Chapter 12 : Tak Ada Lagi atau Hanya Semetara?

7.6K 529 21
                                    

Chapter 12 :
Tak Ada Lagi atau Hanya Semetara?
***

"Aku keluar dulu ya." pamitku dan menyelempangkan tasku pada bahu kiriku.

"Kemana??? Masih pagi loh ini." tanya Ayu yang sedang merapikan kerudungnya.

"Nyari minum, dingin banget ini." jawabku.

"Kantin jam segini mana buka, Syah."

"Aku bisa beli di mesin kaleng." jawabku yang sudah memegang handle pintu. "Gapapa kan?"

"Iya. Bentar lagi Will dateng kok." jawab Ayu yang turun dari brankanya untuk mengambil bayinya yang tertidur di box sampingnya.

"Oke. Gak lama kok. Cuman beli minum." seruku dan menutup pintu kamar inapnya. Aku melangkah menyusuri lorong rumah sakit untuk menuju kantin rumah sakit yang berada di lantai satu.

"Syah!!" Aku berbalik dan kulihat Willy berjalan cepat kearahku dengan tangan kanannya menenteng tas biru yang kuyakini berisi sarapan kami.

"Kok??"

"Mama..." jawabnya yang mengerti maksudku.

"Ohh..."

"Siapin semua barang-barangnya ya!'

"Lho?? Kenapa?"

"Kita pulang nanti sore. Aku udah bayar semuanya." jawab Willy yang menyodorkan tas biru itu kepadaku.

"Ayu udah tahu?"

"Udah. Barusan aja aku telpon. Aku pergi dulu ya, ada meeting mendadak." pamitnya.

"Oh. Oke." sahutku mengerti dan mengambil alih tas biru itu. "Thanks, ya." Kuangkat tas biru itu dan Willy hanya menganggukkan kepala.

"Hai. Morning!" Aku kembali bebalik dan Ha Jin berdiri beberapa langkah dariku dengan pakaian rumah sakitnya yang dibalut dengan jas panjang warna coklat.

"Hai!" balasku dan memberinya senyuman.

"Apa itu pacarmu ??" tanyanya, dia berjalan menghampiriku.

"Pacar??"

"Ya." jawabnya lirih.

"Ah! Bukan. Itu suami saudaraku." jawabku terkekeh geli, "Kau salah menebaknya."

"Tapi kau ..."

"Dia sudah seperti saudaraku." ucapku dan melihat kantin rumah sakit yang sepi. "Belum buka." gumamku lirih.

"Ini masih jam tujuh, tentu saja masih sepi dan ... belum buka." sahut Ha Jin yang terkekeh geli -lagi.

"Ah! Baiklah. Aku akan pergi ke mesin kaleng." ucapku dan meninggalkannya sendirian.

"Hey! Tunggu!" teriaknya yang berjalan cepat menghampiriku. "Bisakah kita duduk di taman?" pintanya. "Sambil minum tentunya."

"Oke." sahutku setuju.

Kami duduk berdua di bangku taman rumah sakit, masih belum banyak oranh-orang yang keluar sepagi ini. Aku hanya diam sembari melihat tanganku yang mengenggam kaleng kopi hangatku.

Annyeong, Aisyah [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang