Dia bilang cuma 3 hari, tapi sampai sekarang dia belum muncul juga. Aku bertopang dagu memandang hutan yang luas. Aku tak tahu kenapa aku merindukannya, ini membingungkan, aku baru mengenalnya beberapa hari tapi dia sudah bisa membuatku seperti ini.
Aku segera masuk ke dalam, karena tubuhku sudah tidak bisa mentolerir rasa dingin yang menusuk.
"Hufh, dasar pembohong" gumamku sebelum aku menutup tubuhku dengan selimut dan tidur.
"Ella!" aku menutup telingaku dengan bantal, begitu mendengar teriakan Anna.
"Bangun! It's girls day out" teriak Anna sekali lagi, dengan terpaksa aku membuka mataku yang terasa begitu berat. God... Aku masih ingin tidur, kenapa kau kirimkan toa padaku?
Aku menuju kamar mandi dengan mata yang masih setengah terbuka dan bibir yang tidak berhenti mengomel. Tidak bisakah aku tidur seharian? Ini weekend!
Dengan semangat Anna menarikku menuju ke sebuah kafe yang berada tidak jauh dari rumah kami. Yeah... I need caffeine.
Melihat Anna yang begitu semangat membuatku teringat kejadian 4 hari lalu waktu dia lari dariku karena tidak mau menjawab pertanyaanku. Setelah hari itu, Anna menemuiku dan berkali-kali minta maaf padaku, tapi tetap saja dia tidak mau memberi penjelasan apapun. Dan karena aku tidak tega melihat wajahnya yang memelas itu, dengan mudahnya aku memaafkannya.
"Setelah ini, kemana?" tanyaku. Anna berpikir sebentar kemudian dia tersenyum lebar, sepertinya dia sudah menemukan tujuan selanjutnya.
"Mall. Shopping time!" ucapnya dengan semangat, menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitar kami. Ingatkan aku, kenapa aku berteman dengannya.
Aku mengerucutkan bibirku, kesal, karena menunggu Anna mencoba pakaian, aku rasa ini sudah ke 5 kalinya, dia masuk ke ruang ganti itu.
"Ella, aku tidak tahu harus pilih yang mana" ucap Anna begitu keluar dari ruang ganti.
"Yasudah beli saja semua" jawabku.
"Baiklah, aku akan beli semuanya" ucap Anna memutuskan, akhirnya....
"Kita mau kemana lagi?" tanya Anna padaku. Aku berfikir sejenak sebelum akhirnya menjawab.
"Food court" jawabku semangat. Langkahku terhenti saat melihat 2 orang yang baru keluar dari sebuah toko perhiasan. Yah... Wajar kalau aku melihat seseorang, ini adalah tempat umum, tapi orang itu? Aku kembali memperhatikan wajah laki-laki itu. Yup, tidak salah, dia Aiden. Aku melihat wanita yang berdiri disampingnya, apa dia kekasihnya?
Saat aku melihat Aiden lagi, tatapan matanya sudah tertuju padaku, aku tersenyum padanya namun dia hanya diam dan terus menatapku intens.
"Apa kau mengenalnya?" aku mendengar wanita itu bertanya pada Aiden.
"Tidak, dia hanya anak dari salah satu pegawai ku" aku terdiam di tempatku mendengar jawaban Aiden itu. Wanita disampingnya tersenyum kemudian memegang tangan Aiden, menariknya menjauh.
'dia hanya anak dari salah satu pegawai ku' aku tersenyum miris, mengingat ucapan Aiden. Jujur, aku ingin tertawa sekarang, menertawakan diriku sendiri yang begitu bodoh, kenapa aku harus sedih? Bukankah itu kenyataannya?
"Ella, apa kau tidak apa-apa?" pertanyaan Anna membuatku menoleh menatapnya, bahkan aku tidak sadar kalau dia dari tadi disini. Ekspresinya terlihat bingung, khawatir, dan... marah?
"Aku tidak apa-apa, ayo" Anna masih melihat ke arah Aiden pergi.
"Kenapa dia melakukannya?" aku mendengar Anna menggumam, namun aku tidak yakin dengan apa yang kudengar. Anna tersenyum, tapi dari ekspresinya dia terlihat sedih. Ada apa lagi dengannya?