Trouble 01

28K 1.4K 26
                                    

Agency Office, Monday 09.20 AM

Kantor The Broke Agent terlihat ramai seperti biasa, para pegawai berseragam hitam-hitam berlalu lalang di Lobby, dengan membawa setumpuk kertas atau laporan dari misi-misi baru maupun yang sedang dikerjakan.

Sementara di lantai 7, di suatu ruangan besar yang di dominasi warna Hitam-Putih, terdapat 4 Wanita yang tengah sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Kak Han, kita gaada misi baru, apa? Gue bosen masa." ucap wanita dengan kaca mata ber-frame kotak dan bermata sipit. Thira.

"Gatau, Reil belom keliatan dari tadi pagi. Azel juga." ucap wanita yang sedang membolak balik katalog panduan memasak. Hana.

"Alah, kalo si Azel mah emang kebiasaan. Ngilang mulu," timpal Wanita dengan psp di tangannya. Rhena. "Paling lagi tidur." suara Ghea.

Sementara Thira menggedikan bahunya acuh.



Ceklek....

Mereka semua menoleh kearah pintu, dan disana berdiri Wanita yang seumuran dengan Han. Ditangannya terdapat sebuah Ponsel.

"Abis dari mana lo, Zel?" tanya Hana. yap, wanita itu adalah Azel. Azel menghembuskan nafasnya sambil berjalan kearah teman-temannya.

"Biasa, cari informasi. tapi percuma, gue gak dapet apa-apa." ucapnya dengan wajah sedih. Sementara Ghea yang duduk di sampingnya hanya menepuk nepuk pundaknya.

"Eh Zel,"

"Apaan?"

"Udah ketemu Reil, belom? Soalnya dia dari tadi gak keliatan." tanya Thira. Azel terlihat berpikir, kemudikan detik berikutnya ia menggeleng. "Reil dari tadi malem gak keliatan, ada urusan kali." ucapnya.

Sementara Thira hanya ber-'Oh' ria.

-13.45 PM-

seorang Wanita berambut hitam legam serta bermata tajam tengah duduk di kursi kebesarannya. Di hadapannya terdapat sebuah Laptop yang menunjukan rekaman yang di incarnya.

Di dalam rekaman itu terdapat seorang Wanita yang tengah menyerahkan sebuah Amplop coklat besar berlambang "Agency Office" kepada seorang pria dengan topeng hitam, dan Reil tahu betul siapa wanita penyerah Amplop itu.

"Vanessa." desisnya sambil menatap benci kearah Wanita di rekaman tersebut.

Reil buru-buru membawa Laptop itu keluar, dan ia menuju ke tempat dimana ia biasa berkumpul dengan Agent lainnya.

Tling...

Lift terbuka, Reil buru-buru ke ruangan yang ia tuju, dan kebetulan semua temannya ada disitu. Begitu ia membuka pintu dengan kasar, semua temannya menoleh padanya.

"Nah, tuh Reil. Dari mana aja lo?" Srobot Rhena. Reil nyelonong masuk dan duduk di kursi milik Hana tanpa menjawab pertanyaan lebih dulu dari Rhena.

"abis cari 'mainan' baru." ucap Reil singkat, kemudian ia kembali memghidupkan laptopnya dan menyetel Video itu.

"Kalian harus tonton ini." ucapnya, ia membalik layar Laptop itu sehingga teman-temannya bisa menontonnya.

Beberapa saat kemudian, Video berdurasi 2 menit tersebut berakhir. Reaksi mereka ber enam berbeda-beda, tetapi rata rata menampilkan ekspresi bingung.

"Kalo ngga salah, dia Vanessa dari Divisi penyimpanan Data di Brangkas, 'kan?" ucap Vale yang dari tadi menonton Video itu dengan serius.

"Yeah, dia Vanessa dari Divisi Penyimpanan Data. dan setelah gue check, ada satu data yang hilang. Gue curiga Amplop itu berisi data yang hilang." ucap Reil sambil memejamkan matanya sesaat.

"Hah? Berani-beraninya si Vanes. minta di pecat." ucap Thira, berapi-api.

"Whoa, chill Sist. kita belom dapet bukti, dan Reil. Lo kenapa curiga sama Vanes?" tanya Hana.

"Liat di amplop itu, ada Stampel Agency kita, Kak Han." Jelas Reil.

"Tapi bisa aja kan, itu isinya bukan data yang hilang?" ucap Rhena.

"Cmmon guys, kalo itu bukan data yang hilang, kenapa Vanessa harus kasih di tempat ga tersentuh gitu? mencurigakan pula. Dan juga, apa yang bakal dia kasih kalo bukan Data?" Curiga Reil.

Mereka semua terdiam, dan pada akhirnya terjadilah berdebatan diantara mereka.

***

Setelah dua minggu berselang, Reik terus-terusan mengumpulkan bukti bahwa Vanessat telah melakukan penghianatan terhadap Agency mereka.

Reil mengacak rambut hitam legamnya, lalu ia menatap kearah Ponselnya dengan wajah Frustasi. "Haruskah?..." desisnya. Kemudian ia mengusap wajahnya kasar.

Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya ia memutuskan sebuah pilihan yang sulit. Tetapi, demi dirinya dan keluarganya, ia rela.

Ia menggambil ponsel itu dan mendial nomor yang sudah ia hafal di luar kepala, dan pada nada ketiga, panggilan itu diangkat.

'Hallo?'

"Ini Reil."

'woah, my Lovely Reil. ada apa? Tumben kau menghubungi ku? pasti kau ingin mengajakku kencan bukan?'

"Ck. Tidak. Dan tidak akan pernah."

'Lalu? Apakah kau ing--'

"Aku butuh bantuanmu, ini demi The Broke Agent. aku memohon padamu."

'Eeh? Reil? Memohon padaku? Ugh, apakah kau benar benar Raileenku?'

"Ck. Zel, aku serius."

'Hahahaha, baik-baik. Bagaimana kalau kita obrolkan ini di Cafe depan kantormu?'

"Goddamn it. Sudah kuduga, ini tidak gratis." batin Reil.

"Baiklah. Sore ini, jam 4."

Bip.

Reil meletakan Ponselnya diatas meja dan mulai membuka berkas-berkas berisi beberapa Bukti yang akan ia gunakan untuk Misi-misi berikutnya.









*****
To Be continue

alig. Absrud.

[F7S] 1:The Broke AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang