Ekstrapart (The Power of Silence)

8.3K 571 81
                                    

Agency Office Tower, 10.45 AM.


Agency tampak ramai seperti biasa, orang-orang berpakaian serba hitam berlalu lalang kesana kemari. Agent-Agent lapangan yang baru datang atau baru kembali silih berganti keluar dari pintu Utama Agency Office.

Beda halnya di ruangan luas itu, terlihat 4 perempuan berpakaian hitam-hitam tampak duduk termenung di sofa yang terletak di tengah ruangan. Ruangan khusus mereka akhir-akhir ini dalam mode 'Agent' dan terlihatlah 3 kursi yang sekarang kosong, ditinggal pemiliknya.


"Sekarang tiga kursi yang kosong, selanjutnya siapa? Apakah semua kursi-kursi itu akan kosong?" Suara serak Thira menggema diruangan luas ini. Semuanya bergeming, tidak tahu.

"Raileen belum mati." Azel bergumam, ia menitikan air matanya. Vale mendekat kearahnya, lalu merangkulnya, berusaha tersenyum. "Berhentilah menangis Zel, Rail tidak suka melihat twinsnya menangis. Ia pasti akan marah besar pada orang yang membuatmu menangis." Ucapnya, Azel menghela nafas, lalu mengangguk pelan.

"Lebih baik kita pulang saja, Aunty bilang hari ini tidak ada misi, mungkin sampai beberapa pinggu kedepan." Ghea berujar pelan. Mereka semua mengangguk.

Mengambil tas masing-masing lalu mulai berjalan menuju pintu keluar, Azel menatap kursi yang berada di tengah-tengah. Lalu menepis air mata yang tiba-tiba menetes. Di Mejanya terdapat papan nama 'Raileen Dannaliefondra.' Lengkap dengan barang-barang miliknya.

"Zel," panggil Vale, Azel tersenyum tipis lalu keluar. Setelah dipastikan tidak ada yang masuk, Vale menutup pintunya dan mengaktifkan sistem pengamanan ruangan mereka.









****

Thira merebahkan tubuhnya diatas sofa. Ia menatap sekelilingnya, lalu menghela nafas. "Selalu saja sepi," gumamnya. Lalu ia mengambil Ponselnya, berharap menemukan hal menarik disana.

"PENCARIAN KARYAWAN BARU: Darkeen Office Agency. Membuka Lowongan pekerjaan." Judul di salah satu artikel itu menarik perhatian Thira, ia mengclick bagian artikel itu dan mulai membacanya.

"Astaga," Thira menutup mulutnya, terkejut atas isi Artikel itu. Buru-buru ia menghubungi seseorang.

"Halo? Bisahkah kalian kerumahku? Ada hal penting yang menyangkut kita." Ia tersenyum tipis saat mendengar balasan sang lawan bicara. "Baiklah, ku tunggu."







-- [ SKIP ] --

"Jadi, kenapa lo nyuruh kita semua kesini?" Tany Vale sambil bersedikap dada. Thira menghela nafasnya. "Kalian ngga check Internet? Darkeen Office buka lowongan pekerjaan." Ucapnya pelan.

"He?" Beo Vale, Azel dan Ghea saling berpandangan. "apa maunya mere--"



Drt... Drt... Drt...

Thira melihat ponselnya, dan menyeritkan dahinya. Ia menunjukan layar ponselnya kepada Azel, Vale, dan Ghea.




"Hana?" Gumam Azel. "coba Angkat," ucap Vale. Thira mengangguk.

"Halo?" 

"Hei Thira."

"Yo KakHan, ada apa? Tumben sekali kau menghubungiku?"


'Kau sudah membaca berita di Internet, 'kan? Kantorku sedang membuka lowongan pekerjaan. Apakah kau dan yang lainnya tidak berniat bergabung denganku?"



"...." Thira terdiam, ia tidak tahu ingin berkata apa, sampai suara Hana menginstrupsinya.




"Thi?"


[F7S] 1:The Broke AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang