku tidak bisa mencegah nada cemburu yang ada dalam suaraku, membayangkan dia melakukan ini pada wanita lain membuatku sedih dan frustasi. Ini gila, aku bahkan sudah tidak memiliki kontrol terhadap perasaanku sendiri.
"Baby, aku hanya ingin dirimu" aku tidak menyadari kalau aku begitu terpaku dengan pikiranku sendiri sebelum suara Aiden terdengar begitu dekat dengan telingaku, dan aku baru menyadari kalau sudah tidak ada suara musik yang terdengar.
"Aku tidak tahu, kalau kau bisa seperti ini" ucapku setelah menguasai diriku sendiri, dia terlalu dekat denganku, membuatku kehilangan kontrol terhadap reaksi tubuhku padanya.
"Pfff...apa kau pikir aku akan percaya hal itu?" ucapku sarkatis. Tatapan mata Aiden yang begitu intens membuatku semakin mundur untuk memperlebar jarak tubuh kami, tapi sepertinya Aiden tidak mengizinkanku untuk bernafas dengan bebas karena dia terus mengikuti gerakan ku sampai aku tersudut di dinding.
"Kau tidak percaya? Aku tidak akan memaksamu, tapi... aku pasti akan membuktikannya" aku hanya terdiam mencerna kata-katanya, matanya memancarkan tekad yang kuat.
"Jadi, bagaimana sayang? Kau mau memulainya dari awal?" aku masih menatap matanya, turun ke hidungnya dan...bibirnya. Sebuah geraman rendah keluar dari mulutnya saat menyadari arah tatapanku.
"Kenapa aku tidak bisa membencimu? Kenapa aku tidak bisa marah padamu?" aku bertanya padanya, mengalihkan pandanganku kembali ke matanya.
Aiden tidak menjawab, dia mengangkat tangannya, menelusuri wajahku dengan jari-jarinya, dia melakukannya dengan lembut, bahkan aku hampir tidak bisa merasakan sentuhannya di wajahku.
"Mana mungkin kau membenci bagian dari dirimu, dan kau bisa marah padaku, hanya saja, aku tidak akan membiarkanmu marah terlalu lama, aku tidak menyukainya" aku berhenti mendengar kata-katanya setelah dia mengatakan 'bagian dari dirimu', apa maksudnya?
"Bagian dari diriku?" tanyaku.
"Ya, kau bagian dari diriku, begitupun sebaliknya, YOU ARE MINE"
******
Baiklah.... Sepertinya author memang tidak bisa jauh dari adegan romantis dan klise....