Chapter 29 : Jeju Island

5.5K 338 6
                                    

Chapter 29
Jeju Island

***

"Udah selese?" tanya Ayu yang berdiri di ambang pintu sambil menggendong Noah.

"Bentar lagi, terus tinggal kirim aja." ujarku dan memutar kursi ke arahanya. "Diteror mulu." kekehku.

"Kebiasaan." gerutu Ayu yang berjalan masuk dan duduk di sofa, mendudukkan Noah di atas pangkuannya. "Oh ya, minggu depan ayo liburan ke Jeju. Si Will udah dapet ijin libur. Dua minggu." ujar Ayu senang.

"Dua minggu?" ulangku dan memutar kursiku menghadapnya.

"Iya. Dua minggu. Tapi gak dua minggu di sana. Mungkin dua atau tiga hari aja. Mau quality time di sini nanti." jawab Ayu. "Ajak Asha juga kalo memang dia mau." saran Ayu dan aku mengangguk setuju. "Terakhir kali ke sini, dia kacau mungkin kalo ikut liburan kan jadi lebih baik." imbuhnya.

"Liburan sendiri dan bersama itu beda." ucapku dan disambut anggukkan setuju dari Ayu. Aku bersandar ke belakang dan menatap langit-langit kamar, sesekali mendengar Noah berceloteh tak jelas.

"Gimana soal Wisnu?" kulirik Ayu sedang asik menggerak-gerakkan tangan Noah dan membuat bocah kecil itu tertawa senang.

"Engga tau." jawabku jujur.

"Udah mikir matang-matang?" tanyanya lagi. "Ini cuman pemikiranku, Syah. Umur kamu udah mau dua puluh tujuh, jika ada jodoh yang baik, kenapa mesti digantungin. Oke, soal cinta, cinta bisa tumbuh setelah pernikahan. Kamu nyaman engga sama Wisnu? Dari pengelihatanku, dia orangnya berpikir modern meski gayanya klasik, begitu juga keluarganya. Kamu mempertimbangkan apalagi kalo di depan kamu ada yang lebih baik dari Pandu?" ujar Ayu panjang lebar. "Dia lebih baik dari segi apapun, apalagi nilai plusnya adalah dia mengerti sekali tentang agama." imbuhnya.

"Bangun rumah tangga juga butuh kenyamanan juga, Yu. Aku gak bisa ngelupain satu pilar itu." sahutku. "Kenyamanan, kepercayaan, saling menghormati, agama. Pilar-pilar itu harus ada." ujarku. "Mungkin semua ada di Wisnu tapi kenyamanannya engga, Yu."

"Terus, jawabanmu apa untuk dia? Tiga hari lagi dia bakal balik ke Indonesia." tuntut Ayu.

"Aku gak tahu." jawabku frustasi.

"Pikirin baik-baik, hati kamu condong ke mana? Wisnu sebagai teman atau sebagai teman yang spesial?" tanyanya Ayu yang bangkit dari duduknya dengan menggendong Noah. "Sebelum dia pergi, kasih jawabanmu. Jangan gantung berhari-hari kayak gini! Ada setan di otakmu sampe bikin kamu labil kayak gini." ceramah Ayu yang kemudian pergi dari kamarku. Menyisakan aku sendiri dengan pikiran yang bercabang, di sisi lain, aku merasa Wisnu adalah suami ideal, suami yang diharapkan ibu untukki. Tapi, di sisi lain, aku merasa tidak ingin, tidak ingin kenapa? Aku juga tidak tahu, aku belum menemukan jawabannya.

Aku menghela napas lelah dan memejamkan mataku sejenak, mengusap wajahku gusar, "Ya Allah, beri petunjuk." mohonku dalam rapalan doa.

***

Aku menunduk, tak berani bersitatap dengan Wisnu yang duduk di seberang meja makan. Hanya kami berdua di dapur, semua orang sedang asik di taman belakang rumah Ayu.

"Apa kau sudah memutuskan jawabanmu, Syah?" tanya Wisnu sopan.

Aku mengangguk pelan tanpa berani bersuara. Lidahku seolah tak bisa digerakkan dan tiba-tiba suaraku seperti menghilang begitu saja.

Annyeong, Aisyah [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang