Chapter 4 : Percaya pada-Nya

11K 722 25
                                    

Chapter 4
Percaya pada-Nya

***

Aku akhirnya mendapatkan pekerjaan, yaitu sebaga blogger travel. Aku akan mengunjungi setiap tempat di negeri Korea ini, menikmati semua keindahan yang disuguhkan dan menuliskannya untuk pembaca blogku.

"Syah." panggil Ayu saat aku sedang menata piring untuk sarapan.

"Hm?" sahutku dengan sebuah gumaman. Kuangkat sebelah alisku sebagai tanda menuntut jawaban dari pertanyaanku. Aku semakin heran saat melihatnya nyengir bak anak kecil yang ingin mendapatkan ijin keluar dari sang ibu. "Kenapa?"

"Aku mau keluar sama Will, gak usah siapin sarapan. Sarapan di luar." ujarnya.

"Ehm, mau menikmati waktu berdua toh?" ujarku menggoda dirinya. "Oke. Aku nyiapin sarapan buat sendiri aja."

"Maaf." sesalnya.

"Gak pa-pa. Kamu sama Willy 'kan harus punya waktu berdua." ujarku menenangkannya, kuusap lembut lengan kirinya. "Lagian aku mau keluar."

"Kemana?"

"Jalan-jalan." jawabku dan menumpuk piring-piring yang tadi kusunsun rapi.

"Gak takut —"

"Nanti 'kan bisa telpon kalian berdua." jawabku geli setelah memotong perkataannya.

"Gak nolongin entar." ujarnya dan aku langsung memukul lengan kirinya hingga dia cemberut. "Sana gih dandan yang cantik biar Willy makin lengket."

"Dandan jelek juga tetep lengket kok dia." ucapnya sewot dan aku hanya bisa tertawa mendengarnya.

"Ya udah, yang cantik ya biar tambah klepek-klepek." candaku dan tawaku tak bisa kutahan lagi, aku sempat melirik Ayu yang seneweng karena ulahku.

"Kita pergi dulu, ya!" pamit Ayu dan kemudian memelukku sebelum mereka pergi.

"Hati-hati ya! Nikmatin hari kalian." ucapku dan mereka hanya menganggukkan kepala. Kututup pintu apartement dan berjalan menuju dapur, sedari tadi perutku sebenarnya sudah berdemo ria. Aahhh, lapar! Tanganku mengusap perut datarku.

Aku segera mengambil kotak susu rasa pisang yang ada di dalam kulkas dan sepotong roti tawar yang berada di tengah-tengah meja makan. Sambil menikmati sarapan pagiku yang sangat terlambat ini, tanganku mengecek notifikasi yang ada di ponselku. Hanya beberapa notifikasi komentar dari blogku.

Aku mendesah dan meletakkan kembali ponselku di atas meja. Ah, tidak baik sebenarnya makan sambil bermain ponsel seperti tadi. Kulirik pembantu dari Ayu, dia sedang sibuk di dapur. Dia tak banyak bicara tapi cukup cekatan untuk mengimbangi Ayu.

"Mbak." panggilku. "Gimana kehidupan mereka di sini?" tanyaku, melihatnya yang membersihkan counter dapur.

"Mbak Ayu orangnya cerewet, sebenarnya —" ucap Mbak Tin. "Dia juga baik, baik banget malahan," lanjutnya sambil mengelap piring-piring yang baru saja dicuci. "Dia gak suka kalo pekerjaan gak segera di selesein. Selebihnya, gak masalah." lanjutnya lagi.

"Emang gitu orangnya, Mbak. Gak bisa diem." ujarku setuju.

"Mbak Syah temennya Mbak Ayu dari lama ya?"

Annyeong, Aisyah [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang