Rahasia dibalik pintu

3.5K 218 11
                                    


❤❤❤❤❤❤❤❤

Ini caraku mencintaimu,
Tidak seperti yang lain memang,
Tapi, asal kamu tahu bahwa,

Mencintai seseorang dalam keheningan itu tidaklah mudah.


❤❤❤❤❤❤❤❤

Setelah bel pulang sekolah tadi, Giselle langsung pulang menggunakan kendaraan umum. Kebetulan rumah Giselle dan Dina satu arah, jadi mereka selalu pulang bersama. Sudah menjadi kebiasaan Giselle setiap pulang sekolah, ganti baju setelah itu langsung shalat zuhur. Dava, abang Giselle satu - satunya yang sangat Giselle sayang, pernah bilang kepadanya sewaktu Giselle duduk dibangku kelas 5 sd.

Abang gak mau adek bolong shalatnya! Kalau bolong shalat abang gak mau beliin Giselle coklat lagi, shalat itu wajib. Hingga kemarin sebelum  Dava pergi study banding , Dava rutin memberi coklat untuk Giselle setiap minggunya. Tidak untuk hari ini, dan sampai Dava pulang study banding.

" Giselle , Giselle " Terdengar suara teriakan dari luar gerbang rumah Giselle. Giselle pun langsung berjalan menuju gerbang dan hendak membukanya.

" Lo ngapain kesini? " kata itu lah yang keluar dari bibir Giselle saat dia mendapati sahabatnya yang berdiri sambil memegang buku didepan gerbang.

" Sell, bantuin gue nyelesain tugas sejarah dong, gue gak ngerti nih ribet banget soalnya. Gue gak paham. Lagian buk Shelly mah ngasih tugas gak pakai mikir dulu. " Dina menunjukkan tugas sejarah yang diberikan buk Shelly untuknya sebagai hukuman karna tidak mendengarkan penjelasan buk Shelly tadi.

Giselle tertawa. " Hahahah gak mau ah gue , kan salah lo sendiri tadi nggak merhatiin bu Shelly . Mendingan sana lo selesain sendiri tugasnya atau lo tanya aja ke justin yang udah bikin lo dihukum karna mikirin dia yang gak penting. "

Dina menggeleng tidak terima. " Siapa bilang gak merhatiin ? Buk Shelly nya aja tuh yang nyuruh gue gue keluar kelas dan asal lo tau yah sell. Justin itu penting , dia calon imam gue. " balas Dina.

Mengingat Justin adalah seseorang yang ia cintai sejak memasuki sma ini, meskipun Justin tidak mengetahuinya.

Giselle menelaah sebentar, lalu membuka suara. " Ettt tunggu - tunggu harusnya calon imam itu memberikan pengaruh yang baik dan yang positive buat lo bukan kayak si Justin yang bikin lo dihukum. Calon imam macam apa yang malah buat pengaruh negatif. Lo perlu belajar nih sama gue cara memilih calon imam yang baik dan benar. " Giselle tertawa karna melihat sahabatnya yang memasang wajah kasihan.

Dina pasrah. " Serah lo deh serah, tapi setidaknya gue tau nama Justin. " Ia memanyunkan bibirnya.

" Lo kalau kayak gitu mirip tikus got keracunan tau gak. " ejek Giselle dan malah semakin menjadi tertawanya.

" Terserah lo deh sell, pokoknya gue mau masuk sekarang dan lo harus bantu gue ngerjain nih tugas yah. Gue gak terima penolakan. Titik dan gak pakai koma. " Dina meletakkan bukunya ketangan Giselle, dan mau tidak mau Giselle menerima buku yang diberikan Dina kepadanya.

" Yaudah deh, lagian gue bete dirumah sendirian. yuk ke kamar gue. " Giselle lalu mengunci gerbang dan berjalan masuk kedalam rumah bersama Dina.

" Mama papa lo kemana sell ? Kakak dan abang lo juga ? tega banget sih mereka ninggalin gadis secantik lo dirumah sendirian? Nanti kalau lo diculik gimana dong sell? Kan gue gak bakalan dapet temen kayak lo lagi. " Dina mulai mengeluarkan kata kata anehnya.

Giselle paling malas jika dina sudah mulai ngelantur berbicara. Bahkan hal - hal yang tidak penting ikut dibicarakannya. Entahlah, temannya yang satu ini terlalu hiperbola.

" Mama gue nanti malam pulang soalnya tadi mama ketempat tante Risa. Kakak sama abang gue study banding ke jepang, kalau papa gue ngurusin bisnis. Lo kebanyakan nonton sinetron deh, yakali ada yang nyulik gue. Pertanyaan lo gak bermutu tau gak."

Dina mengangguk. " Jadi lo home alone dong sell." Dina mengalihkan pembicaraan.

Giselle menggeleng. " Gue gak kesepian juga sih. " Lagian, Giselle sudah sering dirumah sendirian. Kenapa harus kesepian? Sedangkan Allah senantiasa disisi kita, kok.

" Terus apa ?" Dina bertanya lagi.

" Banyak tanya deh. Buruan masuk din " Giselle membuka pintu kamar.

" Gue masuk nih ? " tanya Dina polos dan dengan wajah bingung.

Giselle menghembuskan nafas kesal. " Gak lo keluar sana!! Ya lo masuk lah , kan gue nyuruhnya masuk, jangan sampai gue berubah pikiran nih. "

" Galak amat sih neng lagi PMS yah. " Giselle masuk kedalam kamar.

" Lo tutup pintu." perintah Giselle yang sudah masuk kekamar mendahului Dina.

Saat akan menutup pintu, Dina melihat tulisan tulisan juga gambaran yang tertempel rapi di belakang pintu kamar Giselle. Setiap susunannya seakan dirangkai sedemikian rupa agar indah dilihat. Warnanya, dan segala sesuatunya sangat diperhatikan.

Yang pertama ada gambar cowok sama cewek berpakaian sangat sopan sekali, cowok dengan kemeja batik coklat celana panjang dan tambahan peci hitam dikepalanya.

Cewek menggunakan gamis longgar berwarna putih yang terdapat polkadot dibawahnya , ditambah jilbabnya yang menjulur hingga kebagian dada yang menyebabkan tidak sedikitpun terlihat lekukan tubuh cewek itu. Juga Terdapat tulisan ditengah gambar cowok dan cewek itu

" Semoga kita diciptakan untuk bersama , aminn."

Dina kembali melihat gambaran yang selanjutnya yang kedua, ketiga , keempat, hingga ia terhenti pada lukisan yang ke 5, sepertinya Giselle sendiri yang membuatnya . Ya! Itu lukisan yang dibuatnya sewaktu pelajaran buk Shelly dan membuat dia dihukum keluar kelas.

Ternyata Giselle juga pernah dihukum hanya karna cowok, dan cowok musholla orangnya. Bedanya, Dina hanya memikirkan cowok yang disukainya sedangkan Giselle dia melukis wajah cowok yang disukainya itu. Dan, membuat dirinya dihukum.

Aduh giselle, sok bilangi dina lagi.

Di lukisan itu terlihat seorang cowok, manis sekali, bibirnya tipis, hidungnya mancung, kulitnya yang seperti sawo matang namun dari matanya bisa membuat siapapun betah untuk terus menatapnya. Dibawahnya terdapat tulisan.

" Teruntuk kamu cowok musholla, ketahuilah aku sangat merindukanmu, semoga kelak kita akan berjodoh. "

Juga ada hiasan berupa sticker bunga mawar putih dipinggir lukisan itu.

Dina terperanjat teringat sesuatu. Sejak kapan giselle ber aku - kamu dengan seseorang? Bukankah itu tandanya cowok musholla sangat berarti untuknya? Ah, Dina tidak habis fikir. Mengapa cowok itu bisa mengambil hati sahabatnya yang bahkan sangat tertutup ini.

"Dinaa, ayo cepetan .Nutup pintu gitu aja lo lama amat. " panggil Giselle , membelakangi Dina karna sedang mencari buku catatan sejarah miliknya.

" Iya sell , santai aja sih ngomongnya. Berisik tau gak, gak perlu keras - keras. " Giselle menoleh kearah Dina sebentar, hingga dia menyadari kalau sedari tadi Dina melihat gambaran, tulisan, maupun lukisan yang tertempel rapi dibelakang kamarnya itu.

" Yaudah yuk kita kerjain." Dina duduk disamping giselle. Sesekali, dia masih teringat jelas dengan apa yang tadi dilihatnya.

Masih tidak menyangka, ternyata orang sepemalu giselle bisa mencintai seseorang dengan sebegitu tulus dan antusiasnya.

👇👇👇👇👇👇

Vote dan Comment ya

You Are Spirit Me " Cowok Musholla"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang