Execution 01

14.3K 1.1K 21
                                    

Ruang Eksekusi, Rabu 12 Siang.

mereka bertujuh duduk di kursinya masing-masing, ruangan itu sunyi senyap. Dari luar, ruang itu nampak seperti ruangan rapat biasa, dan itu bertujuan untuk berkamuflase.

Namun, dibalik dinding-dinding rapih berlapis cat hitam itu, ada sesuatu yang berbahaya, dan mengerikan. Menanti sang mangsa.

"Dave, bawa dia kesini." ucap Rail melalui microphone di telinganya. Dan tidak lama setelah itu, pintu yabg terbuat dari besi berlapis baja dan anti peluru itu terbuka.

seorang wanita dengan borgol di tangannya di seret masuk, lalu di dudukan disebuah kursi ditengah ruangan itu.

"Terimakasih, Dave."

"Sama-sama, Nona." Setelah itu laki-laki yang bernama Dave tadi dan seorang rekannya meninggalkan ruangan terkutuk itu.

Tersisa mereka berdelapan. Vanessa gemetar, ia dapat merasakan aura kuat dari ketujuh wanita 'berbahaya' yang duduk mengelilinya.

Hening beberapa saat. Vanessa tidak suka ini. Ini mencekam. Belum lagi Thiraine dan Rhena yang menatapnya sinis.

"Vanessa Haurrance. Dua puluh dua tahun, berkerja di divisi penyimpanan data penting pada perusahaan ini. Sudah bersumpah akan setia kepada Agency Office. Sampai Mati." Raileen mulai turun dari singgah sananya, dan berjalan pelan menuju Vanessa yang semakin gemetar.

"Sumpah? Pft. Aku tidak yakin dengan sumpah yang kau ucapkan. Buktinya, kau berkerja untuk Darkeen Office. Dibelakang Agency Office. Sungguh hal luar biasa."

Vanessa melotot, bagaimana ia bisa tau? Batinnya menjerit.

"Kau terlalu mudah di jebak Vanessa. dan terlalu bodoh untuk di luluskan ke sini." Ucap Vale seakan bisa membaca pikiran Vanessa.

Vanessa menelan ludahnya susah payah. Pasti aku telah dijebak. Ugh, apa ini ulah anak baru itu? Argh, sialan.

"Sudahlah, jangan mengumpat terus. Percuma kau menyumpahi anak baru itu. Toh kau sudah ada disini." Ucap Hana datar. Vanessa menunduk.

"Ah, terlalu lamban."  ,   "Vanessa Haurrance, aku bertanya padamu. Jawablah dengan jujur. Siapa orang di dalam video ini?" Tiba tiba di papan lebar nan bersih terputarlah cuplikan video dirinya--Vanessa--yang tengah melancarkan aksinya.

"ba--bagaimana bi-bisa...?" Ucapnya speechless.

"I told you, Vaness. Lo terlalu mudah di jebak, dan terlalu bodoh untuk lulus disini." Ucao Vale sambil menyalakan laptopnya santai.

"Jawablah Vanessa. Maka hukumanmu akan meringan."

"Sedikit." timpal Ghea yang sedari tadi terdiam.

Vanessa menggelengkan kepalanya. "I--itu bukan ak-aku..." sanggahnya.

"Cih,"   "sudah tertangkap. Tidak mau mengaku pula." Ucap Thira gemas.

"Benarkah? Aku sudah punya banyak bukti yang menunjukan bahwa itu benar-benar kau Vanessa." Ucap Rail sambil menatap wajah pucat Vanessa.

"Aku be--berani be--bersumpah, itu bu--bukan ak--aku..." ucaonya terbata bata.

"What the hell." Sepertinya Hana tidak tahan, hampir saja ia menekan pelatuknya kearah Vanessa, kalau tidak Rhena segera menepis pistolnya kebawah. Sehingga tembakan itu tidak keluar.

"Chill sist." Desis Rhena. Sementara Hana memandang benci kearah Vanessa yang tengah menunduk gemetar.

"Sekali lagi, aku bertanya kepada dirimu. Vanessa Haurrance. Apakah benar, itu dirimu?" ucap Raileen datar dan menusuk.

"Ak--aku... be--berani bersumpah. it--itu... bu--bukan diriku."

Raileen menghela nafasnya. Lalu menatap Vanessa datar. Ia memutarkan sebuah rekaman, yang mampu membuat Vanessa bungkam seribu kalimat.

"Hm, Vanessa Haurrance. Kau resmi dikeluarkan dari Agency Office, dan akan kupastikan kau dan keluargamu. Atau siapapun yang berhubungan dengamu, dilarang menginjakan kaki di Agecy Office. Se. La. Ma. Nya." ucap Rail dengan penekanan katanya di akhir kalimat.

"Kau akan dipasangkan chip  guna mengetahui lokasimu. Dan yup, selamat bersenang-senang dengan kehidupanmu sekarang. Dan selamat tinggal." Ucap Rail dengan santai lalu ia berjalan meninggalkan ruangan itu, diikuti dengan Dave serta beberapa Agent lagi yang bertugas menjaga Vanessa.

-- [S K I P ] --

"Lord. Rasanya pengen gue pecahin itu kepalanya." rutuk Hana sambil mengambil gelas yang berisi air lalu ia teguk dengan emosinya.

"Chill Sist. oh ya, apa hukuman ini ga terlalu enteng, Rail?" Tanya Rhena sambil menatap Rail tak pasti.

"Nope. Gue udah memikirkan ini matang-matang. Ini salah satu hukuman yang cocok buat dia." Ucapnya cuek sambil membuka berkas-berkas pentingnya.

Sementara mereka ber-enam yang melihat sikap cuek Rail hanya menggedikkan bahu serta menghela nafasnya.





*****

TBC.

VOMMENTS MB MZ. tq.

[F7S] 1:The Broke AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang