Chapter 42 : Bismillah, saya memilih

5.5K 404 24
                                    

Chapter 42
Bismillah, saya memilih
****

Aku baru tahu dari Ayu jika Ha Jin memberikanku waktu satu bulan bukan untukku saja, tapi juga untuk dirinya. Dia pergi untuk menimbah ilmu di pondok pesantren di mana Will juga mencari ilmu agama Islam lebih banyak lagi setelah menjadi muallaf.

"Syah." Ibu meneguk teh yang baru dibuat Fatimah. "Ayo sarapan."

"Kenapa, mbak? Gak suka apa yang Fatimah masak?"

Aku menggeleng lemah dan meraih gelas tehku, meneguknya sedikit, "Engga kok, Fat."

"Dimakan kalo gitu, nduk." suruh Ibu.

"Iya."

Fatimah mengambil duduk di sampingku, "Mbak kenapa sih? Aneh banget."

"Enggak kok. Perasaan kamu aja kali, Fat." elakku yang tertawa sumbang.

"Ibu enggak ngerasain emang? Apa cuman perasaan Fat aja?" Fatimah bertanya kepada Ibu yang tenang menikmati sarapannya.

"Iya." jawab Ibu singkat.

"Enggak kok, Buk."

"Mending cerita, nduk biar plong hati kamu." saran Ibu, meletakkan sendoknya yang sedikit berdenting dan menandaskan teh hangatnya.

"Cerita apa?" aku bertanya kepada mereka berdua.

"Mana kita tahu toh mbak." kekeh Fatimah yang diikuti Ibu juga. "Mbak lucu deh. Bu..."

"Kamu itu kenapa nda-ndak jadi gini sih, nduk?" tanya Ibu setelah berhasil meredakan tawanya. "Kenapa? Apa karena Ha Jin menagih janjinya sebentar lagi?" tebak Ibu dan itu benar. Kenapa rasanya berdebar seperti ini? Apa karena aku takut memilih keputusan atau aku...

"Ngelamun sih. Dimakan." tepok Fatimah.

"Iya iya." sewotku dan diam memakan sarapanku.

"Syah, bantu ibu ngehias tumpeng mini pesanan Bu Anis." ajak Ibu yang menumpuk gelas di atas piring kotornya.

"Biar Fat aja, buk." cegah Fatimah yang sudah mengambil alih piring Ibu. "Ibu diem aja. Semua biar Fat yang kerjain." Fatimah sudah kembali ke kursinya setelah meletakkan piring kotor ibu ke dalam washtafel.

"Iya, buk. Lagian Syah gak punya kegiatan apapun." Aku meneguk air putih hingga tandas. "Fat, pesenin ibu becaknya Pak Karso."

"Iya, buk. Abis ini Fat WA mas Arif."

"Apa hubungannya?" tanya ibu yang terlihat bingung.

"Biar bilang bapaknya. Fat gak tau nomer hape-nya Pakde Karso." kekeh Fatimah yang kemudian menuang air ke dalam gelasnya sendiri.

***

Aku membuat garnis tomat dengan Bu Rom yang membantu ibu memasak pesanan kateringan sejak dulu. Bu Rom bukanlah orang yang banyak bicara, beliau tidak suka bergosip seperti kebanyakan ibu-ibu lainnya.

"Mbak Syah pinter masak, pasti yang nerusin usaha Neng Han." puji Bu Rom dan aku tersenyum saja mendengarnya. "Insha Allah, Ibu ini tau perjuanga Neng Han dari nol, apalagi ngurusin kalian berdua. Ya Allah, salut ibu ini." ujar Bu Rom yang menghias tiap tumpeng mini dengan garnis yang sudah aku buat.

Annyeong, Aisyah [FINISHED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang