Chapter 14 : Salju Desember

6.8K 474 19
                                    

Chapter 14 :
Salju Desember

***

Aku duduk diam di kursiku, menatap salju-salju yang turun di bulan desember. Beberapa pohon cemara sengaja di letakkan oleh orang-orang di depan rumah atau toko-toko dengan memberinya ornamen-ornamen indah. Ya, hari ini adalah natal untuk mereka yang merayakannya.

"Syah!" panggil Ayu yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Hm?"

"Mama berangkat sore. Ikut nganter ga?" tawar Ayu, kubalikkan badanku menghadapnya.

"Jam berapa?"

"Hm, kalo sore ya sekitar jam dua atau tigaan sih." jawabnya.

"Iya, ikut." ucapku.

"Siap-siap!"

"Masih jam tujuh, Ayu." dengusku kesal dan Ayu hanya tertawa sebelum menutup pintu kamarku lagi.

Park Ha Jin

Entah kenapa, nama itu tiba-tiba terlintas di benakku. Aku hanya beberapa kali bertemu dengannya dan hanya sebatas saling menggenal setelah itu pergi ke rutinitas masing-masing.

Aku menghela napas beberapa kali untuk mengenyahkan nama itu, nama yang tidak boleh aku pikirkan. Aku tidak ingin meruntuhkan prinsipku yang baru aku bangun. Memperbaiki diri. Terdengar egois mungkin, tapi aku juga tak bisa menampik perasaan iri saat melihat Ayu tertawa bahagia dengan keluarga kecilnya. Aku juga manusia, aku juga memiliki rasa iri seperti yang lainnya.

Kuusap air mata yang entah kapan sudah mengalir membasahi pipiku. Apa hatiku sedih dengan semua hidupku yang tidak berjalan baik seperti dulu kuimpikan?

"Ya Allah ..." gumamku untuk menahan rasa sesak dalam hatiku. Mengenyahkan rasa tidak adil dalam hatiku, aku harus yakin jika Allah telah merencanakan kehidupanku ke depan yang lebih baik.

***

"Jaga kesehatan kalian! Yang rukun!" wejah Budhe Mar dengannya mengenggam tanganku. "Yu, hormat sama suamimu. Jangan egois! Ada anak yang harus kamu didik." wejah Budhe Mar menatap Ayu. Ayu hanya menganggukkan kepala dan memeluk mamanya erat.

"Masih pengen Mama lama disini. Ayu masih kangen." gumamnya sedih.

"Ada Syah sama Tin yang bantuin kamu, nemenin kamu, nak." ucap Budhe menenangkan putri semata wayangnya.

Ayu mengurai pelukannya dan menganggukkan kepala di depan Budhe Mar, "Iya, Ma." jawab Ayu lirih.

"Jaga kesehatan Mama juga!" ucap si Will yang berganti memeluk Budhe Mar.

"Kamu juga. Jaga keluargamu juga! Pimpin mereka dengan baik," wejah Budhe Mar sambil menggusap punggungnya.

"Iya, Ma. Insha Allah, Will bisa mimpin keluarga dengan baik." sahut Will dan menciup pipi Budhe Mar.

"Mama selalu doain buat kebahagiaan kalian." ucap Budhe Mar. Dia mendekatiku, "Jaga kesehatanmu, nak!" ucap Budhe Mar yang menggusap lenganku lembut.

"Iya, Budhe Mar." sahutku, kupeluk dia, "Titip salam buat Ibu, Budhe." ucapku.

"Iya, sayang." sahut Budhe Mar. "Budhe selalu doain kebahagianmu."

"Makasih, Budhe." kupeluk Budhe makin erat dan memejamkan mataku untuk menahan air mataku yang ingin menyeruak keluar.

"Jangan nangis!" pinta Budhe yang menggusap air mataku dengan sayang. Aku hanya menganggukkan kepala tanpa bisa mengucapkan satu patah katapun.

Annyeong, Aisyah [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang