CRACK.... BRUGH.... BRUGH...
"RAIL, AWAS!"
"AAAAAAAAA--"
BRUGH... BRUGH... BRUGH...
Rail merasa tubuhnya ditarik, ia memejamkan matanya. Pasrah jika ia harus mati konyol, tertimbun reruntuhan.
BRUGH... BRUGH... BRUGH....
Suara itu kembali terdengar, rasanya Rail ingin menangis sekarang. ia hanya berdoa, jika memang bisa, ia ingin tetap hidup. setidaknya, tidak ingin mati konyol disini. Sunyi beberapa saat, tubuhnya gemetar. ia perlahan melepaskan kedua tangannya yang menutup telinganya, ia meringis. Lengannya terasa perih.
Ia membelalakan matanya, melihat ada sesosok tubuh yang melindunginya, orang itu mendekap kepala Rail serta melindungi tubuhnya.
Rail dalam posisi setengah duduk, sementara orang itu berada diatasnya. Tetapi ia tidak bergerak sama sekali.
"Agent? Agent?" Panggil Rail sambil menggoyang-goyangkan lengan pria itu. Tetapi pria itu tetap tidak bergerak.
"Apa kau mati? Aah, tidak, tidak. Jangan mati dulu. Kumohon." Matanya memanas, ia terus megguncang lengan itu, berusaha melonggarkan dekapannya, agar ia bisa neneriksa, apa yang terjadi.
Rail menghirup nafas dalam-dalam. Wangi pria ini seperti Familiar, tetapi Rail langsung menepis fikiran itu diotaknya. Dengan sekuat tenagannya, ia terus menggoncangkan tubuh pria itu.
"Kumohon bangunlah, jangan mati dulu." Ucapnya seperti sedang merengek. ia rasa ia akan menangis saat ini juga.
"sepertinya kau sudah mati." Ucapnya frustasi. Pandangannya sudah mengabur, air matanya siap tumpah sampai...
"Engh..." Rail membukatkan matanya, pria dihadapannya ini mulai bergerak. Mencari posisi yang nyaman.
"Ah, kau masih hidup!" Ucap Rail senang, sambil memeluk pria itu. Rasanya tak asing. Nyaman dan Hangat.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Pria itu sedikit serak. Rail yang sadar buru-buru melepas pelukannya.
"A--aku baik, bagaimana dengamu? Pasti tubuhmu sakit-sakit ya? Ah kau bodoh. Sudah ku katakan agar berjalan duluan. Kau malah kembali kesini." Oceh Rail. Pria itu tersenyum kecil mendengar ocehan Rail, ia melepas dekapannya. Lalu mulai duduk dengan tenang di depan Rail.
Mereka seperti berada di sisi Goa, hanya ruang kecil. Yang diterangi Senter dari Helm pengaman di kepala mereka.
"Jika aku tidak kembali, kau pasti sudah mati ketakutan, Raileen." Ucap pria itu. Sementara Rail hanya berdecak sebal.
Ia meneliti pria dihadapannya. Matanya menangkap darah yang merembes dari lengan kirinya. "Lenganmu berdarah, sini ku obati." Ucapnya berusaha tidak panik.
Beruntung Tas berisi obatan serta kebutuhan urgent lainnya, masih ada di punggungnya. Jika tidak? Tamatlah riwayat mereka.
Pria itu menjulurkan lengannya, dan mulailah Rail membersihkan luka pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[F7S] 1:The Broke Agent
Action#1 in Action (17 December 2016) [15+] Menceritakan tentang perjalanan 7 orang Perempuan tangguh menjadi seorang Mata-mata kelas kakap yang pastinya akan susah di kalahkan. Musuh yang berjumlah ratusan orang, bisa ditangani oleh mereka yang hanya...