Chapter 38 : Awal Baru?

4.5K 348 21
                                    

Chapter 38
Awal Baru?
***

Aku terengah setelah berhasil menuju sisi lainnya dari alat terapi untuk membuatku bisa menggerakkan kakiku. "Tidak apa-apa." ucap Mas Gilang yang menerapiku selama seminggu ini. "Pelan-pelan saja!"

"Kenapa rasanya kaku." keluhku putus asa. Rasa-rasanya aku tidak akan pernah bisa berjalan lagi. Mas Gilang membantuku untuk duduk kembali ke kursi roda.

"Butuh proses. Sabar kuncinya." ucap Mas Gilang yang selalu memberiku semangat.

"Terimakasih." Mas Gilang mendorong kursi rodaku kembali ke kamar inap. "Gimana kata dokter?"

"Terapinya jalan tapi sabtu ini udah pulang." jawabku.

"Puji syukur. Tuhan memberkatimu, Aisyah." ucap Mas Gilang.

"Terimakasih untuk doanya."

"Sama-sama."

"Syah." aku memekik terkejut melihat Budhe Mar yang berdiri di depanku. "Aduh, nak." Budhe Mar yang sudah memelukku sayang.

"Budhe kok ada di sini? Sama siapa?" tanyaku setelah Budhe Mar mengurai pelukannya padaku.

"Sama Halim. Biasa. Cuman Halim yang bisa Budhe tempeli." jawab Budhe Mar ketawa, dia mengambil alih kursi rodaku dan mendorongnya masuk ke dalam ruang inapku.

"Makasih ya, Mas Gilang." Mas Gilang hanya mengangguk dan pergi meninggalkan kami berdua.

"Bayu mau lamaran." beritahu Budhe Mar. "Kamu mesti dateng."

"Insha Allah."

"Halim nanti yang akan jemput." ucap Budhe Mar, dia meraih tanganku dan meremas lembut tanganku.

"Siapa calonnya, Budhe? Cantik?" tanyaku setelah Budhe Mar duduk di sofa.

"Cantik, baik juga, cuman Budhe enggak suka sama orangtuanya." jawabnya. "Calonnya Bayu sama orangtuanya itu beda banget sifatnya."

"Maksudnya?"

Budhe Mar menghela napas keras, "Calonnya Bayu itu si Maya, sepupumu." bebernya.

"Maya? Maya Sulista?" tuntutku meminta penjelasan lebih. Budhe Mar hanya mengangguk. Aku enggak nyangka kalo Mas Bayu ngelamar Maya. Jika tentang sifat Maya dan orangtuanya yang berneda jauh, aku tidak menyangkalnya. Memang dari dulu Maya orangnya lembut, enggak neko-neko karena dia dari sekolah dasar sudah masuk ke pondok.

"Budhe, liat kebaikan Maya aja." saranku.

"Iya. Budhe tuh suka kasihan liat Maya kalo dimarahi ibunya, enggak lihat tempar, si Maya juga diem aja." ujar Budhe Mar. "Habis nikah, Maya bakal tinggal di rumah. Udah sepakatan sama orangtuanya."

"Kalo di rumah Maya ya enggak cukup Budhe." ucapku. "Adek-adeknya banyak."

"Iya." sahut Budhe Mar. "Oh ya!" Budhe Mar memukul pelan punggung tanganku, "Budhe denger kamu baru aja dilamar Wisnu, kenapa ditolak?"

"Pasti dari Ayu." tebakku.

"Kenapa? Budhe kalo punya anak perempuan lagi gitu, udah Budhe nikahin deh sama dia. Calon imam yang baik. Enggak sayang itu dilepas?" cecar Budhe Mar yang mirip banget kayak Ayu.

Annyeong, Aisyah [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang