Ter - Kenali ❤

1.4K 89 21
                                    

----------

Aku tidak menangis melihat kisah cinta romeo dan juliet yang rela kehilangan nyawa demi orang yang dicintai.

Namun, air mata ini menetes kala mendengar kisah cinta Fatimah dengan Ali bin Abi thalib.

Cinta dalam diam yang hanya tersalurkan lewat doa hingga dipersatukan dalam ikatan sakral.

Namun pertanyaannya, apakah kisah cinta kita akan berujung seperti itu?

----------

Kilat menyambar – nyambar suara petir menggelegar memekakkan telinga siapapun yang mendengar. Hujan turun dengan sangat deras.

Giselle memandang air hujan dari balkon kamarnya. Kematian papa masih menjadi luka yang dalam bagi Giselle. Derasnya air hujan senada dengan ritme turunnya air mata Giselle saat ini.

Giselle menunduk dalam, mengingat kejadian saat dipemakaman papa tadi.

" Kalau tahu jika menangis tidak akan mengubah keadaan, kenapa harus melakukannya ?"

Giselle menoleh, melihat tubuh seseorang yang sangat ia cintai hanya berada beberapa meter darinya. Dalam kondisinya yang seperti ini, rapuh, lemah, ah ! Giselle membenci semua air mata ini. Air mata yang membuatnya terlihat seperti gadis cengeng didepan lelaki yang ia cintai.

Darah Giselle berdesir, ada yang aneh disana. Giselle membuang wajah dan kembali memandang rumah terakhir papa.

Sungguh, Giselle bingung harus apa sekarang. Ia sangat gugup, jantungnya berdetak jauh lebih cepat daripada biasanya.

Lelaki itu duduk sekitar 1 meter dari Giselle. Ah ya, Giselle ingat sekali bahwa ia tidak mau berdekatan dengan yang bukan mahramnya. Ya Allah, Sungguh baik akhlaknya. Dia tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti laki – laki kebanyakan.

" Kalau kutebak, pasti banyak yang sudah membisikkan kata tabah, sabar dan yang lainnya ke kamu. " Giselle diam, tidak memperdulikan perkataan lelaki itu.

Sejujurnya, Giselle sangat bingung harus apa. Jantungnya seakan ingin melompat sekarang. Antara sedih, senang dan bahagia semua beradu satu dalam hatinya.

Ini pertama kali dirinya berkesempatan berbicara dengan lelaki yang sering ia sebut dalam doanya. Namun entah kenapa, bibirnya seakan kaku untuk menjawab pertanyaan lelaki itu.

Lagian, pertanyaan yang baru saja diucapkan pujaannya itu tidaklah logis. Sudah pasti disaat seperti ini banyak yang membisikkan kata – kata seperti itu ketelinga Giselle. Padahal, jika ditelisik lebih jauh, tidak berpengaruh sama sekali baginya. Tidak mengurangi kesedihannya bahkan seujung kukupun.

Bukankah begitu ?

" Tabah yah, semua orang pasti akan meninggal hanya menunggu waktu. Sabar yah. "

Lelaki itu mencabuti rumput rumput kecil yang ada disekitarnya, sungguh kurang kerjaan. Lihatlah lebih detail, didalam ketundukan giselle, ada seulas senyum disana. Sekarang giselle bingung harus senang atau sedih.

" Aku tahu sifatmu, seorang Giselle Ashia Alifiana tidak perlu kata - kata itu. Kamu orang yang tegar sell, bangkit !! Keterpurukanmu akan membuat orang yang membencimu berteriak bahagia. "

Dia melirik kearah giselle sebentar, lalu membuang pandangan kearah tanah. Hati Giselle berteriak bangga mengetahui bahwa lelaki yang dicintainya ternyata tahu nama lengkapnya.

Namun didetik berikutnya kepalanya menggeleng. Nggak Giselle, jangan terbang dulu. Dia tahu namamu nggak menjamin bahwa ia tahu segala tentang mu.

Tidak mendengar lanjutan perkataan dari lelaki itu, Giselle buka suara. " Kamu nggak tahu apapun tentang diriku. " Ia mengangkat kepalanya, menyudahi tundukan yang membuat lehernya pegal kini.

You Are Spirit Me " Cowok Musholla"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang