Aku berlari cepat menuju ruangan bang Dava setelah menaiki lift tadi. Berita dari mama adalah kado terindah didalam hidupku. Kabar bahwa Bang Dava siuman, seakan membangkitkan semangatku lagi. Tidak ada kata lelah, untuk segera sampai kesini.
" Bang Dava... " Aku memeluk erat tubuh bang Dava yang terbaring di tempat tidur dengan mata yang terbuka.
Alat bantu pernafasan yang dipakai bang Dava tadi, ternyata sudah dilepas. Kini, aku bisa lebih lega melihat kondisinya sekarang.
" Kenapa menangis ?" tanya bang Dava sangat pelan sambil menghapus air mata yang berlinang di pipi ku perlahan.
Aku hanya menggeleng. " Giselle, abang akan semakin sakit jika melihat kamu menangis. Udah ya nangisnya, abang nggak apa apa kok. "
Ia mengelus kepalaku, aku semakin terharu mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya tadi. Itu membuktikan bahwa ia begitu sayang kepadaku.
Aku memukul tubuh bang Dava pelan. " Abang jahat, abang udah buat Giselle khawatir sama abang. Abang jahat, abang jahat. " Aku sudah tidak bisa menahan lagi, air mataku sudah mengalir deras sekarang. Antara sedih dan senang.
" Giselle. " Bang Dava memelukku dengan salah satu tangannya yang tidak diinfus.
Aku dapat merasakan lagi pelukan hangatnya yang selama ini kurindukan. Aku sangat rindu pelukan ini, pelukan yang selalu membuatku nyaman dan tenang.
" Jangan sedih, dibalik sakit abang ini ada hikmahnya pasti. Juga bisa menggugurkan dosa abang, jadi jangan nangis lagi yah. " Aku mengangguk didalam peelukan bang Dava.
Bang Dava melihat seisi ruangan. " Sakinah mana ?" tanya bang Dava.
Tadi, sebenarnya kak Sakinah sudah memberi tahuku bahwa ia ada urusan lain yang tidak bisa ditinggalkan dan mengharuskan ia untuk pulang ke Medan. Sewaktu aku selesai menerima telfon, kak Sakinah menerima sms yang aku tidak tahu pasti apa isinya. Tapi, sms itu berhasil membuat kak Sakinah bersedih.
Tadi juga, sebenarnya aku hanya pergi seorang diri kerumah sakit. Kak Sakinah hanya berpamitan dan menitipkan surat untuk bang Dava. Katanya, ia harus tiba sesegera mungkin ke bandara agar cepat tiba di Medan. Persoalan tiket, jangan ditanyakan lagi. Sepupu kak Sakinah ada yang bekerja di bandara soekarno hatta jadi mempermudah kak Sakinah untuk kembali ke Medan.
Surat yang dibuat kak Sakinah bukan surat yang biasa orang buat. Ditulis dikertas, lalu dimasukkan kedalam amplop. Namun, surat yang dibuat kak Sakinah kali ini ditulis diatas kain kecil yg panjang dan lebarnya 15cm, lalu dilipat. Isi yang berada disurat itupun sepertinya tidak terlalu banyak karna tadi kak Sakinah terlalu tergesa - gesa ingin kebandara.
Dari mimik wajah kak Sakinah setelah menerima sms giselle bisa memastikan bahwa ada hal penting yang harus didatangi oleh kak Sakinah saat itu juga. Terlihat juga ekspresi kak sakinah yang seperti menahan air matanya.
" Kak Sakinah menitipkan ini. " Aku mengeluarkan kain yang berisi tulisan kak Sakinah.
Bang dava menatapku, aku menggeleng. Pasalnya, aku juga memang tidak tahu apa isi yang ada didalam kain itu. Yang kulakukan hanyalah menjalankan amanah.
" Bukalah. " Aku memutuskan untuk duduk didekat tempat tidur bang Dava.
Keluargaku yang lainnya juga sedang menunggu diluar, karna tadi aku berpesan jika ia ingin ditinggal berdua saja dengan bang Dava diruangan ini. Seluruh keluargapun menyetujui.
Satu lagi, tadi juga kak Sakinah berpesan kepadaku jika surat itu hanya boleh dibaca oleh bang Dava. Meskipun aku sangat penasaran apa isinya, namun aku tidak mau menghancurkan kepercayaan kak Sakinah dengan membaca surat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Spirit Me " Cowok Musholla"
Spiritual📚📚📚 Giselle adalah gadis cantik yang terkenal disekolahnya, tidak jarang jika banyak cowok yang jatuh hati kepadanya. Namun, dari banyaknya cowok yang jatuh hati kepadanya tak ada satu pun yang bisa merebut cintanya , karna apa? Giselle sudah su...